Virus Corona
Ternyata Begini Cara PSK Dapatkan Pelanggan Saat Pandemi Virus Corona, Tetap Pilih-pilih Tamu
Akibat Pandemi virus corona, salah satu bisnis yang paling terpukul adalah bisnis prostitusi. Rumah-rumah bordil dan klub striptis tutup dan senyap.
"Saya berupaya menawarkan seks secara online tetapi tidak semua orang mengerti teknologi. Beberapa pelanggan saya bahkan ada yang tidak tahu sama sekali cara menggunakan smartphone," terangnya.
• Keponakan Prabowo Ini Diusung Gerindra Jadi Penantang Putri Wapres di Pilkada Tangerang Selatan
• Mobil Bekas Dibawah Rp 30 Juta - Hyundai Verna, Suzuki Katana, Daihatsu Espass, Timor, Kijang Super
Pemerintah lokal kabarnya segera membuka kembali berbagai restoran dan kafe. Namun belum ada rencana untuk membuka kembali industri seks.
Walhasil, pekerja seks dilanda kecemasan yang mendalam.
Kalaupun dibuka, ia menghawatirkan kesehatan pelanggannya.
Pemerintah Australia memberikan bantuan keuangan bagi mereka yang kehilangan mata pencaharian karena krisis Covid-19.
Namun untuk mendapatkan bantuan itu, para pekerja harus membuktikan mereka membayar pajak.
Sialnya, para pekerja seks atau pekerja migran tidak masuk kriteria tersebut.
• Lagi-lagi, Nella Kharisma dan Dory Harsa Chat Mesra di IG, Kini Bahas Soal Jodoh, Resmi Pacaran?
Inilah masalah yang dihadapi pekerja seks di seluruh negara di dunia.
"Pemerintah memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat, tapi para pekerja seks ini tidak termasuk," kataTeela Sanders, profesor kriminologi Universitas Leicester, Inggris
Maka, kelompok perlindungan pekerja seks dan advokasi mencoba menggalang dana.
Tengok saja kelompok perlindungan pekerja seks Las Vegas Sex Worker Collective mengumpulkan dana sebesar US$ 19.300 atau Rp 274 juta eengan patokan kurs Rp 14.200 per dollar Amerika Serikat (AS).
Kelompok serupa di Italia menggalang dana hampir € 21.700 atau Rp 347 juta, kurs Rp 16.000 per Euro.
"Sumbangan ini dapat menyelamatkan hidup para pekerja seks yang harus segera membayar tagihan, membeli makanan dab sebagainya," kata Sanders.
Tapi itu belum menyelesaikan masalah.
Beberapa pekerja seks dipaksa uterus bekerja. Mereka berisiko terkena denda atau terpapar virus.
"Di negara-negara berkembang, para pekerja seks kerap menjadi tulang punggung keluarga. Jadi ini mempengaruhi seluruh keluarga besar," kata Prof Sanders.