Virus Corona

Ilmuwan Peraih Nobel Ini Ungkap Prediksi Waktu Kapan Penyebaran Virus Corona Bakal Berakhir

Ilmuwan Peraih Nobel Ini Ungkap Prediksi Waktu Kapan Penyebaran Virus Corona Bakal Berakhir

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Shutterstock
Ilustrasi virus corona, SARS-CoV-2, Covid-19 

Ilmuwan Peraih Nobel Ini Ungkap Prediksi Waktu Kapan Penyebaran Virus Corona Bakal Berakhir

TRIBUNJAMBI.COM - Banyak ilmuwan hingga peneliti mencoba menemukan vaksin dari virus corona atau covid-19.

Namun satu ilmuwan pemenang Nobel dan ahli biofisika Stanford University, Michael Levitt berfikir bukan melalui cara menemukan vaksin, melainkan hilangnya sendiri wabah tersebut.

Michael Levitt memperkirakan peningkatan jumlah kematian terkait kasus virus corona akan terus berkurang dari hari ke hari.

Levitt mulai menganalisis jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia pada bulan Januari.

DPRD Bungo Siap Alokasikan BTT untuk Tangani Corona

Begini Nasib 42 Pemuda Ngeyel yang Ngumpul di Tengah Wabah Virus Corona, Langsung Digelandang Polisi

RSUD Daud Arif Pesan 400 Stel APD untuk Tangani Pasien Corona di Tanjab Barat

Inilah Satu-satunya Negara di Eropa yang Tak Khawatir Wabah Virus Corona (Covid-19), Ini Alasannya

Perkiraannya itu dibuat jauh sebelum banyak pakar kesehatan memperkirakan merebaknya virus corona itu.

Saat ini, dia memperkirakan, situasi serupa akan terjadi di Amerika Serikat.

Ia juga menyebut jika negara-negara lain di dunia juga terdampak virus corona.

Jika sejumlah ahli epidemiologi memprediksi akan ada gangguan sosial besar-besaran dan berkepanjangan serta jutaan kematian, analisis Levitt justru berkebalikan dengan skenario mengerikan itu.

"Yang kita butuhkan saat ini adalah mengendalikan kepanikan. Dalam skala besar, kita akan baik-baik saja," katanya, seperti dilansir dari LA Times.

Data yang dianalisis oleh Levitt dari kasus China

Pada 31 Januari, China mencatat 46 kasus kematian baru karena Covid-19 dan 42 kematian baru sehari sebelumnya.

Meski jumlah kematian meningkat setiap harinya, tetapi tren kenaikan itu perlahan mereda.

Dalam pandangannya, fakta bahwa kasus baru yang sedang diidentifikasi berjalan lebih lambat daripada jumlah kasus baru itu sendiri adalah tanda awal bahwa lintasan wabah telah bergeser.

Levitt mengibaratkan wabah adalah mobil yang melaju di jalan raya terbuka.

Meskipun mobil itu masih memiliki kecepatan tertentu, tidak berarti mobil itu mengalami peningkatan kecepatan yang sama besar seperti sebelumnya.

"Ini menunjukkan bahwa tingkat peningkatan jumlah kematian akan melambat pada pekan-pekan mendatang," tulis Levitt dalam sebuah laporan yang dikirim kepada teman-temannya, 1 Februari lalu, yang secara luas dibagikan di media sosial China.

VIDEO: Kasus Covid-19 di Amerika Serikat Lampaui China dan Italia, Jumlahnya Lebih 85.000

Deretan Rekomendari Drakor, Cocok Temanimu di Rumah Aja, Ada SKY Castle hingga Crash Landing on You

Cegah Penyebaran Covid-19, Semua Pegawai Kemenag Sarolangun Mulai Kerja dari Rumah

Spoiler One Piece Chapter 976, Terjadinya Perang Hebat di Onagashima dan Persiapan Aliansi Yonko

Itulah mengapa ia memperkirakan jumlah kematian akan berkurang setiap hari.

Tiga minggu setelahnya, Levitt mengatakan kepada China Daily News bahwa tingkat pertumbuhan virus telah memuncak.

Dia memperkirakan bahwa jumlah total kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di China akan mencapai sekitar 80.000, dengan sekitar 3.250 kematian.

Perkiraan ini ternyata sangat akurat.

Pada 16 Maret, total kasus Covid-19 di China tercatat sejumlah 80.298 kasus dan 3.245 kematian, dengan total penduduk negara mencapai 1,4 miliar orang dan sekitar 10 juta penduduk meninggal setiap tahunnya.

Jumlah pasien yang baru didiagnosis telah turun menjadi sekitar 25 setiap harinya, tanpa ada kasus penyebaran yang dilaporkan sejak Rabu.

PDP Meninggal Dunia, Sempat Datang ke RSUD, Minta Tolong ke Jokowi dan Terawan: Saya Tidak Kuat

Video Clip dan Lirik Lagu Gara-gara Corona Project Pop Lengkap dengan Kunci Gitar, Mudah

Wacana Pengalihan Anggaran Perjalanan Dinas Untuk Pembelian APD, DPRD Tanjab Timur Tunggu Rapat

Titik balik

Kini, ilmuwan yang menerima Hadiah Nobel 2013 untuk pengembangan model kompleks sistem kimia itu melihat adanya titik balik yang serupa di negara-negara lain.

Bahkan, titik balik juga diprediksi terjadi pada negara-negara yang tidak memberlakukan aturan isolasi ketat seperti China.

Untuk mendapatkan kesimpulan ini, Levitt menganalisis data dari 78 negara yang melaporkan lebih dari 50 kasus Covid-19 baru setiap harinya dan melihat adanya tanda-tanda pemulihan di banyak negara.

Dia tidak fokus pada jumlah total kasus di suatu negara, tetapi lebih pada jumlah kasus baru yang diidentifikasi setiap hari, terutama pada perubahan jumlah dari satu hari ke hari berikutnya.

"Angka-angkanya masih tinggi, tetapi jelas ada tanda-tanda pertumbuhan melambat," katanya.

Misalnya, di Korea Selatan, kasus baru memang masih muncul dan membuat jumlah total kasus bertambah.

Namun, perhitungan kasus baru setiap harinya telah menurun dalam beberapa minggu terakhir dengan angka tetap di bawah 200. Data itu menunjukkan bahwa wabah corona di sana mungkin sudah mereda.

Di Iran, jumlah kasus baru Covid-19 yang terkonfirmasi per harinya relatif datar pada pekan lalu.

Inilah Satu-satunya Negara di Eropa yang Tak Khawatir Wabah Virus Corona (Covid-19), Ini Alasannya

Fakta-fakta Menarik Penyanyi Cilik Tegar Menikah Muda dengan Seorang Janda, Sule: Cantik Sekali Ya

Iklan Lars Ulrich Ditanggapi Seorang Pria, Akhirnya Terbentuklah Metallica Band Legendaris Dunia (1)

Pada Senin pekan lalu, kenaikan kasus mencapai 1.053, tetapi pada hari Minggu hanya 1.028.

Meskipun angka kasus baru tersebut terbilang masih cukup tinggi, kata Levitt, tetapi polanya menunjukkan bahwa wabah di sana seolah sudah melewati batas setengah jalan.

Sementara jumlah kasus baru di Italia diperkirakan masih akan terus meninggi.

Di negara itu, jumlah kasus baru yang terkonfirmasi terus meningkat pada sebagian besar hari dalam sepekan terakhir ini.

Di tempat-tempat yang telah berhasil pulih dari wabah awal, para pejabat masih harus mengantisipasi fakta bahwa virus corona dapat kembali.

Seperti China yang sekarang sedang berjuang menghentikan gelombang infeksi baru yang datang dari tempat-tempat di mana virus itu menyebar tak terkendali.

Negara-negara lain, menurut dia, hampir pasti menghadapi masalah yang sama.

Levitt mengakui bahwa angka-angkanya berantakan dan jumlah kasus resmi di banyak daerah terlalu rendah karena sistem pengujiannya sangat buruk.

Namun, bahkan dengan data yang tidak lengkap, tren penurunan yang konsisten menunjukkan adanya beberapa faktor yang menentukan, bukan hanya soal kekacauan angka-angka jumlah.

Dengan kata lain, kita masih bisa membandingkan jumlah kasus pada satu hari dengan hari berikutnya.

Lintasan kematian mendukung penemuannya karena mengikuti tren dasar yang sama dengan kasus-kasus baru yang dikonfirmasi.

Ini Keseharian Pangeran Charles Setelah Positif Covid-19, Putra Sulung Ratu Elizabeth II Lakukan WFH

VIDEO: China Kirim 40 Ton Alkes dan APD ke Indonesia, Baru Tiba 20 Ton di Bandara Soetta

Iklan Lars Ulrich Ditanggapi Seorang Pria, Akhirnya Terbentuklah Metallica Band Legendaris Dunia (1)

Begitu juga data dari wabah virus di lingkungan terbatas, seperti di kapal pesiar Diamond Princess.

Dari 3.711 orang di dalamnya, 712 terinfeksi dan delapan meninggal.

Eksperimen yang tidak disengaja dalam penyebaran virus corona ini akan membantu para peneliti memperkirakan jumlah kematian yang akan terjadi pada populasi keseluruhan.

Misalnya, data Diamond Princess memungkinkannya untuk memperkirakan bahwa terkena Covid-19 menggandakan risiko seseorang meninggal dalam dua bulan ke depan.

Kebanyakan orang memiliki risiko kematian yang sangat rendah dalam periode dua bulan.

Sehingga, risiko kematian sangatlah rendah, bahkan ketika sudah digandakan.

Terkait temuan Levitt, seorang ahli biostatistik di University of Massachusetts Amherst, Nicholas Reich, mengatakan, banyaknya perspektif para ahli dapat lebih mengarahkan pengambilan keputusan yang rumit dari para pembuat keputusan pada waktu-waktu mendatang.

Tidak separah yang terjadi

Levitt mengatakan, ia mendukung langkah-langkah kuat untuk memerangi wabah tersebut.

Menurut dia, mandat pembatasan sosial sangat penting, terutama larangan pertemuan besar.

Ia menyebut, virus ini sangat baru sehingga penduduk tidak memiliki kekebalan terhadapnya dan vaksin kemungkinan baru bisa digunakan beberapa bulan lagi.

Meski begitu, lanjutnya, mendapatkan vaksinasi flu juga penting untuk mengurangi kemungkinan rumah sakit dibanjiri pasien karena virus corona tidak terdeteksi.

"Mungkin ini faktor (kasus membeludak) di Italia, negara dengan gerakan anti-vaksin yang kuat," katanya.

Dia menambahkan, pemberitaan juga berkontribusi besar terhadap kepanikan yang tidak perlu di masyarakat.

Padahal, kasus penyakit lainnya yang juga menyebabkan kematian dengan angka tinggi tidak hanya virus corona, tetapi hal itu tidak banyak diberitakan.

Levitt khawatir, langkah-langkah kesehatan masyarakat yang telah menyebabkan gangguan ekonomi yang besar ini justru dapat menyebabkan bencana kesehatan mereka sendiri, seperti kemiskinan dan keputusasaan karena kehilangan pekerjaan.

Bikin Kaget, Dikira Warga Ojol Tergeletak Diatas Motor karena Covid-19, Begitu Tahu Langsung Ketawa

Dia menuturkan, virus dapat tumbuh secara eksponensial hanya ketika tidak terdeteksi dan tidak ada yang bertindak untuk mengendalikannya.

Hal itulah yang terjadi di Korea Selatan bulan lalu.

Jadi, perlu deteksi dini yang lebih baik, tidak hanya melalui pengujian, tetapi juga bisa dengan pengawasan suhu tubuh seperti diterapkan China, dan isolasi sosial.

Meskipun untuk sementara ini tingkat kematian akibat Covid-19 tampak secara signifikan lebih tinggi daripada flu, Levitt mengatakan, masyarakat tak perlu khawatir. "Ini bukan akhir dunia.

Situasi sebenarnya tidak separah yang seolah terjadi," ungkapnya.

Sementara itu, seorang dokter dan peneliti penyakit menular di Lundquist Institute for Biomedical Innovation di Harbor-UCLA Medical Center, Loren Miller, mengatakan, terlalu dini untuk menarik kesimpulan apa pun.

Baik kesimpulan positif maupun negatif tentang pandemi yang masih berlangsung ini.

Menurut dia, saat ini masih banyak ketidakpastian yang terjadi.

"Di China mereka bisa menghentikannya dalam waktu singkat, di Amerika, mungkin kita bisa mungkin juga tidak. Kita tidak tahu itu," katanya.

Ukuran Tubuh Cut Tari Sebenarnya, Ternyata Ini yang Bikin Sebagian Badannya Terlihat Menarik

Uang Pensiunan Wakil President, Tak Cukup Untuk Bayar Tagihan PDAM dan PBB Bung Hatta

BPBD dan Polres Muarojambi Lakukan Penyemprotan Cairan Disinfektan di Fasilitas Umum Kota Sengeti

Artikel ini telah tayang di Tribunmadura.com dengan judul Kapan Penyebaran Wabah Virus Corona Akan Berakhir? Ilmuwan Peraih Nobel Ungkap Prediksi Waktunya

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved