Berita Internasional

Indonesia Bakal Jajah & Monopoli Minyak Sawit Eropa, LSM di Swiss Ketakutan dan Lempar Isu Nakal

Indonesia Bakal Jajah & Monopoli Minyak Sawit Eropa, LSM di Swiss Ketakutan dan Lempar Isu Nakal

Editor: Andreas Eko Prasetyo
kompas.com
(Ilustrasi) Petani menaikkan tandan buah segar kelapa sawit ke atas truk 

"Tapi saya disini tidak mewakili SP,“ katanya.

Meski dalam perjanjian kerja sama itu ditekankan tidak ada lagi perusakan lingkungan, Ronja ragu pemerintah Indonesia bisa bersikap tegas.

"Bagaimana pengaturannya nanti. Dan bagaimana sanksinya kalau tidak ditepati perjanjiannya. Ini juga harus dipikirkan,“ imbuhnya.

Menurut Ronja, perjanjian kerjasama antara Indonesia dan Swiss hanya menguntungkan industri besar.

Naik Helikopter Swasta Untuk Kepentingan Pribadi, Ketua KPK Kembali Dilaporkan ke Dewan Pengawas

Dua Pasien Covid-19 Muarojambi Sudah Sembuh, Ini Alamatnya

Rekam Jejak Keartisan & Politik Zumi Zola, Mantan Gubernur Jambi yang Ditahan Kasus Gratifikasi

"Lebih banyak mudharatnya ketimbang keuntungannya. Saya berharap, referendum akan disetujui dan rakyat Swiss yang akan menentukan,“ katanya.

Masyarakat Swiss saat ini menggunakan minyak goreng dari perasan biji canola, yang sebagian besar diproduksi petani Swiss.

Lalu bunga matahari, kacang tanah dan buah zaitun.

Minyak canola saat ini dikampanyekan sebagai minyak paling sehat, bersama dengan minyak zaitun.

Sementara mentega yang ada di Swiss sebagian besar diproduksi dari susu sapi petani lokal.
Dalam kerja sama Swiss dan Indonesia, Swiss mendapatkan potongan harga 40% produk minyak sawit.

Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Muliaman Hadad mengatakan, bahwa kerja sama antara Swiss dan Indonesia, akan menguntungkan kedua belah pihak.

Dua Bulan Habis Rp 833 Juta untuk Penanganan Covid-19 di Sarolangun, Ini Kata Dokter

Sinopsis Film Krrish Tayang di ANTV, Sekuel dari Film Koi Mil Gaya

Ini 10 Daerah Kasus Positif Coronanya Tertinggi, Jakarta Pusat di Urutan Pertama

"Ada 280 juta jiwa di Indonesia yang akan menjadi pangsa pasar Swiss. Jika kita bicara Asia Tenggara, akan ada lagi 700 juta jiwa sebagai pangsa pasar lainnya,“ kata Muliaman Hadad seperti dikutip Swissinfo.

Dalam perjanjian kerjasama dagang tersebut, produk kelapa sawit yang akan masuk Heidiland dibatasi hanya 10.000 ton.

Jumlah yang sebenarnya tidak banyak untuk keseluruhan ekspor produk kelapa sawit Indonesia yang mencapai 35 juta ton per tahunnya.

Menurut Nur Hasanah , Doktor lulusan ETH Zurich yang meneliti kelapa sawit, jumlah 16 juta hektar perkebungan kelapa sawit yang ada di Indonesia, tidak semua merupakan perambahan hutan.

"Hanya empat juta hektar hasil deforestasi. Sisanya, 12 juta hektar free deforestrasi,“ katanya kepada Kompas.com.

Naik Helikopter Swasta Untuk Kepentingan Pribadi, Ketua KPK Kembali Dilaporkan ke Dewan Pengawas

Dua Pasien Covid-19 Muarojambi Sudah Sembuh, Ini Alamatnya

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved