Virus Corona
Berhasil Tekan Angka Penyebaran Virus Corona Tanpa PSBB, Ini yang Diterapkan oleh Pemerintah Bali
Bali menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang dianggap berhasil menekan angka penyebaran Covid-19 tanpa PSBB.
Penulis: Rohmayana | Editor: rida
Menariknya, upaya Bali untuk menekan angka corona tidak dilakukan melalui PSBB seperti yang kebanyakan diambil pemerintah.
Pemerintah Provinsi Bali memiliki strategi sendiri untuk mengendalikan penyebaran corona.
• Kisah Pilu Siswi SMP di Gresik Dihamili Tetangga, Ibu Sakit Hingga Uang Damai Rp 500 Juta
• VIDEO Diduga Salah Paham, Warga Desa Senggreng di Kabupaten Malang Blokade Jalan dengan Batako
• Harga Bawang Merah di Sarolangun Naik hingga Rp 55 Ribu, Pengiriman Pasokan Terdampak Covid-19
Bahkan, strategi yang digunakan tersebut dianggap cukup efektif jika dibandingkan daerah lain.
Menurut Gubernur Bali Wayan Koster, ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk menilai strategi tersebut lebih efektif dibanding daerah lain yang menerapkan PSBB.

Pertama, rata-rata kasus positif corona di Bali per 4 Mei 2020 hanya 7 orang per hari.
Jumlah itu lebih rendah daripada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Banten.
Kedua, tingkat kesembuhan pasien mencapai sekitar 58.67 persen. Angka tersebut jauh di atas rata-rata nasional yang hanya diangka 16.86 persen dan Global/Dunia diangka 32.10 persen.
Dan ketiga, jumlah pasien positif corona yang meninggal di Bali hanya 1.48 persen jauh di bawah rata-rata Nasional yang diangka 7.46 persen dan Global/Dunia diangka 7.04 persen.
Pemeriksaan cepat
Ketua Tim Laboratorium Pemeriksaan Kasus Covid-19 Bali Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan, salah satu kunci mengendalikan penyebaran Covid-19 di Bali adalah melakukan pemeriksaan atau tes sampel secara cepat.
Karena itu, fungsi lab di sini sangat penting untuk menentukan virus ini ada di mana agar bisa segera diobati dan dilakukan penelusuran kontak.
Sehingga potensi penularan kepada warga lainnya bisa dapat dicegah. Dan yang sakit juga bisa segera mendapat pengobatan.
"Perang kalau tak tahu musuhnya kapan kita menangnya? Jadi konsep lab untuk menentukan virus itu ada di situ agar cepat diobati dan cepat tracing," kata Budayanti saat dihubungi, Sabtu (9/5/2020) sore.
• Orangtua Merantau ke Kalimantan, Seorang Siswi SD di Blitar Dihamili Paman Hingga Melahirkan
• Harga Bawang Merah di Sarolangun Naik hingga Rp 55 Ribu, Pengiriman Pasokan Terdampak Covid-19
• Kesempatan Bagi yang Baru Lulus SMA, Mulai 1 Juni Pembukaan Seleksi 7 Sekolah Kedinasan Pemerintah
Untuk memaksimalkan fungsi laboratoriumnya tersebut, pihaknya mengaku juga melibatkan sejumlah pihak. Seperti tenaga dari berbagai rumah sakit dan universitas untuk melakukan tes sampel.
Adapun yang menjadi prioritas dilakukan pemeriksaan tersebut adalah pasien dalam pengawasan (PDP), tenaga medis, orang dalam pemantauan (ODP), dan orang tanpa gejala (OTG).
Gejala Aneh Virus Corona
Banyak orang yang terinfeksi Covid-19 melaporkan munculnya lesi dermatologis kecil di kaki mereka.
Tanda-tanda seperti campak itu kebanyakan dialami oleh anak-anak dan remaja.
Dilaporkan, lesi di kaki muncul sebelum gejala virus corona lain muncul. Hal ini mungkin bisa menjadi tanda awal timbulnya penyakit Covid-19.
Untuk diketahui, lesi kulit adalah jaringan kulit yang tumbuh abnormal, baik di permukaan maupun di bawah permukaan kulit.
