Virus Corona
Kisah Kakak dan Adik Pilih Karatina Mandiri di Sebuah Gubuk, Agar Virus Corona Tak Nular ke Keluarga
Kisah Kakak dan Adik Pilih Karatina Mandiri di Sebuah Gubuk, Agar Virus Corona Tak Nular ke Keluarga
Kakak-adik itu langsung ke gubuk di empang, di Desa Kambuno, Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah.
Gubuk beratap daun rumbia dan seng serta berdinding papan itu berdiri di pematang empang, sekitar 3 km dari pemukiman warga.
"Kalau dari rumah, jaraknya saya tidak tahu pasti. Tapi kalau naik motor sekitar setengah jam dengan kecepatan sedang. Desa dan kecamatannya beda," ujar Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi menyebut.
Gubuk berukuran sekitar 2 x 3 meter itu dibangun ayahnya, empang itu adalah empang milik orangtuanya.
Orangtua Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi dan Tri Buana Lestari Sutandi memiliki 2 Ha empang berisi ikan bandeng atau ikan bolu dan udang.
Seperti kata peribahasa, sambil menyelam minum air.
Sambil karantina mandiri di gubuk, mereka juga menjaga empang, menebar pakan kepada ikan-ikan.
Aktivitas ini dilakoni agar mereka tak bosan selama setengah bulan ke depan.
Di empangnya, mereka "balas dendam" makan ikan dan udang.
Kata Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi, selama hampir sebulan di Makassar, dia dan adiknya tak pernah makan ikan segar.
"Sebenarnya ini tidak jauh beda di kost kami dimakassar karena kami tetep makan berdua saja, padahal kami sudah pulang kampung, tapi Alhamdulillah kita sudah makan ikan dimakassar kemarin hampir 1 bulan TDK makan ikan, sekarang ditempat ikannya kami di isolasi
#DitempatisolasiH1," tulis Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi di akun Facebooknya dengan menyertakan video suasana empang dan menu makanannya.
Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi menceritakan pengalamannya tinggal di gubuk dengan fasilitas minim.
Tak ada aliran listrik, tak ada pula sumber air bersih.
Untuk kebutuhan penerangan, mereka memanfaatkan lilin dan senter charger.
Soal nge-charge handphone, mereka ke rumah kerabat yang berjarak sekitar 3 Km dari gubuk dengan berjalan kaki.
Untungnya sinyal telepon seluler masih menjangkau wilayah sekitar empang sehingga komunikasi mereka melalui telepon dengan keluarga atau teman tidak putus.
Bahkan, Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi masih bisa membagikan status melalui Facebook dan chat melalui aplikasi pesan instan WhatsApp.
Untuk mandi, Tri Buana Lestari Sutandi dan kakaknya ke sumur di pantai.
"Kalau di empang itu air bersih seperti emas karena di sini airnya payau. Kebetulan ada pantai pribadi, di situ ada sumurnya. Sekitar 3 Km juga dari gubuk," ujar Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi.
Untuk buang air besar, mereka mencari tempat aman.
"Tadi subuh saya dibangunkan adek, ternyata ada harimau diperutnya adek, itu istilah kami kalau perut lagi bunyi, ini bukan bunyi perut kelaparan yah, ini bunyi adek sakit perut, aku bangun sambil kucek mata, cuci muka air gelas bukan kami sombong atau apa karena di empang itu air tawar itu bagaikan emas broo, terus saya temani adek cari wc umum yg seluas mata memandang, adek ambil posisi, untuk eee'... Kan masih gelap jadi ngk perlu malu... Ini salah satu cerita pertama kami menikmati masa karantina mandiri kami," tulisnya di Facebook, Jumat (3/4/2020).
Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi juga menceritakan pengalamannya setiap malam mereka harus dikerumuni nyamuk.
Namun, saat tidur mereka menggunakan kelambu.
Bagaimana soal keamanan?
Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi mengaku wilayah sekitar empangnya aman.
"Di dekat gubuk saya ada 2 - 3 gubuk. Di situ ada penjaga empang," ujarnya yang merasa tidak khawatir terjadi hal tak diinginkan.
Sebagian warga kampung sekitar juga masih kerabatnya.
Saban hari, ayahnya juga datang membesuk membawa kebutuhan makan dan minum, namun tetap menjaga jarak fisik (physical distancing).
"Setiap hari bapak bapak datang bawa kebutuhan, tapi kami komunikasi jarak 2-3 meter," Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi.
Mereka khawatir jika langsung kontak fisik dengan ayahnya, justru akan menularkan Virus Corona.
Ayahnya yang paruh baya sangat rawan terinfeksi karena sistim imunnya tak sebagus saat usia muda.
Selama 5 hari mengarantina diri, Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi dan adiknya tak merasakan adanya gangguan kesehatan seperti ciri-ciri terinfeksi Virus Corona, antara lain batuk, demam, flu.
Kata dia, "Tapi nanti setelah 14 hari karantina, kami mau periksa kesehatan. Sampai sekarang, alhamdulilah tidak ada gejala."
Karantina mandiri selama 14 hari punya peran besar dalam pencegahan dan penanganan untuk memperlambat penularan Virus Corona.
Mengapa harus 14 hari.
Hal ini terkait masa inkubasi virus karena rentang waktu selama 14 hari merupakan hitungan 2 kali masa inkubasi virus.
Jika dinyatakan negatif setelah memerikasakan diri di rumah sakit atau puskesmas, mereka akan langsung kembali rumah, berkumpul dengan kedua orangtuanya dan 2 saudaranya.
Empat orang di rumahnya juga sedang mengarantina diri (stay at home).
Dipuji Dekan
Mengetahui ada mahasiswinya sedang mengarantina diri di tempat tak lazim, Dekan FTI UMI, Zakir Sabara H Wata langsung menghubungi Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi melalui Facebook Messenger.
"Saya sengaja menelepon lewat Messenger, sekedar ingin memastikan mereka baik-baik saja," kata Zakir Sabara H Wata, Ahad malam.
Awalnya Zakir Sabara H Wata mendapat informasi tersebut melalui Facebook.
Dia pun bangga dan memuji cara mereka mencegah penyebaran Covid-19.
"Kita mau tunjukkan, ini bisa menginspirasi di tengah orang banyak keras kepala (tidak mau social distancing dan physical distancing)," kata Zakir Sabara H Wata kepada Tribun-Timur.com.
"Bangga Padamu Gadisku, Jaga kesehatan, dan kamu sudah memberikan contoh dan pendidikan yang luar biasa buat orang lain
Sengaja saya menelponmu lewat messenger FB, sekedar ingin memastikan kamu baik baik saja
Dan teruslah berbuat untuk menolong dan membantu orang lain," tulis Zakir Sabara H Wata, Ahad malam, mengomentari posting-an Dwi Reskiyah Fajriyanti Sutandi.
Dia juga mem-posting video screenshot video call-nya dengan mahasiswinya.(*)
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Viral, Mahasiswi FTI UMI Karantina Mandiri di Gubuk Empang Agar Virus Corona Tak Nular ke Keluarga
Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Kisah Kakak-Adik Pilih Karatina Mandiri di Gubuk Empang Agar Virus Corona Tak Nular ke Keluarga
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: