300 Warga Rampas Paksa Jenazah Corona dari Petugas dengan Senjata Tajam, Ancam Bakar Mobil Ambulans
Tak hanya menghalangi jalanya mobil ambulans, warga juga melengkapi aksinya dengan membawa senjata tajam.
TRIBUNJAMBI.COM - Sebanyak 300 warga melakukan aksi demo untuk menghadang petugas rumah sakit.
Warga di Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan, Jatim, menghadang mobil ambulans yang membawa jenazah pasien covid-19.
Tak hanya menghalangi jalanya mobil ambulans, warga juga melengkapi aksinya dengan membawa senjata tajam.
Mengutip dari Kompas pada Rabu (17/6/2020), kejadian tersebut terjadi sepekan lalu sekitar pukul 22.00 WIB.
• Inilah Kapal Perang Raksasa Indonesia yang Akan Didatangkan ke Natuna Hadang Jiangkai II Class China
• Kala 2 Jenderal TNI Nurut Hukum saat Ditilang Polantas dan Cerita Intelijen Sangar Dibentak Bintara
• Dihina Habis-habisan dengan Keluarga Mantan Pacar, Wanita Ini Balas Dendam dengan Cara Elegan
• Tak Sanggup Bayar Pengasuh Anaknya, Mirisnya Nasib Teddy yang Tak Dapat Warisan Lina Sepeser Pun
Selain menghadang petugas yang mengenakan baju hazmat, warga disebutkan telah mengambil paksa jenazah pasien covid-19 berinisial S (60).
Mulanya petugas masih mempertahankan jenazah yang telah meninggal di RS Moh Noer Pamekasan itu.
Namun sayang, upaya yang dilakukan petugas gagal lantaran para warga menghadangnya dengan menggunakan senjata tajam.
Ketua Satgas Penanganan Pasien Covid-19 RSUD Smart Pamekasan, Syaiful Hidayat, telah membenarkan aksi tersebut.
Pihaknya mengatakan bahwa warga mengancam petugas dan hendak membakar ambulans.
Setelah jenazah diambil, petugas akhirnya diminta untuk pulang.
Namun, aksi warga tak hanya sampai di situ saja.
Sebelum petugas pulang, warga disebutkan melepas baju hazmat yang dikenakan petugas secara paksa.
"Warga ingin jenazah dimakamkan tanpa protokol Covid-19 karena daerahnya tidak mau ada orang yang terpapar corona," jelasnya.
Akhirnya jenazah pasien dimakamkan sendiri oleh warga tanpa menerapkan protokol Covid-19.
Syaiful menambahkan, banyak warga yang tidak percaya bahwa keluarganya yang sakit kemudian dinyatakan positif Covid-19.
"Warga tidak percaya karena terpengaruh media sosial. Padahal tenaga medis bekerja berdasarkan keilmuan, bukan rekayasa," pungkasnya.