• Dikabarkan Puluhan Pengawal Donald Trump Terinfeksi Virus Corona Covid-19, Presiden AS Juga Terkena?
• Wabah Virus Corona 99% Ternyata Berakhir di Bulan Juni 2020? Berikut Ini Hasil Survey LSI Denny JA
• Sembuh dari Corona, Pasien 03 dan Klaster Temboro di Bungo Pulang ke Rumah Hari Ini
"Temuan aneh ini telah dilaporkan dalam banyak kasus di beberapa negara, termasuk Italia, Perancis, dan Spanyol," menurut penyataan yang dikeluarkan oleh Dewan Umum Perguruan Tinggi Podiatris (dokter spesialis masalah kaki) di Spanyol.Dilansir IFL Science, Jumat (17/4/2020), lesi berwarna keunguan mirip cacar air atau chilblains (peradangan di pembuluh darah kecil yang ada di sekitar jempol kaki) itu muncul di sekitar jari kaki dan sering sembuh tanpa meninggalkan bekas di kulit.
Banyak pasien Covid-19 mengaku memiliki lesi keunguan di sekitar jari kaki sebelum gejala virus corona pada umumnya muncul.
Karena ini (lesi di kaki) mungkin merupakan tanda deteksi Covid-19 yang dapat membantu mencegah penyebaran," imbuh pernyataan dewan tersebut.

"Dewan Podiatris ingin mengingatkan para orangtua dan kemungkinan korban, mengingat sifat lesi yang jinak maka tanda ini harus dipantau.
Termasuk munculnya gejala klinis lain yang merupakan karakteristik Covid-19, seperti batuk, demam, gangguan pernapasan, dan lainnya."
Federasi Podiatris Internasional mengungkap temuan ini dalam laporan kasus yang menggambarkan seorang bocah laki-laki berusia 13 tahun tiba-tiba memiliki lesi di kaki berdiameter antara 5-15 milimeter bulan lalu.
par
Dua hari kemudian, bocah itu mengalami demam, nyeri otot, sakit kepala, gatal-gatal hebat, serta muncul sensasi rasa terbakar di kaki yang berlangsung lebih dari seminggu, sebelum sembuh dengan sendirinya.
Dokter tidak dapat mengonfirmasi bahwa lesi di kaki dipicu oleh Covid-19 karena situasi darurat yang sedang dihadapi Italia saat ini.
Namun, ada kemungkinan bocah itu tertular virus corona baru dari ibu dan saudara perempuannya yang dikonfirmasi Covid-19 lebih dulu, sebelum lesi di kaki muncul.
Studi kecil sebelumnya di Italia juga menunjukkan bahwa sekitar satu dari lima pasien dengan Covid-19 mengalami manifestasi kulit, seperti kulit merah dan gatal-gatal.
Banyak pasien Covid-19 mengaku memiliki lesi keunguan di sekitar jari kaki sebelum gejala virus corona pada umumnya muncul.
• Laboratorium Wuhan Ditutup Mendadak Pada Oktober 2019, Intelijen AS Lakukan Penyelidikan
• 6 Obat Alami untuk Turunkan Asam Urat - Termasuk Air Putih hingga Jus Alami
• Daftar Harga Apple iPhone Terbaru - iPhone 7 Plus, iPhone 11 Pro Max, iPhone Xs Max
Jika seseorang memiliki lesi dan tidak memiliki riwayat sengatan, luka bakar, atau trauma lainnya, dokter menyarankan untuk mengisolasi orang tersebut dalam karantina dan mengobati dengan kortikosteroid topikal--krim untuk mengobati masalah dermatitis, gatal, radang, bahkan pembengkakan."Lakukan konsultasi dengan profesional medis melalui jarak jauh dan kirimlah foto ke dokter.
Jika mungkin, mintalah tes Covid-19. Hanya pergi ke rumah sakit jika ada keadaan darurat," saran para pakar. (Kompas.com/ Kontributor Bali, Imam Rosidin/Gloria Setyvani Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Strategi Bali Kendalikan Wabah Corona, Lebih Efektif Dibanding PSBB" dan "Gejala Baru Virus Corona, Muncul Lesi Keunguan di Sekitar Jari Kaki"