Mahasiswa Kendalikan Prostitusi Online, Tawarkan Pelajar SMA dan Mahasiswi via Medsos
Penangkapan yang dilakukan petugas karena konten yang diunggah MH di medsos diketahui oleh Tim Patroli Cyber Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda
Namun setelah sepekan membuk jasa layanan hubungan badan digerebek Subnit VC Unit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya.
Ketika penggerebekan berlangsung, para tersangka mengaku sudah sepekan expo di Surabaya.
Kota Surabaya dipilih mucikari karena setiap expo cukup ramai konsumen dibanding kota lain.
"Sehari bisa melayani 4 sampai 5 orang tamu," kata Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Sudamiran didampingi Kanit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya, Iptu Agung Kurnia Putra, Kamis (14/5/2020).
Tujuh muncikari yang digiring ke Mapolrestabes Surabaya yakni, Edwin Mariyanto alias Edwin (21) dan Aziz Haryanto (27), warga Jalan Asep Berlian Gang Saluyu, Kecamatan Cibeunying Kidul Bandung, Selvia Andriani (29), Kampung Rancalame, Kelurahan Tegal Luar, Kecamatan Bojongsoang Bandung.
Juga, Akmal Muyassar Rahman alias Akmal (19), warga Sindangsari III, Kelurahan Antapani Wetan, Kecamatan Antapani Bandung, Diah Nuraeni (24), warga Jalan Baranang Siang, Kelurahan Kebonpisang, Kecamatan Sumur Bandung, Dadan (20), warga Bandung dan Edi Wiyono (30), warga Trenggalek.
Sementara tujuh PSK online yang dibawa para tersangka dari Bandung, setelah dimintai keterangan penyidik dipulangkan ke Bandung. Usianya raya-rata 25 tahun.
Kulitnya kuning langsat, berparas ayu dan tinggingnya semampai. Mereka diinapkan di beberapa kamar hotel di wilayah Surabaya Timur.
Dari keterangan tersangka, menggeluti muncikari sudah lebih dari enam bulan lalu. Setiap bulannya, tersangka bisa meraup keuntungan antara Rp 5 juta hingga 10 juta.
Dalam pemeriksaan juga terungkap, tujuh muncikari setiap bulannya keliling kota-kota besar di Indonesia.
Sasaran expo PSK online dan muncikari online di antaranya, Surabaya, Jakarta, Bandung, Bali dan Makassar untuk menawarkan jasa zina.
"Anak buah para tersangka ini dibawa dari Bandung. Ada pula dari mulut ke mulut. Terkadang di tempat singgah itu, mereka mencari wanita yang bersedia untuk ditawari menjadi anak buahnya," jelas Iptu Agung Kurnia Putra.
Untuk memasarkan anak buahnya lewat jejaring sosial, tersangka menerapkan sistem down payment (DP) via rekening untuk mengunci slot layanan anak buahnya.
"Para pelanggan harus mentransfer sejumlah uang dulu sesuai tarif dan kesepakatan antara pelanggan dan muncikari," tandasnya.
Terbongkarnya prostitusi online itu setelah muncikari memasarkan anak buahnya lewat aplikasi Mi Chat dan twitter. Mereka mempromosikan anak buahnya yang dibawa dari Bandung siap menemani berikut beberapa foto 'ayam piaraannya'.