Kisah Militer RI
Menguak Penjaga Terakhir Soekarno, Pasukan Elite yang Disebut Lebih Kuat dari Kopassus, Ini Sosoknya
Menguak Penjaga Terakhir Soekarno, Pasukan Elite yang Disebut Lebih Kuat dari Kopassus, Ini Sosoknya
Isi perjanjian Postdam itu menyatakan bahwa “wilayah yang diduduki musuh” (occupied area) harus dikembalikan kepada penguasa semula."
Jika isi perjanjian itu dikaitkan dengan Indonesia, berarti pasukan Jepang harus mengembalikan Indonesia kepada Belanda.
Singkat kata Belanda memang ingin menguasai Indonesia lagi dan menjadikan Makassar sebagai ibu kota Negara Indonesia Timur.

Para pejuang kemerdekaan di Makassar pun kemudian membentuk pasukan perlawanan demi melawan pasukan Belanda.
Pasukan perlawanan yang saat itu berhasil dibentuk untuk mempertahankan kemerdekaan RI adalah Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris).
Satu pejuang Lapris yang kemudian gugur dan menjadi pahlawan nasional adalah Robert Wolter Mongisidi.
Karena perlawanan pasukan Lapris selalu berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda, kekuatannya menjadi terpecah-pecah.
Pada serangan militer Belanda yang dilancarkan pada 8 Agustus 1946, kubu pasukan Lapris yang berada di Gunung Ranaya berhasil dihancurkan dan para pejuang Lapris pun memilih turun gunung .
Mereka kemudian melanjutkan perlawanan melalui taktik peperangan secara gerilya.
• Video : Detik-Detik Penemuan Nur Jamilah Bocah SD yang Tenggelam di Sungai Desa Pasar, Sarolangun
• Harga TBS di Jambi Diprediksi Terus Naik Hingga Awal Januari 2020, Ini yang Dikatakan Disbun
• Turis Tajir Arab Berburu Wanita Cantik di Bogor Untuk Dikawin Kontrak, Terungkap Nilai Transaksi
• Kisah Mendebarkan Katemin, Tatap Muka dengan Harimau dan Diajak Bicara hingga Raja Hutan Itu Pergi
• Kajati Jambi Disambut Tarian Sekapur Sirih di Bandara, Plh Sekda Provinsi Jambi Sambut Judhi Sutoto
Salah satu personel yang terus bertempur secara gerilya adalah Maulwi Saelan, yang kelak menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno.
Maulwi yang pada puncak kariernya berpangkat kolonel juga menjabat sebagai Wakil Komandan Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa.
Setelah turun gunung dan kembali meneruskan perjuangan ke Makassar, Maulwi dan rekan-rekan seperjuangan kemudian mencari nama baru bagi pasukan gerilyanya yang juga merupakan pasukan khusus itu.
Karena pada masa penjajahan Jepang Maulwi dan rekannya suka menonton film yang ada harimaunya, pasukan gerilya Maulwi kemudian dinamai Pasukan Harimau Indonesia.
Laskar Harimau Indonesia ini memang terkenal militan karena terdiri dari para pejuang kelompok pelajar SMP Nasional yang umumnya mahir berbahasa Belanda.
Mereka pernah menyerang dan menduduki Hotel Empres pada 29 Oktober 1945 dari tangan NICA serta berhasil membebaskan rekan yang semula ditahan oleh NICA.
• Seekor Gajah Liar Ngamuk di Desa Tanjung Bojo, Tanjab Barat, Rusak Sawah dan Kebun Warga
• Marion Jola Muncul dengan Goyang Panas Ala Tik Tok di Instagram, Sudah Ditonton hingga Jutaan Kali
• 2019 Akan Tutup Buku, Baca Ramalan Shio Untuk Tahun 2020, Shio Apa yang Beruntung dan Banyak Rezeki
• Ternyata Sudah Disiapkan Rp 400 Juta, Aggaran Lelang untuk Jabatan Sekda Provinsi Jambi
• Wirang Birawa Ramal Tahun 2020, Ada Burung Besi Jatuh hingga Wanita Tegas dan Cerdas Pimpin Jakarta
• Anggaran Pilkada dari APBN, Wein Arifin : Itu Baru Wacana Saat Rapat Dengar Pendapat di DPR
• Info Prakiraan Cuaca 6-8 April 2020, Hujan dan Petir Masih Terjadi 2 Hari ke Depan di Daerah Ini
Komandan Pasukan Harimau Indonesia adalah Muhammad Syah, Wakil Komandan Robert Wolter Mongisidi, dan Maulwi Saelan sendiri menjabat sebagai Kepala Staf.
Seperti tertulis dalam buku "Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Seokarno," dalam strategi tempurnya Pasukan Harimau Indonesia memiliki taktik dan strategi tempur khusus.