Virus Corona
Pakar UGM Sebut Virus Corona Terus Bermutasi, Jadi Tantangan Para Ahli Mengembangkan Vaksin
Pakar UGM Sebut Virus Corona Terus Bermutasi, Jadi Tantangan Para Ahli Mengembangkan Vaksin
Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
TRIBUNJAMBI.COM - Wabah virus corona hingga kini masih menyebar di berbagai negara-negara di dunia.
Sejumlah peneliti, ilmuwan hingga para ahli lainnya berlomba-lomba mencari dan membuat obat serta vaksin untuk menghentikan virus itu.
Akan tetapi, menurut beberapa ahli, virus ini terus bermutasi dan membuat para ilmuwan semakin kewalahan untuk menemukan obatnya.
Seperti yang disampaikan oleh Pakar Penyakit Dalam Spesialis Paru-Paru (Internis Pulmonologist) FKKMK UGM, dr. Sumardi, Sp.PD,KP., FINASIM., menyampaikan bahwa virus corona baru ini terus bermutasi dengan cepat.
• Lihat Pakaian Dalam Perawat dibalik APD, Pasien Bersemangat, Tak Ingin Mati, Alasannya Karena Gerah
• Ariel NOAH Sudah Temukan Pengganti Luna Maya dan Sophia? Rencana Pernikahan Sang Vokalis Disinggung
• Saksikan Konser Raya dari Rumah Rajut Kemenangan #LebaranDariRumah Bersama Dompet Dhuafa Malam Ini

Mutasi terjadi ketika virus mereplikasikan diri di dalam sel dan menyalin kode genetiknya.
Tribunjambi.com melansir dari situs resmi Universitas Gajah Mada di ugm.ac.id Virus corona jenis baru ini merupakan virus RNA.
Virus RNA yaitu strain yang saat bertemu dengan inang dapat membuat salinan baru yang bisa terus menginfeksi sel lain.
“Materi genetik Covid-19 adalah RNA dan asam aminonya terus berubah dan mutasi. Berbeda dengan virus DNA yang tidak lebih rentan terhadap perubahan,” jelasnya saat dihubungi Jumat (22/5).
Dia menyebutkan bahwa mutasi virus merupakan siklus yang biasa terjadi dalam evolusi virus.
Namun, mutasi ini akan mengubah tingkat keparahan penyakit yang disebabkannya. Virus yang telah bermutasi biasanya lebih kuat dibandingkan dengan sebelumnya.
• 71 Ucapan Selamat Idul Fitri 1441 H yang Bisa Dibagikan, Meski Lebaran 2020 di Tengah Pandemi
• Download Lagu MP3 Takbiran Online dari Mawardi Harland, Sholat Idhul Fitri s/d Salam Perdamaian
• Tanggal Berapa Lebaran 2020? Sidang Isbat Digelar Hari Ini, LAPAN Prediksi Seragam Pada 24 Mei 2020
Kondisi tersebut berpengaruh pada pengembangan vaksin Covid-19. Sebab, virus terus saja bermutasi dari waktu ke waktu yang mengubah perilakunya dalam menginfeksi.
Hal itu sama dengan yang terjadi seperti dalam pengembangan vaksin HIV.
Hingga saat ini belum ada hasil pengembangan vaksin yang bisa mencegah penyebaran virus HIV karena terus bermutasi.
Kondisi itu menyebabkan vaksin yang telah dikembangkan hanya sanggup melindungi dari strain virus tertentu dan tidak bisa digunakan untuk virus jenis baru.
“Menjadi tantangan dalam pengembangan vaksin untuk virus jenis RNA, termasuk Covid-19. Kalau sudah ditemukan vaksin kedepan harus diperbarui terus karena virusnya juga terus berubah,”papar Kepala Divisi Pulmonologi dan Penyakit Kritis RSUP Dr. Sardjito ini.

Dia menyampaikan merujuk kembali pada sifat-sifat virus RNA yang pada saat multiplikasi dapat terjadi kesalahan membaca kode asam amino yg menyusun gen virus.
Sedangkan vaksin dibuat sesuai unsur-unsur genetik virus RNA sumbernya.
Sementara pada saat vaksin sudah bisa dipakai untuk vaksinasi massal, virus RNA sudah mengalami mutasi unsur genetiknya.
Kondisi tersebut berpengaruh terhadap vaksin yang telah dihasilkan menjadikan daya proteksinya berkurang.