Mengapa Bulan Disebut Pernah Hilang di Tahun 1110, Bahkan Tahun Itu Disebut Sebagai Tahun Bencana?

Tidak hanya itu, pada suatu malam di bulan Mei, Bulan tiba-tiba menghilang dari langit.

Editor: Deni Satria Budi
TRIBUNJAMBI/ANDIKA ARNOLDY
Ilustrasi gerhana_bulan 

Tim melihat adanya peningkatan aerosol sulfat (komponen debu vulkanik) pada kedua inti antara tahun 1108 dan 1110. Menunjukkan bahwa stratosfer dipenuhi asap letusan gunung berapi.

Lebih lanjut, mereka menemukan aktivitas vulkanik pada cincin pohon yang berasal dari periode yang sama.

Cincin pohon yang mengalami perubahan ketebalan sebagai respons dari pola iklim, mengungkapkan bahwa pada 1109, suhu sangat dingin dan basah di Eropa.

Mau Virtual Tour 12 Destinasi Seluruh Indonesia dengan Pemandu? Kamu Bisa Ikut Ini

Sandwich Buah Jadi Hits di Jepang, Sejak Pandemi Virus Corona

Iklim tersebut sangat anomali jika dibandingkan dengan beberapa letusan gunung berapi yang tercatat dalam sejarah.

Para peneliti kemudian melacak 13 narasi tentang cuaca buruk, gagal panen dan kelaparan pada masa itu mendukung teori bahwa serangkaian letusan gunung berapi benar-benar telah menghantam iklim Eropa.

Dalam sebuah catatan harian yang ditulis oleh pejabat Jepang, diketahui bahwa Gunung Asama mengalami serangkaian erupsi dari Agustus-Oktober 1108.

Ia menggambarkan letusan dengan semburan api ke langit.

Keterangan ini masuk akal mengingat terjadi lonjakan sulfat di inti es Greenland serta pencemaran aerosol di langit yang kemudian menutupi Bulan.

Peneliti menambahkan, ada erupsi lainnya di belahan bumi selatan pada 1107, kemungkinan juga berkontribusi pada sulfat di inti es Antartika.

Meski hasil studi ini kebanyakan bergantung pada studi tidak langsung, tapi menurut para peneliti, ini merupakan hipotesis terbaik mengenai kasus bulan yang menghilang.

Sumber : Nationalgeographic

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved