Sejarah Indonesia
Kisah Ajudan Loyal Soeharto Ngamuk di Belanda Karena Indonesia Diremehkan dan Dianggap Belum Merdeka
Kisah Ajudan Loyal Soeharto Ngamuk di Belanda Karena Indonesia Diremehkan dan Dianggap Belum Merdeka
TRIBUNJAMBI.COM - Kisah satu ini menceritakan perjalanan dari Presiden Soeharto saat ke Belanda ditemani sosok ajudan favoritnya, yaitu Benny Moerdani.
Sebagai tokoh intelijen yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan Panglima TNI, Benny Moerdani dikenal sebagai pengawal pribadi Presiden Soeharto yang sangat loyal.
Selain sebagai pengawal, ia bahkan dikenal sebagai agen rahasia yang siap menyerahkan nyawanya demi keselamatan Pak Harto.
Suatu kali pada akhir Agustus tahun1970-an, Presiden Soeharto berkunjung ke Belanda dan akan menuju Istana Huis Ten Bosch, Den Haag, tempat keluarga Kerajaan Belanda menetap.
• Atas Perintah Soeharto, Aksi Kudeta di Negara Filipina Digagalkan Kopassus Berbaju Barong Tagalog
• Presiden Soeharto Nyaris Tembak Kepala Perwira TNI yang Dianggap Melangkahinya, Kalimat Ini Terucap
• BAK Sinetron Kisah Cinta Soeharto dan Bu Tien, Nyali Tentara Itu Sempat Ciut dengar Nama Hartinah
• Kisah Pimpinan KKB Papua Terkejam Ini Kembali ke Pangkuan NKRI, Bahkan Berlutut Depan Soeharto
Kunjungan Pak Harto itu sebenarnya merupakan 'lawatan yang kaku' karena pemerintah Kerajaan Belanda pada tahun 1970-an belum mengakui tanggal kemerdekaan RI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Pemerintah Belanda bahkan baru mengakui kemerdekaan RI pada 16 Agustus 2005 menjelang Indonesia merayakan peringatan kemerdekaan yang ke-60 tahun.
• Soekarno yang Bikin Geger Forum Dunia Ini Sampai Dinobatkan Sebagai Pahlawan Islam Sebelum Raja Arab
• Sangarnya Satuan Elit Kostrad TNI AD Ini, Jago Berkamuflase, Tontaipur Kubur Diri Pakai Pelepah Daun
• Inilah 5 Rahasia Denjaka, Pasukan Elite Laut dari TNI AL, Dijuluki Sebagai Hantu Lautnya Indonesia
Kunjungan Pak Harto saat itu bahkan tidak disukai oleh Kerajaan Belanda mengingat di era Perang Kemerdekaan, Pak Harto sebenarnya merupakan musuh bebuyutan militer Belanda.
Aparat keamanan Belanda yang secara psikologis terpengaruh oleh sikap Kerajaan Belanda bahkan hanya menyiapkan sistem pengamanan yang tidak maksimal sehingga bisa membahayakan keselamatan Pak Harto.

Menurut Benny, kunjungan Presiden Soeharto itu memang berisiko tinggi karena di Belanda masih banyak anggota simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS) yang bisa membahayakan keselamatan Pak Harto.
Untuk memastikan keamanan Pak Harto, Benny kemudian memeriksa rute yang akan dilalui menuju Istana Huis Ten Bosch.
Rute itu ternyata rawan oleh ancaman tembakan sniper dari jendela-jendela bangunan sepanjang jalan dan adanya perempatan lampu merah yang rawan oleh aksi penyergapan bersenjata.
• Pasien 02 Sarolangun Ternyata Anak dari Pasien 01, Ada Riwayat Perjalanan ke Sumatera Barat
• Penampakan Adele Bikin Geger Fans, Foto Terkininya Bikin Pangling, Hilang Berat Badan 50 Kg
• Kekaguman Baim Wong dengan Penjual Tisu Ini, Sudah Dikasih Uang Lihat Apa yang Dilakukan Pria Itu
Hasil inspeksi itu kemudian dirapatkan oleh Benny bersama para agen rahasia dan aparat keamanan Belanda.

Tapi para agen rahasia dan aparat keamanan Belanda ternyata menolak permintaan Benny.
Akibatnya, karena merasa diremehkan, Benny pun mengamuk dan mendamprat para keamanan Belanda itu sambil menggebrak meja.
‘Kami hanya punya satu Soeharto! Apakah Anda bisa menjamin keselamatannya...!?’ bentak Benny dalam Bahasa Belanda seperti dikutip dalam buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap.
• Intip Potret Penampilan Baru Adele yang Sukses Babat Lemak hingga 50 Kg, Bikin Fans Pangling
• Kekuatan Laut China dan AS Bisa Perang Terbuka di Perairan Ini, Dekat dengan Indonesia dan Vietnam
• Ada Potensi Konfrontasi China Vs Amerika Serikat Pasca Covid-19, Presiden Xi Jinping Diminta Waspada
Sebagai agen rahasia (intelijen) Benny memang dikenal mahir berbahasa Jerman, Belanda, Inggris, China, dan Bahasa Korea.
Para agen Belanda hanya bisa ketakutan berhadapan dengan Benny yang merupakan veteran perang RI dalam Perang Kemerdekaan dan Operasi Trikora melawan pasukan Belanda itu.
Tapi Benny tidak bisa berbuat banyak karena sedang berada di negara lain. Apalagi pemerintah Belanda sendiri ternyata tidak begitu menyukai Pak Harto.
Namun, kekhawatiran Benny ternyata terbukti. Suatu malam 31 Agustus 1970, sebanyak 33 anggota RMS bersenjata menyerbu Wisma Duta, rumah Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda.