Blak-blakan Gatot Nurmantyo Ungkap Pernah Ditawari Jokowi Kursi Menhan

Gambarannya sudah terlihat saat Presiden Jokowi menugaskan Prabowo Subianto dalam program

Editor: Nani Rachmaini
Tribun Pekanbaru
Jokowi, Gatot Nurmantyo, dan Marsekal Hadi Tjahjanto 

TRIBUNJAMBI.COM - Dua kabar terbaru terkait kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi berita trending hari ini, Jumat (21/8/2020).

Pertama terkait kabar reshuffle kabinet Jokowi yang salah satunya disebutkan menimpa Prabowo Subianto dan isu Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima TNI.

Berita populer kedua adalah tentang pengakuan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang menyatakan sempat menolak tawaran Jokowi menjadi menteri.

Saat itu dirinya mengaku jabatan yang ditawarkan adalah Menteri Pertahanan ( Menhan).

 Cara Mendapatkan Ampunan Allah SWT dengan Salat Taubat, Lengkap dengan Doa Taubat Nasuha

 USAI Cairnya Gaji ke-13, PNS Akan Dapat Kabar Baik Lagi, Terima Pulsa Per Bulan, Cek Nilainya

Karena satu dan lain hal ia menolak menggantikan posisi  Ryamizard Ryacudu ketika itu.

Dilansir TribunWow.com, hal itu Gatot sampaikan saat diundang dalam tayangan eTalk Show di TvOne, Kamis (20/8/2020).

Dalam kesempatan itu Gatot juga membantah dirinya memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019.

Mantan Pangkostrad itu menegaskan dirinya bersikap netral saat pilpres.

Awalnya hal itu disinggung presenter Wahyu Muryadi.

"Pada last minute kayaknya Anda menentukan sikap politiknya untuk berpihak kepada paslon capres nomor 02 (Prabowo-Sandiaga), betul ya?" tanya Wahyu Muradi.

Ia membantah kehadirannya dalam acara pasangan calon tersebut berarti dukungan.

"Saya datang ke sana kampanye enggak? Saya bicara kebangsaan itu," tegas Gatot Nurmantyo.

"Sampeyan 'kan milih 02 to? Diumumkan itu," tanya Wahyu lagi.

"Kok bisa tahu? Di dalam bilik kok," jawab Gatot mengelak.

Wahyu lalu melontarkan sindiran sikap narasumbernya ini seolah menunjukkan keinginan menduduki jabatan menteri.

"Kayaknya masih pengen jadi menteri. Pengen jadi menteri enggak?" ungkit mantan Juru Bicara Kepresidenan Abdurrahman Wahid itu.

Gatot tidak menampik dirinya memang pernah ditawari jabatan menteri untuk menggantikan Ryamizard Ryacudu.

"Saya pernah ditawari, zamannya Pak Jokowi, menjadi Menteri Pertahanan menggantikan Pak Ryamizard," ungkap mantan Pangkostrad ini.

Meskipun mengapresiasi tawaran itu, Gatot menegaskan ia menolak.

"Saya nolak. Saya bilang, 'Tidak ada satu pun Panglima TNI bermimpi menjadi menteri pertahanan, tetapi sisa waktu saya di Panglima TNI saya akan menularkan tentang moral dan etika'," paparnya.

Ia mengungkapkan alasannya menolak jabatan tersebut.

Ia menjelaskan sebelumnya merasa selalu terkesan bertentangan dengan menteri pertahanan yang saat itu menjabat.

Gatot beralasan ada perintah yang sempat ia tentang dari menteri pertahanan ketika itu.

"Selama ini di media seolah saya bermusuhan dengan menteri pertahanan karena saya diajak latihan di Laut China Selatan dengan tentara China, saya tidak mau," paparnya.

 Kerjasama dengan China, Pemerintah Datangkan 40 Juta Dosis Vaksin Covid-19

 Peristiwa Bersejarah yang Pernah Terjadi di Bulan Muharram, Di Antaranya Kisah Nabi Musa dan Firaun

"Itu saya membela pemerintah, karena pemerintah mengatakan di Laut China Selatan harus kondusif. Kalau latihan 'kan enggak kondusif. Makanya kayak marah gitu, padahal enggak ada apa-apanya," jelas Gatot.

Oleh karena itu, ia merasa harus menolak tawaran Jokowi karena tidak ingin terkesan menginginkan jabatan.

"Kalau saya terima, seolah-olah kalau kamu ingin jabatan sogok atasanmu supaya atasanmu digantikan," ungkap Gatot.

Bergabung dengan KAMI

Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan alasannya sempat bungkam sebelum deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne, Selasa (18/8/2020).

Diketahui sejumlah tokoh menghadiri deklarasi yang diadakan di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat tersebut.

Dalam deklarasinya, KAMI menyampaikan delapan poin tuntutan terhadap pemerintah.

"Masukan-masukan ini adalah untuk menyelamatkan Indonesia," jelas Gatot Nurmantyo.

Ia menjelaskan awal pembentukan KAMI tidak mudah, bahkan untuk persoalan nama.

"Kami berdiskusi keras. Keras kalau kami berdiskusi. Untuk menjadi KAMI aja ada tiga bulan," ungkap dia.

Gatot menyinggung ia sempat bungkam lama sebelum deklarasi KAMI.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu mengungkapkan alasannya.

"Yang terakhir aja saya sembunyi. Biar muncul-muncul, tahu-tahu deklarasi saya enggak datang," ungkit Gatot.

"Daripada saya sensi," jelasnya.

Gatot mengakui ia tidak banyak mengajak sesama perwira TNI.

Pasalnya ia menduga akan ada risiko ketidaksetujuan dari banyak pihak, terutama dari perwira yang masih aktif.

"Saya tidak mengajak teman-teman saya yang dari purnawirawan TNI. Tidak banyak, hanya sebagian saja," kata Gatot.

"Resistensinya akan tinggi, dia punya tentara dan sebagainya," tambah mantan Pangkostrad itu.

Gatot menjelaskan, alasannya memutuskan bergabung dengan KAMI adalah karena merasa sudah bagian dari sumpahnya sebagai abdi negara.

"Saya punya menantu tentara juga, tapi saya bilang, 'Ini adalah harga mati karena sumpah saya'," kata Gatot.

"'Kamu bisa seperti ini karena kamu anak tentara. Saya bisa seperti ini juga karena saya anak tentara'. Sumpah itu yang harus saya pertanggungjawabkan dunia akhirat," jelasnya.

Tidak hanya itu, di awal segmen Gatot membenarkan dirinya jarang muncul di hadapan publik setelah tidak lagi menjabat sebagai Panglima TNI.

"Banyak orang bertanya, kenapa dari 2017 saya diam-diam, tiba-tiba saya muncul," ungkitnya.

"Itu adalah hasil perenungan saya bahwa saya telah diberikan kenikmatan yang luar biasa, Alhamdulillah, sebagai seseorang yang berkarya di TNI saya sampai puncak, saya panglima TNI," jelas Gatot.

 Dampak Buruk Kebiasaan Menguyah Es Batu, Merusak Gigi hingga Sebabkan Anemia

Reshuffle Kabinet

Sementara itu, kabar tentang reshuffle kabinet Jokowi kembali beredar.

Kali ini kabar yang beredar, salah satunya menyebut KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa diajukan jadi Panglima TNI.

Selain Andika Perkasa yang digadang-gadang jadi Panglima TNI, sejumlah nama menteri juga disebut-sebut akan ikut dalam gerbong reshuffle Presiden Joko Widodo kali ini.

Kursi Panglima TNI sepertinya bakal diisi dari matra darat, Jenderal TNI Andika Perkasa calon kuat.

Indonesia Police Watch atau IPW mendapat informasi bahwa KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa akan diajukan sebagai Panglima TNI menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Ketua Presidium IPW, Neta S Pane menjelaskan informasi yang diterimanya, setelah pergantian Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto tidak langsung pensiun dari pemerintahan.

Presiden Jokowi menginginkan agar mantan KSAU itu tetap masuk di kabinet.

Informasi yang diperoleh IPW, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto akan duduk di Menteri Pertahanan menggantikan Prabowo Subianto.

Meski ada pula informasi yang menyebut Marsekal TNI Hadi Tjahjanto akan menempati posisi Menteri Perhubungan menggantikan Budi Karya Sumadi.

“Semula pasca digeser dari Panglima TNI, Hadi akan istirahat sebagai Dubes RI di Perancis, tapi Jokowi tetap memintanya di Tanah Air untuk masuk ke kabinet,” ujar Neta S Pane dalam keterangan tertulisnya, Kamis (20/8/2020).

Selain posisi Panglima TNI, Neta S Pane juga mendapat informasi akan ada perombakan dan pergantian menteri di Kabinet Indonesia Maju.

Akan ada 11 hingga 18 menteri yang digeser dan diganti.

PDIP akan mendapat tambahan jatah menteri.

Jumlah menteri dari anggota Polri, sambung Neta S Pane, diperkirakan juga akan bertambah dalam kabinet hasil reshuffle tersebut.

Bersamaan dengan itu Panglima TNI yang baru akan dilengkapi dengan jabatan Wakil Panglima TNI.

“Rotasi dan pergantian kabinet sepertinya akan dilakukan Presiden Jokowi setelah pergantian Panglima TNI. Sementara pergantian Kapolri akan dilakukan sesuai jadwal, yakni pensiunnya Jenderal Pol Idham Azis pada awal Januari 2021,” ujar Neta S Pane.

“Berkaitan dengan rencana reshuffle itu beredar kabar bahwa setelah digantikan Jenderal TNI Andika Prakasa, Panglima TNI Hadi Tjahjono akan menjadi Menteri Pertahanan," sambung Neta S Pane.

Setelah Menteri Pertahanan ditempati oleh Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, lantas kemana perginya Prabowo Subianto.

Neta S Pane hanya memberi sinyal bahwa Prabowo Subianto tetap di kabinet.

 Gelang Emas Tali Inisial Huruf Lagi Diminati Anak Muda Jambi

Gambarannya sudah terlihat saat Presiden Jokowi menugaskan Prabowo Subianto dalam program cadangan ketahanan pangan.

“Yang jadi pertanyaan menjelang reshuffle kabinet ini adalah, ada apa dengan Program Cadangan Ketahanan Pangan yang dipercayakan Jokowi kepada Prabowo? Apakah ini pertanda pada reshuffle ini Prabowo akan digeser menjadi Menteri Pertanian,” ujar Neta S Pane.

Neta S Pane menyampaikan hasil dari reshuffle ini, nantinya jumlah menteri yang memiliki latar belakang dari kepolisian di kabinet juga diprediksi bertambah.

Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut ihwal figur polri yang bakal masuk ke kabinet Jokowi.

"Jumlah menteri dari anggota Polri diperkirakan juga akan bertambah dalam kabinet hasil reshuffle ini," kata dia.

Dari informasi yang didapatkan IPW, sedikitya ada 11 menteri Jokowi yang akan kena reshuffle yakni:

1. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi,

2. Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki,

3. Menkumham Yasonna Laoly,

4. Menpora Zainuddin Amali,

5. Mendikbud Nadiem Makarim,

6. Menteri Pariwisata Wishnutama.

7. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto,

8. Mensos Juliari Batubara,

9. Menteri Kominfo Johnny G Plate,

10. Menkes Letnan Jenderal TNI Dr dr Terawan Agus Putranto Sp Rad,

11. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita,

12. Menteri BUMN Erick Thohir,

13. Menteri Agama Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi,

14. Menaker Ida Fauziyah,

15. Kepala Bulog Komisaris Jenderal Pol (Purn ) Budi Waseso, dan beberapa kementerian lain. (*)

SUMBER: Surya

 Kata Mahasiswa di Jambi Tentang Pendidikan Militer Mahasiswa Indonesia

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved