Murid Kopassus Mau Ikut-ikutan Aksi Sang Kolonel Tapi Kaget, Kisah Komandan Pasukan Elite 1960-an
Pada masa itu juga, terjadi perubahan warna baret Kopassus dari cokelat menjadi merah darah. Perubahan warna baret Kopassus itu memiliki cerita...
Kolonel Moeng juga berpesan supaya pasukan khusus bisa survive ketika sedang berada di hutan selama berhari-hari hanya berbekal pisau komando.
Dalam soal survival, Kolonel Moeng memang bukan hanya bisa memberikan perintah. Dia langsung memberikan contoh nyata.
Para siswa kaget
Suatu kali, Kolonel Moeng melaksanakan inspeksi ke lokasi pendidikan siswa komando di Citatah, Bandung, Jawa Barat.
Dalam suatu latihan survival, siswa komando berhasil menangkap ular sanca.
Setelah dikuliti, ternyata terdapat sekira 20 telur di dalam perut ular sanca itu.

Telur sanca berbentuk untaian seperti batang rokok berderet memanjang itu masih terbungkus balutan lemak yang tebal.
Tak diduga, Kolonel Moeng lalu mengambil enam untaian telur sanca dan lemaknya, lalu menelannya mentah-mentah dalam sekejap.
Semua siswa komando dan para instrukturnya hanya bisa terbelalak melihat ‘keganasan’ Kolonel Moeng saat menelan untaian telur sanca.
Para siswa dan pelatih hanya bisa menjawab, ‘Siap...!’, ketika diperintahkan untuk menelan telur-telur sanca yang masih terbalut lemak dengan cara seperti dilakukan oleh Kolonel Moeng.
Jejak karier di RPKAD (Kopassus):
- Danyonif Linud 305/Tengkorak (1949 - 1953)
- Komandan RPKAD (1958 - 1964)
- Pangkat terakhir: Mayor Jenderal TNI (Purn.)
- Tempat tanggal lahir: Yogyakarta, 11 Januari 1925
- Meninggal: Jakarta, 28 Desember 2012
Kisah tersebut pernah diulas Intisari yang mengambil sumber buku berjudul: Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009.
Anak didik yang berhasil
Letjen TNI (Purn) Sintong Hamonangan Panjaitan atau biasa dipanggil Sintong Panjaitan lahir di Sumatera Utara, 4 September 1940.
Minat Sintong pada bidang militer muncul saat berumur tujuh tahun.