Selasa (24/3) - Rupiah di Level Rp 16.650 per Dolar, Emas Naik Rp 30 Ribu Jadi Rp 891.000 per Gram
"Wabah virus korona dan kenaikan permintaan dolar AS menyebabkan rupiah terus berada dalam tren negatif," tutur Reny
"Efek sentimen rencana itu hanya sementara seperti stimulus yang sudah-sudah. Karena yang dibutuhkan saat ini adalah ditemukannya vaksin, bukan subsidi dalam bentuk uang," terang Faisyal.
Bank Mandiri juga sudah melakukan apa yang disebut Reny sebagai stress test.
Dengan asumsi kondisi saat ini berlangsung selama tiga bulan, rupiah bisa menembus Rp 17.000 per dolar AS.
Reny bilang, level rupiah secara fundamental di Rp 14.200-Rp 14.300 tanpa efek virus corona.
Reny memprediksi, kurs rupiah hari ini berada di rentang Rp 16.150-Rp 16.700 per dolar AS.
Sementara Faisyal memproyeksikan kurs rupiah hari ini di rentang Rp 16.400-Rp 16.800 per dolar AS.

IHSG Anjlok
Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) tersungkur 4,90% ke level 3.989,52, Senin (23/3).
Anjloknya IHSG membuat peta penguasa kapitalisasi pasar atau market cap bursa ikut berubah.
Daftar penghuni emiten big cap atau berkapitalisasi pasar lebih dari Rp 100 triliun pun semakin sedikit.
Kini, hanya terdapat 8 emiten yang masuk kategori big cap ini, setelah saham ICBP terpental dari klub ini.
Sebelumnya saham CPIN, BBNI dan GGRM sudah lebih dulu keluar kotak saham kategori big cap.
Saham ICBP terlempar dari daftar saham big cap setelah saham emiten ini jatuh 6,96% menjadi Rp 8.350 per saham, Senin (23/3).
Alhasil, kapitalisasi pasar ICBP melorot ke bawah Rp 100 triliun, persisnya menjadi Rp 97 triliun.
BBCA masih menjadi emiten dengan market cap terbesar yakni Rp 540,64 triliun, turun 6,44% dari perdagangan hari sebelumnya.