Virus Corona
Riset Ilmuwan Prancis Patahkan Ucapan Luhut Binsar Pandjaitan Soal Corona Tak Tahan Cuaca Panas
Namun sayangnya, penjelasan Luhut Binsar Pandjaitan berbeda dengan fakta dari riset ilmuan prancis tersebut.
TRIBUNJAMBI.COM - Pengakuan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan soal virus corona tahan cuaca panas kini terbantahkan dengan riset ilmuan Prancis.
Seperti diketahui, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan kepada masyarakat jika virus corona tak akan tahan dengan cuaca panas di Indonesia.
Namun sayangnya, penjelasan Luhut Binsar Pandjaitan berbeda dengan fakta dari riset ilmuan prancis tersebut.
Hal ini dibuktikan setelah para ilmuwan Prancis melakukan riset pada Virus Corona dengan suhu tinggi.
• Disebut Berpotensi Punya Konflik Kepentingan, Jokowi Didesak Segera Pecat Tafsus Andi Taufan
• Khawatir Indonesia Bisa Jadi Pusat Penyebaran Virus Corona, Ahli Kesehatan Ini Sebut Rugi
• Suramnya Asmara Luna Maya Saat Reino Barack Nikahi Syahrini, Nyaris Nekat Lompat dari Tangga
• Malangnya Nasib Mantan Pemain Timnas Indonesia Ini, Dulu Terkenal Kini Jadi Kuli hingga Satpam
Percobaan yang dilakukan oleh tim ilmuwan Prancis menemukan bahwa Virus Corona dapat bertahan lama dari suhu tunggi.
Profesor Remi Charrel dan rekan-rekannya di Universitas Aix-Marseille mencoba memanaskan virus yang menyebabkan covid-19 hingga 60 derajat celcius selama satu jam.
Hasilnya, mereka menemukan beberapa strain masih bisa meniru.
Untuk menempatkan itu ke dalam perspektif, suhu tertinggi yang terjadi secara alami di Bumi adalah 56,7 derajat Celcius yang tercatat di Lembah Kematian California pada 10 Juli 1913.
Para ilmuwan harus membawa suhu mendekati titik didih untuk membunuh virus sepenuhnya, menurut makalah non-peer-review yang dirilis dari biorxiv.org pada hari Sabtu.
Hasilnya memiliki implikasi untuk keselamatan teknisi laboratorium yang bekerja dengan virus.
Dilansir oleh South China Morning Post, tim di Prancis tersebut menginfeksi sel ginjal dari monyet hijau Afrika, dengan strain yang diisolasi dari seorang pasien di Berlin, Jerman.
Sel-sel dimasukkan ke dalam tabung yang mewakili dua jenis lingkungan yang berbeda, satu "bersih" dan yang lain "kotor" dengan protein hewani untuk mensimulasikan penahanan biologis dalam sampel kehidupan nyata, seperti swab oral.
Setelah pemanasan, strain virus di lingkungan yang bersih dinonaktifkan sepenuhnya. Namun, beberapa strain dalam sampel kotor bertahan.
Protokol pemanasan menghasilkan penurunan infektivitas yang jelas tetapi strain yang hidup masih cukup untuk dapat memulai putaran infeksi lain, kata surat kabar itu.
Ada permintaan yang meningkat pesat di seluruh dunia untuk melakukan tes pada Virus Corona baru.