Obat Dexamethasone Miliki efek samping yang Berbahaya, Dr Spesialis Paru: Bisa Pendarahan Lambung!
Selain itu, efek samping lainnya adalah bahwa Dexamethasone tidak bisa diberikan kepada pasien dalam waktu yang cukup lama.
TRIBUNJAMBI.COM - Obat Dexamethasone kini disebut mampu mengobati virus corona.
Namun, masyarakat secara umum belum mengetahui secara detail soal obat Dexamethasone tersebut.
Baru-baru ini Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan memberikan tanggapan terkait hasil penelitian baru terkait obat Dexamethasone yang diklaim mampu meberikan efek positif terhadap pasien kasus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Erlina Burhan memberikan apresiasi atas penelitian yang dilakukan oleh negara Inggris.
• Tarif Disepakati Tidak Sesuai, Wanita Pekerja Pijat Plus-plus Tewas Disayat hingga Dimasukkan Kardus
• Kakak Krisdayanti Sindir Ashanty Soal Peran Ibu Sambung, Aurel Emosi: Bunda Selalu Pasang Badan!
• Mahasiswi Ini Laporkan Seorang Dokter Atas Dugaan Pelecehan, Diminta Telanjang Saat Pemeriksaan
• 300 Warga Rampas Paksa Jenazah Corona dari Petugas dengan Senjata Tajam, Ancam Bakar Mobil Ambulans
Hal ini disampaikannya dalam acara Kabar Khusus tvOne, Rabu (17/6/2020).
Erlina Burhan mengatakan cara kerja dari obat Dexamethasone adalah untuk anti inflamasi atau peradangan.
Dirinya mengungkapkan bahwa pasien yang terpapar Covid-19 mengalami permasalahan utama yakni mengalami peradangan hebat.
Terlebih jika pasien tersebut mendapati gejala yang sudah cukup parah dan harus mendapatkan pertolongan medis.
"Ini cara kerjanya adalah anti inflamasi, anti peradangan dan kita tahu bahwa Covid-19 terjadi peradangan yang sangat hebat," ujar Erlina Burhan.
"Apalagi kalau pasien-pasien yang diteliti itu yang kritis yang dalam ventilator," sambungnya.
Sementara itu terkait kabar Dexamethasone mampu mengurangi risiko kematian sebanyak sepertiga persen dari risiko umumnya, tentu menjadi kabar yang menggembirakan.
Menurutnya, kabar tersebut tidak hanya akan disambut baik oleh tenaga media, melainkan juga semua masyarakat di dunia.
"Faktanya dari penelitian itu mendapatkan sepertiga dari pasien itu tertolong artinya bisa mengurangi angka kematian sepertiga dari biasanya," ungkapnya.
"Jadi ini memang suatu hasil yang menjanjikan, tapi kita baca selengkapnya. "
Meski begitu, Erlina Burhan mengaku menyadari bahwa Dexamethasone mempunyai efek samping yang cukup berbaya.
Dirinya mengungkapkan efek samping dari obat tersebut adalah bisa menyebabkan pendarahan lambung.
Maka dari itu, dikatakanya bahwa Dexamethasone harus diberikan dengan dosis yang rendah.
Selain itu, efek samping lainnya adalah bahwa Dexamethasone tidak bisa diberikan kepada pasien dalam waktu yang cukup lama.
Menurutnya, hal itu justru akan berdampak pada penurunan daya imun tubuh
"Kalau dexamethasone anti radang atau istilahnya anti inflamasi dan kenapa diberikan dalam dosis rendah karena kalau diberikan dengan dosis tinggi ini ada efek sampingnya,"
"Bisa terjadi pendarahan lambung, dan kalau diberikan dalam waktu lama juga bisa bahkan menurunkan sistem imun,"
"Jadi memang dianjurkan pemberiannya dalam dosis rendah saja," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 3.30
Dokter Spesialis Paru, Dokter Jaka Pradipta memberikan penjelasannya soal berapa lama kekebalan tubuh dapat bertahan dari Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, hal itu Jaka Pradipta sampaikan saat menjadi narasumber dalam program Sapa Indonesia Pagi KompasTV, Rabu (17/6/2020).
Mulanya, pembawa acara membacakan pertanyaan dari warganet soal Covid-19.
"Dokter apakah Virus Corona bermutasi? Dan berapa lama sistem kekebalan tubuh bertahan terhadap virus ini," kata pembawa acara.
Menanggapi hal itu, Jaka Pradipta membenarkan bahwa Virus Corona memang bermutasi.
Bahkan, kata dia, dari beberapa penelitian yang dilakukan ditemukanada beberapa jenis Virus Corona.
Jaka Pradipta mengatakan masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait Virus Corona.
"Jadi memang Virus Corona saat ini yang ditemukan memang bermutasi, banyak penelitian-penelitian yang memulai mencoba mengenali virus ini ternyata ada beberapa jenis," terang Jaka Pradipta.
"Dan di negara kita akan berbeda dengan negara-negara seperti di Eropa atau Amerika."
"Makanya dengan penelitian yang harus kita lakukan saat ini yang bersifat lokal tentu saja nanti outputnya juga harus lokal, maksudnya apakah terapi ini juga harus kita sesuaikan dan penanganannya juga akan berbeda."
"Ini adalah virus baru, jadi kita harus mencari tahu dan meneliti secara terus menerus," sambung dia.
Soal lama daya tahan tubuh menghadapi Virus Corona, Jaka Pradipta mengatakan hingga beberapa bulan dan tahun.
Menurutnya, tubuh memerlukan waktu dalam mengenali virus yang masuk.
Meski demikian, dirinya belum dapat memastikan karena belum ada penelitian lebih lanjut terkait hal tersebut.
"Mengenai daya tahan tubuh, memang untuk virus ketika tubuh kita sudah mengenali virus ini akan terbentuk antibodi," kata Jaka Pradipta.
"Memang dalam waktu beberapa bulan hingga tahun dia akan menurun daya tahan tubuh kita untuk mengenali virusnya, sehingga memang butuh booster biasanya, untuk menambah kemampuan kita untuk mengenali virusnya."
"Namun, saat ini data belum bisa menunjukkan berapa lama, berapa kuatkah daya tahan tubuh kita untuk terus menjaga tubuh kita, karena virus terus bermutasi, sehingga penelitian terus berjalan," tandas dia.
Simak videonya mulai dari menit awal:
Artikel ini telah tayang di https://wow.tribunnews.com/2020/06/18/sebut-mampu-turunkan-risiko-kematian-pasien-corona-erlina-burhan-ungkap-efek-samping-dexamethasone?page=all
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/dexamethasone-deksametason-merupakan-obat-pertama-yang-terbukti-efektif.jpg)