VIDEO Menegangkan, Suami Tak Bisa Selamatkan Anak dan Istrinya yang Terseret Banjir di Yaman
Seorang ibu dan empat anaknya meninggal dunia terbawa arus saat suaminya nekat menerjang banjir dengan mobilnya.
TRIBUNJAMBI.COM - Seorang ibu dan empat anaknya meninggal dunia terbawa arus saat suaminya nekat menerjang banjir dengan mobilnya.
Mobil mereka terhanyut, tapi hanya sang ayah yang selamat dari kejadian itu.
Insiden tragis dilaporkan terjadi di Yaman saat terjadi banjir besar pada Rabu (26/8/2020).
Seperti yang dilansir media lokal Al Manara, mobil itu tersapu sampai ke area Al-Sida, di depan gerbang stadium di distrik Al-Dhahar.
Sementara keempat anaknya hilang.
Video detik-detik hanyutnya mobil keluarga itu dibagikan di media sosial.
Seorang anak tampak berteriak minta tolong untuk menyelamatkan keluarganya yang ada di dalam mobil.
Setidaknya 148 Orang Meninggal Dunia Akibat Banjir yang Terjadi di Yaman.
• Niat Nikahi Korban Batal Gara-gara Orangtua Minta Mahar Rp 100 Juta
• Pengakuan Andi Mengetahui Ada Perempuan di Rumah Anaknya
• Ganja Jadi Tanaman Obat, BNN: Peraturan Menteri Tak Boleh Bertentangan dengan Undang-Undang
Yaman menghadapi bencana berupa hujan lebat dan banjir yang melanda negara itu selama tiga bulan terakhir, PBB memperingatkan pada hari Minggu (23/8/2020) lalu.
Banjir bandang telah menewaskan sedikitnya 148 orang.
Lebih dari 300.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Banjir juga telah menghancurkan properti, tanaman, dan ternak.
Provinsi Marib, Amran, Hajjah, Hodeidah, Lahj, Aden dan Abyan terkena dampak paling parah.
Ribuan orang di Yaman menganggur dan otomatis upaya untuk menahan penyebaran virus corona menjadi terhambat, kata juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Andrej Mahecic.
"UNHCR sangat prihatin, komunitas pengungsi sangat rentan terhadap pandemi COVID-19, banyak yang tidak dapat mempraktikkan social distancing, mengakses air bersih untuk mencuci tangan atau melakukan tindakan lain untuk mencegah penularan virus juga sangat sulit," kata Mahecic kepada Arab News.
Ribuan orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka dan mencari perlindungan di masjid, pusat kesehatan dan sekolah.
"Banyak pengungsi yang terkena dampak banjir sudah hidup dalam kemiskinan yang parah."
"Mereka seringkali tinggal di tempat penampungan darurat yang penuh sesak yang terbuat dari terpal plastik atau lumpur, yang kini telah hanyut."
Bendungan telah runtuh, sementara bendungan yang terbesar, di Marib, meluap, membanjiri tempat penampungan dan menyapu pertanian.
Saat ini dikhawatirkan bendungan Marib akan meledak karena tidak dirawat dengan baik.
"Bendungan itu sangat rentan meledak. Ini akan menghancurkan daerah irigasi hilir, yang menampung ribuan orang terlantar, serta bagian bawah kota Marib," kata Mahecic.
• Hamas-Apri Deklarasikan Pencalonannya di Pilkada Bungo
• Guru Honorer di Tanjabbar Ditahan Polisi, Akui Lakukan Hubungan Badan dengan Anak SMA Karena Cinta
Kesaksian seorang korban
Keluarga Ahmed Saeed Baamer dan tiga orang lainnya mencari perlindungan dengan kerabat di desa Radfan, sebelah barat kota pelabuhan Mukalla.
Hujan badai dan air banjir membuat rumah mereka tidak dapat dihuni lagi.
Mereka sekarang telah kembali ke rumah untuk menunggu bantuan.
"Kami tidak punya pilihan lain selain kembali ke rumah," kata Baamer, seorang perawat, kepada Arab News.
"Rumah kerabat kami penuh sesak. Pemerintah tidak membantu kami."
"Seorang insinyur pemerintah melihat kerusakan di rumah saya dan pergi tanpa mengatakan kapan mereka akan membantu."
"Yang kami inginkan hanyalah akomodasi yang lebih aman."
• Kabar Baik dari Jambi, 6 Pasien Covid-19 Sembuh, 148 Orang Masih Dirawat
• Modus Bimbingan Belajar, Siswi SMA asal Palembang Diduga Jadi Korban Asusila Pria di Tanjabbar
Sementara itu, Salem Al-Khanbashi, wakil perdana menteri Yaman dan kepala komite darurat nasional tertinggi, mengatakan kepada Arab News, pemerintah telah mengalokasikan 2,5 miliar riyal Yaman (9,9 juta dolar AS) untuk rekonstruksi dan bantuan setelah banjir pada Maret dan April.
Ketika hujan terus berlanjut, pemerintah yang sudah kekurangan dana terpaksa meminta bantuan donor internasional.
"Kami tidak dapat mengalokasikan lebih banyak dana karena banjir dan hujan semakin besar dan menyebabkan kerusakan besar di seluruh negeri. RUU rekonstruksi berada di luar kemampuan pemerintah," kata Al-Khanbashi.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Video Haru, Suami Tak Bisa Selamatkan Anak dan Istrinya yang Terseret Banjir.
Sumber foto: IST