Virus Corona
Nasib Pasien COVID-19 di Korea Utara yang Membangkang dari Aturan, Ditembak Polisi Saat Coba Lari
Nasib Pasien COVID-19 di Korea Utara yang Membangkang dari Aturan, Ditembak Polisi Saat Coba Lari
TRIBUNJAMBI.COM - Dianggap nol kasus virus corona di negaranya, ternyata ada cara mengerikan negara tersebut bagi warganya yang membangkang di tengah wabah Covid-19.
Baru-baru ini seorang pembelot Korea Utara ditembak ketika coba kabur melintasi perbatasan, setelah dinyatakan positif Virus Corona (Covid-19).
Pria itu kini dikarantina di sebuah rumah sakit di China sambil menerima perawatan, dengan 1 luka tembak dan Covid-19 itu sendiri.
Seorang penjaga perbatasan China menembak pembelot ketika ia coba menyeberangi Sungai Tumen pada 20 April sore hari.
• Inilah Daftar Kendaraan yang Bebas dari Larangan Mudik di Tengah Wabah Virus Corona atau COVID-19
• Viral Polisi India Memasukkan Warga yang Nekat Keluyuran ke Ambulans Berisi Pasien Corona
• Pasien Corona Termuda di Jambi Perempuan Berusia 7 Tahun
Demikian pemberitaan Daily NK mengutip sebuah sumber di China.
Ketika pria itu dibawa ke rumah sakit di Longjing, hasil tes menunjukkan dia positif corona.
Rumah sakit langsung melarang adanya kunjungan, menyusul hasil positif Covid-19 yang keluar.
Sementara itu klaim dari Korea Utara yang melibatkan kegiatan atau warganya sangat sulit diverifikasi, mengingat isolasi dan kerahasiaan negara itu.
• Inilah Daftar Kendaraan yang Bebas dari Larangan Mudik di Tengah Wabah Virus Corona atau COVID-19
• Kumpulan Lagu Rhoma Irama sejak 1963 s/d 2015, Besok Konser Amal Dari Rumah live Kompas TV
• Pasien Corona Termuda di Jambi Perempuan Berusia 7 Tahun
Dilansir dari Mirror, pemimpin tertinggi Korut Kim Jong Un dilaporkan pulih setelah menjalani operasi jantung pada 12 April. Rezimnya juga bersikeras bahwa negara itu bebas virus corona, tetapi masyarakat internasional mencurigai ada yang ditutupi.
Ada klaim tidak terverifikasi pada Februari bahwa Korea Utara telah mengeksekusi pasien Covid-19 pertamanya oleh regu tembak.
Laporan Daily NK sebelumnya pada Maret mengklaim Covid-19 di Korea Utara mungkin telah menewaskan hampir 200 tentara selama "wabah besar", dan ada "terlalu banyak mayat" untuk dikremasi.
Situs web yang dijalankan oleh para pembelot itu sebelumnya melaporkan, virus corona mungkin telah menewaskan sedikitnya 23 orang di seluruh negeri ketika informasi mengalir dari sumber.
Namun rezim Kim Jong Un tetap bersikeras negaranya tidak tersentuh Covid-19, meski puluhan ribu kasus terdapat di negara tetangga yakni China dan Korea Selatan.
Klaim tersebut telah ditolak oleh komunitas internasional.
• Lewat Bantuan 3 Pendekar Ini, Kopassus Kebal Lawan Musuh dari Ilmu Hitam di Misi Pembebasan Sandera
• Belanja Bahan Bangunan di Mitra Bangunan Bisa Via WhatsApp, Begini Caranya
• Sinopsis Banyak Jalan Menuju Rhoma Tingkat 2 (BJMR), Rhoma Irama di Sinetron Ramadhan Indosiar
Ada kekhawatiran bahwa wabah besar di Korea Utara akan menjadi bencana besar karena sistem pelayanan kesehatannya yang buruk, masyarakat yang kekurangan gizi, sanksi ekonomi, dan penanganan krisis masa lalu yang menyedihkan, termasuk kelaparan di tahun 1990-an yang diperkirakan menyebabkan 3 juta kematian.
Awal bulan ini Kim Myong yang membelot dari Korea Utara, memperingatkan bahwa Covid-19 dapat merenggut nyawa orang sebanyak kelaparan empat tahun yang dikenal sebagai Arduous March.
Myong yang tinggal di Pyongyang dan menderita kekurangan makanan selama kelaparan, menolak klaim rezim Kim sebagai propaganda dan "kebohongan yang tidak masuk akal". Dia juga mengatakan Kim hanya sedikit peduli dengan kesejahteraan rakyatnya.
Dalam sebuah artikel untuk Komite Hak Asasi Manusia Korea Utara yang berbasis di AS, Myong menulis bahwa jumlah sebenarnya dari infeksi dan kematian "melebihi bayangan."