Ditemukan di Goa Afsel, Ternyata Manusia Sudah Pakai Panah Beracun Lebih dari 70 Ribu Tahun Lalu

Ditemukan di Goa Afsel, Ternyata Manusia Sudah Pakai Panah Beracun Lebih dari 70 Ribu Tahun Lalu

Editor: Deni Satria Budi
Kompas.com
Ilustrasi. Busur dan panah yang digunakan manusia purba untuk berburu monyet dan tupai. (cnn) 

TRIBUNJAMBI.COM - Penggunaan panah beracun, ternyata sudah lama dilakukan. Bahkan sejarah penggunaan panah beracun jauh lebih tua dari yang diperkirakan selama ini.

Hal ini terungkap saat temuan tulang kecil yang ditemukan di Gua Blombos, Afrika Selatan. Peneliti menyebut kalau tulang tersebut merupakan bagian dari panah beracun.

Sebuah studi mengungkap jika, manusia telah memakai teknologi tersebut selama lebih dari 70.000 tahun yang lalu.

Seperti dikutip dari Science Alert, Minggu (9/8/2020) dalam studinya, arkeolog Marlize Lombard dari University of Johannesburg, Afrika Selatan melakukan penelitian terhadap 128 panah tulang yang terdiri dari panah non racun dan mengandung racun.

Dari Tulang Binatang, Busur dan Panah Tertua Ditemukan di Srilanka, Begini Fungsi dan Bentuknya

Menguak Misteri Sejarah Kemaritiman Nusantara, Situs Perahu Kuno Lambur Akan Kembali Diteliti

Lombard menyebut, panah yang tak mengandung racun perlu menembus tubuh mangsa hingga dalam untuk membunuh atau melumpuhkan secara efektif.

Sementara itu, panah yang tak mengandung racun hanya perlu menusuk melalui kulit hewan untuk mengakses aliran darah.

Selanjutnya Lombard membandingkan panah-panah tersebut berdasarkan waktu pembuatannya. Dari analisisnya, ia menemukan kalau enam panah berasal dari 72.000-80.000 tahun yang lalu dan memiliki ciri sebagai mata panah beracun.

Pejabat AS Kunjungi Taiwan, Picu Kemarahan China, Ternyata Negara Merdeka Dianggap Provinsi

Siapa Sebenarnya Kim Soo Hyun?Aktor Termahal Korea dengan Bayaran RP 2,3 Miliar per Episode

Temuan yang kemudian telah dipublikasikan di Journal of Archaeological Science: Reports ini pun menunjukkan bagaimana manusia purba memiliki dan mampu menggunakan teknologi yang efektif untuk berburu.

Sebelumnya, beberapa bukti penggunaan panah beracun juga sudah pernah ditemukan oleh peneliti. Jejak senyawa yang sangat beracun ditemukan pada aplikator kayu berusia 24.000 tahun yang ditemukan di gua perbatasan Afrika Selatan.

Selain itu juga, peneliti menemukan retakan tulang berusia 60.000 tahun yang diduga sebagai panah. Tulang tersebut memiliki residu hitam yang kemungkinan besar adalah racun, lem, atau bahkan keduanya.

Penggunaan panah beracun pun hingga saat ini pun masih digunakan oleh kelompok pemburu pengumpul Kalahari San di Afrika bagian selatan.

Kelompok itu melapisi senjata mereka itu dengan isi perut larva kumbang Diamphidia nigroonata. Larva tersebut mengandung racun diamphotoxin yang bahkan mampu menjatuhkan jerapah dewasa.

Sumber : Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved