Beberkan Fakta Kematian Orangtuanya karena Virus Corona, Eva: Siang dikabari, Sabtu Sore Meninggal
Bahkan, menurutnya hasil swab test ayahnya keluar tak lama sebelum orang yang dicintainya itu meninggal dunia.
Beberkan Fakta Kematian Kedua Orang Tuanya karena Virus Corona, Eva: Siang dikabari, Sabtu Sore Meninggal
TRIBUNJAMBI.COM - Eva Rahmi Salama membeberkan fakta mengenai kematian kedua orang tuanya akibat Virus Corona.
Dilansir TribunWow.com, Eva pun menyayangkan hasil swab test yang keluar dalam waktu yang cukup lama.
Bahkan, menurutnya hasil swab test ayahnya keluar tak lama sebelum orang yang dicintainya itu meninggal dunia.
Hal itu disampaikan Eva melalui tayangan Mata Najwa, Rabu (25/3/2020).
Eva menyatakan, hingga kini belum mengetahui dari mana kedua orang tuanya bisa tertular Virus Corona.
• SEGERA April 2020 Pemerintah Buka Pendaftaran Kartu Prakerja, Setidaknya 5 Cara Ini yang Disiapkan
• Bukan Dihormati, Cerita Dokter dan Perawat Diusir dari Kos, Dianggap Tetangga Jadi Pembawa Virus
Namun, ia menyebut mediang ayahnya sempat bertemu dengan warga negara India beberapa waktu sebelum dinyatakan positif Virus Corona.
"Karena kan pernah papa meeting dengan orang India kalau enggak salah, saya lupa," jelas Eva.
"Setelah itu mama saya langsung drop di situ, langsung lemah terus."
Lantas, Eva menyinggung soal hasil swab test yang dinilainya sangat lamban.
Bahkan, ia menyebut hasil swab test sang ayah baru keluar tujuh hari setelah tes dilakukan.
"Tidak pernah, karena hasil swab test itu tujuh hari baru kita dikabari kalau papa positif," ucap Eva.
Tak lama berselang, ayah Eva harus pergi untuk selamanya.
• Tips Dirumah Aja Biar Tidak Bosan, Ada Beberapa Cara agar Nyaman dan Bikin Betah
Lambatnya hasil swab test itu dinilai Eva menjadi satu di antara penyebab penanganan pasien Corona menjadi tak maskimal.
"Tujuh hari dari hari Minggu ke Sabtu siang dikabari, Sabtu sore meninggal," terang Eva.
"Jadi karena itu lah penanganannya sedikit telat."
Namun, ternyata tak hanya kedua orang tuanya.
Eva mengakui adiknya juga dinyatakan positif terkena Virus Corona.
Hingga kini, adik Eva masih menjalani perawatan di ruang isolasi.
"Ya, adik saya sudah diperiksa dan memang positif, saat ini masih diisolasi di rumah sakit," ucap Eva.
"Saat ini sudah membaik, mungkin karena umurnya lebih muda jadi dia daya tubuhnya lebih bagus ya."
Menurut Eva, Virus Corona lebih mudah menyerang orang tua ketimbang pemuda.
Hal itu terbukti dengan kondisi kedua orang tua Eva yang terus menurun setelah terjangkit Virus Corona.
Hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia.
"Soalnya ternyata virus ini impact-nya dashyat banget untuk lansia," ucap Eva.
"Makanya mama dalam waktu beberapa hari kondisinya drop banget dan enggak bisa tertolong lagi."
"Rumah sakit sudah melakukan yang terbaik untuk mama. Yang saya sayangkan kenapa swab test tadi memerlukan waktu yang lama banget," imbuhnya.
• Ulama Berpengaruh Merangin Dukung Cek Endra Menakhodai Jambi
Curahan Hati Anak Dokter yang Tewas akibat Corona
Pada kesempatan itu, dokter Leonita Triwachyuni, putri alamrhum Bambang Sutrisna lantas mengungkap kondisi sang ayah sebelum diduga meninggal dunia karena Corona.
Leonita menyebut sang ayah sempat meneleponnya dan meminta tolong saat dirawat di ruang isolasi.
Bahkan, menurut Leonita, Bambang merasakan sesak napas hingga kedinginan saat dirawat di ruang isolasi.
Dalam acara tersebut, sebelumnya Leonita menceritakan gejala yang dirasakan mediang ayahnya.
"Jadi hari Minggu pagi itu papa kan sesaknya makin berat, batuk terus," kata Leonita.
Kala itu, Leonita yang kini sedang menempuh pendidikan dokter spesialis itu tengah berjaga di rumah sakit.
Ia mengaku sempat diminta mengantarkan sang ayah ke rumah sakit.
"Lalu papa telepon, yang telepon sebenarnya kakak, karena papa udah enggak bisa telepon kan untuk bicara saja sudah sulit," kata Leonita.
"Jadi kakak telepon 'Lin kamu enggak pulang? Papi sakit nih minta dianterin'."
Karena dirinya tengah bekerja, saat itu sang ayah diantar oleh suami Leonita ke rumah sakit.
Leonita menyatakan, almarhum langsung dibawa ke ruang isolasi untuk menjalani perawatan lebih lanjut.
"Tadinya papa masih enggak mau ke rumah sakit, nah terus akhirnya kita bujuk akhirnya yang anterin suami aku," kata Leonita.
"Terus dianter tanggal 22 (Maret 2020) pagi kemudian dirawat di ruang isolasi."
• Selama Maret 2020 Sejumlah Dewan Tanjabbar Kunjungi 4 Tempat Ini
Sejak saat itu, ia mengaku tak lagi mendapat kabar dari sang ayah.
Hingga pada suatu hari, sang ayah meneleponnya untuk meminta tolong.
Sambil menahan tangis, Leonita menceritakan ayahnya merasakan sesak dan kedinginan saat dirawat di ruang isolasi.
"Di situ kita enggak dapat kabar apapun mengenai papa," kata dia.
"Dari sore sampai malam papa telepon terus, papa selalu bilang 'Noni tolong papi noni, papi sesek, papi kedinginan'," sambungnya menangis.
Meskipun begitu, Leonita memaklumi jika saat di ruang isolasi tak ada satu orang pun yang bisa menemani sang ayah.
"Mungkin saya paham diisolasi emang enggak ada orang, diisolasi itu sistemnya satu orang satu ruangan, enggak ada namanya perawat jaga di situ," ujar Leonita.
"Dokter dan perawat mungkin hanya mengawasi dari cctv dan perawat, jadi memang agak susah minta tolong."
Saat itu, Leonita mengaku tahu betul sang ayah merasakan sakit yang luar biasa hingga menelepon minta tolong beberapa kali.
Menurut dia, Bambang bukanlah seseorang yang rewel.
"Papa itu bukan orang yang rewel gitu, ketika dia bilang 'Noni tolong' gitu saya sudah tahu itu pasti bahaya," ucapnya.
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)
• Selama Maret 2020 Sejumlah Dewan Tanjabbar Kunjungi 4 Tempat Ini
• Tenaga Medis di Jambi Buka Peluang Masyarakat untuk Berdonasi Melawan Corona