Human Interest Story
Ini 5 Gebrakan Nuraini untuk Memajukan Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19
Nuraini menjadi salah satu sosok inspiratif terutama dalam dunia pendidikan selama pandemi covid-19.
Penulis: Samsul Bahri | Editor: Teguh Suprayitno

TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL-Nuraini menjadi salah satu sosok inspiratif terutama dalam dunia pendidikan selama pandemi covid-19. Ia harus melakukan berbagai gebrakan untuk tetap memberikan pembelajaran yang produktif terhadap anak didiknya.
Melalui gebrakan tersebut, dirinya juga memotivasi guru-guru untuk menyadari bahwa situasi pandemi covid-19 menjadikan semuanya berperan aktif untuk memberikan pembelajaran yang tidak kalah produktif dengan proses belajar tatap muka. Ini lima hal yang dilakukan Nuraini.
1. Memanfaatkan WhatsApp untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Sebelum melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), Nuraini mengkondisikan semua wali kelas, mulai dari kelas I sampai kelas VI untuk mempersiapkan belajar dari rumah sesuai anjuran pemerintah.
Di ungkapkan oleh Nuraini, sebelum adanya pandemi pihak sekolah sudah memanfaatkan media sosial WhatsApp sebagai jalur komunikasi antara guru dan wali murid. Hal ini menurutnya tinggal bagaimana guru memaksimalkan aplikasi yang sebelumnya memang telah dijalankan.
• Kisah Kepala Sekolah Inspiratif, Nuraini: Pandemi Membuat Kami Lebih Kuat
• Tahun Ajaran Baru, 54 Plt Kepala Sekolah di Muarojambi Akan Ditetapkan
“Kan memang harus kita persiapkan sebaik-baiknya. Salah satu media yang familiar adalah WhatsApp. Kita juga disemua kelas ada grup WA antara guru dan wali murid, jadi itu yang kita gunakan, tinggal kita memperkuat dan memaksimalkannya,” ujar Nuraini.
Nuraini memberikan pengetahuan praktis kepada para wali kelas agar dalam pembelajaran daring siswa tetap mendapatkan pembelajaran bermakna sebagaimana pembelajaran tatap muka. Berbagai tugas diberikan melalui WA, termasuk hal-hal yang memang perlu dipertanyakan, melalui WA berbagai hal tersebut diakomodir secara maksimal.
“Wali kelas tetap kita gerakkan ya, tidak bisa ditinggal begitu saja. Semua sadar, bahwa kita tidak bisa diam, artinya memang ada guru yang menggunakan aplikasi tatap muka sehingga ada proses tatap muka dengan siswa meskipun melalui daring," terangnya.
Ia mengakui bahwa ada beberapa kompetensi guru yang belum mumpuni dalam bidang teknologi. Namun, dengan adanya pandemi ini, semua guru suka tidak suka mendobrak dirinya untuk bisa memaksimalkan teknologi yang ada saat ini.
"Di awal memang kita akui masih banyak kekurangan, tapi ke sini-sini semua guru mengimbangi, artinya inilah masa yang perlu kita jalani, tetap produktif bekerja dan memberikan pembelajaran melalui tugas ke anak didik kita," tegasnya.
Ia menyebutkan bahwa setiap tugas yang diberikan oleh guru atau wali murid dan dikerjakan oleh siswa, setelah tugas selesai dikirim melalui WA. Termasuk saat anak mengerjakan tugas tersebut, pihaknya meminta kepada wali murid untuk memfotokannya dan dikirim melalui WA.
"Dari grup WA guru dan Wali murid tadi, dikirim lagi ke grup internal kita. Jadi kita bisa memantau dan mengevaluasi," pungkasnya.
• Verifikasi Faktual Berkas Dukungan Romi-Robby, KPU Tanjab Timur Beri Waktu LO hingga 12 Juli
• Rampok Bersenpi di Bungo Dibekuk, Uang Rp 50 Juta Kades Rantau Tipu Raib
2. Memfasilitasi orang tua siswa yang tidak memiliki smartphone untuk mengambil penugasan siswa ke sekolah
Salah satu peran kepala sekolah yang bisa dilakukan, menurut Nuraini, adalah kerja sama dengan orang tua. Nuraini juga mengakui bahwa masih ada siswa yang tidak memiliki gawai pintar untuk bergabung dalam grup WA.
Namun, untuk mengakali hal tersebut, melalui pesan berantai dari wali murid di minta untuk memberikan informasi tugas atau hal penting lainnya kepada wali murid lainnya yang tidak memiliki gawai pintar.
"Kita minta wali murid yang mungkin dekat dengan yang belum memiliki HP untuk memberi info terkait tugas atau informasi penting lainnya. Alhamdulilah wali murid juga saling tolong-menolong," ungkapnya.
Upaya lain yang dilakukan oleh Nuraini yaitu meminta orang tua yang tidak memiliki gawai untuk mengambil tugas, lembar kerja peserta didik (LKPD) di sekolah. Karena menurut Nuraini peran orang tua tidak bisa dihilangkan semasa Covid-19 ini untuk memberikan pendampingan kepada anak dalam pembelajaran di rumah.
"Ini yang penting, memberikan pemahaman kenapa kita harus belajar dari rumah. Sehingga jika ada siswa yang tidak memiliki gawai maka solusinya bisa datang ke sekolah dengan protokol kesehatan, seperti layanan drive thru," kata dia.
3. Mengidentifikasi guru yang memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi
Nuraini mengakui setelah adanya pandemi mengharuskan guru melakukan pembelajaran jarak jauh yang artinya menggunakan teknologi. Namun Nuraini mengakui tidak semuanya guru bisa mengoperasikan kemajuan teknologi.
“Jangan dulu berbicara Zoom, Cisco Webex, Google Classroom atau yang lainnya, untuk mengoperasikan perangkat laptop saja masih ada yang harus ditingkatkan lagi kompetensinya,” ujarnya.
Penemuan di lapangan tersebut membuat Nuraini melakukan pemetaan dengan mengumpulkan kekuatan siapa saja guru yang sudah bisa mengoperasikan laptop, dan bisa melakukan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan teknologi aplikasi seperti Zoom tadi.
Nuraini berharap dukungan guru-guru yang menguasai teknologi dengan mengajarkan temannya yang tidak bisa memanfaatkan teknologi bisa memperpendek jurang pemisah antara guru satu dan lainnya.
“Ada manfaatnya ya, jadi saya bisa mengajak semua guru yang bisa untuk mengajarkan guru lainnya yang belum bisa,” tambah Nuraini.
4. Membelikan kuota untuk guru dan memasang WiFi sekolah
Datangnya Covid-19 memang mengubah segalanya, demikian yang disampaikan Nuraini. Karena adanya pandemi, pihaknya langsung membelikan kuota bagi para guru untuk melakukan pembelajaran dari rumah.
“Agar tidak membebani guru, setelah menghitung ulang RKAS, kita anggarkan untuk pembelian kuota bagi para guru, agar lancar selama belajar dari rumah,” katanya.
• Provinsi Jambi Kini Bisa Lakukan Uji Swab Mandiri
• Buron 17 Tahun Maria Pauline Tiba Bandara Soetta, Langsung Jalani Rapid Test
Selain membelikan kuota bagi guru, Nuraini juga memperkuat jaringan internet di sekolahnya, agar jika ada guru yang ke sekolah tetap melakukan pembelajaran, juga untuk mempermudah staf tata usaha dalam menjalankan tugasnya.
“Protokol kesehatan tetap dijalankan, menjaga jarak dan memakai masker walaupun guru ke sekolah,” kata Nuraini.
5. Menyusun ulang RKAS di masa Pandemi
Setelah dilanda pandemi, tentu saja rencana dan anggaran sekolah mengalami perubahan. Mau tidak mau Nuraini harus menyusun ulang Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS). Seperti halnya di awal tahun ajaran baru.
“Ini kan sesuatu yang tidak bisa kita duga-duga ya, sebagai Kepala Sekolah harus menyusun ulang RKAS, dan mencari alokasi lainnya untuk memenuhi kebutuhan anggaran sekolah selama pandemi,” kata Ibu Nur, panggilan akrab Nuraini.
Untungnya, dukungan wali murid dirasa Nuraini sangat membantu selama pembelajaran dari rumah. Pemahaman wali murid dengan kondisi seperti ini turut membantu kinerja dari proses pembelajaran anak dirumah melalui daring.
“Coba bayangkan, orangtua butuh kuota internet, jadi kita harus memberikan pengertian kepada mereka, bahwa inilah kondisi yang kita hadapi, tidak menyalahkan tapi sama-sama cari solusi,” pungkasnya.