Kisah Militer RI
PM Malaysia Pernah Buat Soekarno Naik Pitam, Presiden Sampai Minta Pierre Tendean Lakukan Serangan
PM Malaysia Pernah Buat Soekarno Naik Pitam, Presiden Sampai Minta Pierre Tendean Lakukan Serangan
TRIBUNJAMBI.COM - Setiap mengenang tragedi G30 S PKI, sosok bernama Andreas Pierre Tendean, pastinya banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai pahlawan di tragedi berdarah itu.
Perwira menengah TNI ternyata miliki track record mentereng sebelum kisah pedih itu terjadi.
Ya, bila mendengar nama Pierre Tendean, pasti teringat tragedi berdarah G30 S PKI.
Pierre Tendean menjadi korban pembunuhan oleh kelompok pemberontak atau kini disebut kelompok komunis Indonesia.
Namun siapa sangka, Pierre Tendean yang merupakan Letnan Dua Czi tersebut pernah punya kisah heroik sebagai anggota TNI.
• Penyerahan Buku Tabungan untuk Honor PPK se Kota Jambi, Berpotensi Langgar Pembatasan Berkumpul
• Hilal THR Pekerja Mulai Terlihat, Kemnaker Siapkan Surat Edaran
• Siapa Sebenarnya Sosok dr Iswanto? Dijuluki Dokter Gila yang Mau Bergabung dengan Satuan Kopaska
• Servis Motor Honda Bisa #Dirumahaja, Hemat dan Tak Perlu Antre
• Sekilas Tentang Siloam Hospital Jambi, Peralatan Modern & Pelayanan Kesehatan di Sumatera Tengah
Pierre Tendean mendapat titah secara langsung oleh Soekarno saat Indonesia sedang geram sekali dengan Malaysia.
Kala itu terjadi aksi demonstrasi oleh masyarakat Malaysia yang anti-Indonesia.
Mereka menggeruduk KBRI, merobek foto Soekarno, serta menuntut Perdana Menteri Malaysia, Tunku Abdul Rahman untuk menginjak-injak lambang negara Indonesia, yaitu Garuda.
Melihat dan mengetahui itu, pimpinan tertinggi Indonesia, yaitu Soekarno berang sekali.

Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan sebutan "Ganyang Malaysia" kepada negara Federasi Malaysia yang telah sangat menghina Indonesia dan presiden Indonesia.
Sepucuk surat perintah diterima Letnan Dua Czi Andreas Pierre Tendean tahun 1963 di Medan, Sumatera Utara.
Isinya perintah untuk mengikuti pendidikan intelijen di Bogor.
Padahal belum setahun perwira muda ini menjabat komandan peleton di batalyon Zeni Kodam II Sumatera Utara. Tapi negara membutuhkannya.
Kondisi saat itu sedang panas. Presiden Soekarno baru saja menggelorakan perlawanan untuk menentang berdirinya negara Malaysia.
Soekarno menilai Federasi Malaysia hanya negara boneka Inggris dan neo-kolonialisme.

Dia khawatir negeri jiran itu akan dijadikan pangkalan militer asing Asia Tenggara.