Kisah 70 Kostrad Dikirim ke Hutan Papua Tanpa Data Intelijen, Berakhir dengan Kondisi Seperti Ini
Dalam operasi penerjunan pasukan dengan sandi operasi Operasi Tim Rajawali itu, jumlah pasukan 70 orang.
Kisah 70 Kostrad Dikirim ke Hutan Papua Tanpa Data Intelijen, Berakhir dengan Kondisi Seperti Ini
TRIBUNJAMBI.COM - Kondisi hutan di Irian Barat (sekarang Papua; red) kalau itu masih liar dan jarang dijamah. Sebanyak 70 prajurit Kostrad diterjunkan dari udara untuk turun di sana.
Perjuangan Tentara Republik Indonesia (TNI) dan rakyat dalam mempertahankan Indonesia dimulai sejak dahulu.
Mulai dari perebutan wilayah Irian Barat (Papua) hingga wilayah Timor Timur, yang kini dikenal dengan nama Timor Leste, masih membekas di ingatan.
• Anggota Kostrad Lempar Granat ke Arah Pemberontak hingga Terpental ke Bawah Pohon Asam Jawa
• Operasi Kostrad dan Kopassus 130 Hari di Papua, Adinda Saraswati Teriak Sekencang-kencangnya
• Tiga Jenderal TNI dari Jambi yang Pernah Menjabat Posisi Penting, 2 Orang dari Kopassus
Satu di antara operasi terbesar yang pernah dilakukan TNI yaitu Operasi Trikora.
Operasi ini untuk memperebutkan wilayah Irian Barat dari tangan Belanda (1960-1963).
Kala itu, pasukan lintas udara andalan Kostrad dikirim.
Batalion Infanteri Lintas Udara (Linud) 328 ditugaskan melancarkan serangan lewat udara.
Dalam operasi penerjunan pasukan dengan sandi operasi Operasi Tim Rajawali itu, jumlah pasukan 70 orang, dipimpin oleh Pelda Atma.
Tujuan operasi tempur berisiko tinggi itu untuk memperkuat satuan-satuan tempur yang terlebih dahulu berhasil menyusup ke Irian Barat, khususnya kawasan Kaimana yang masih berhutan sangat lebat.
Rute pemberangkatan pasukan Linud 328 menggunakan pesawat C-130 Hercules berangkat dari Lanud Husein Sastranegara Bandung-Lanud Halim PK (Jakarta)-Maksassar-Ambon.

Sesuai target dan rencana, semua personel Tim Rajawali diterjunkan ke titik sasaran pada pukul 03.00 dini hari.
Waktu dini hari sengaja dipilih karena pada saat seperti itu tidak ada pesawat tempur Belanda yang patroli dan hari masih gelap sehingga posisi pasukan yang mendarat sulit diketahui.
Operasi penerjunan pasukan yang dilaksanakan Tim Rajawali itu sebenarnya merupakan serbuan nekat.
Mengapa nekat? Karena titik penerjunan masih merupakan hutan belantara yang belum dikenal.
Data intelijen mengenai wilayah untuk sasaran terjun yang biasa diberikan tim pasukan intelijen yang sudah terlebih dahulu menyusup, sama sekali tidak ada.
• Anggota Kostrad Modal Sedotan dan Pelepah untuk Bernapas, Kuat Sembunyi di Dalam Tanah Seharian
• Daftar 41 Nama Pangkostrad TNI AD dari 1961 s/d Sekarang, Cek Sejarah Pertempurannya
Titik penerjunan Tim Rajawali sesuai rencana dilaksanakan di atas laut lalu para personelnya diupayakan mengendalikan parasut dan mendarat tepat di pantai.
Tapi karena setiap personel Tim Rajawali membawa bekal dan persenjataan yang cukup berat, beban itu membuat waktu operasi penerjunan saat terapung-apung di udara justru bergeser ke arah hutan yang lebat.
Akibatnya hampir semua personel Rajawali mendarat di atas pohon yang tinggi dan harus menunggu terang fajar agar bisa turun dengan selamat.
Posisi menunggu terang fajar pun masih dalam kondisi tergantung di tali parasut karena jika tali parasut sampai dilepas tubuh bisa terhempas ke tanah dan tewas.
Ketika hari sudah pagi para pasukan Tim Rajawali yang masih berada di atas pohon teryata mengalami kesulitan saat mau turun karena pohonnya begitu tinggi.
Tali yang dibawa meskipun sudah digabung denga tali parasut cadangan tidak mencapai tanah sehingga perlu keahlian tersediri untuk bisa turun.
Salah satu personel Tim Rajawali, Prada S Ismail bahkan terjatuh dari atas pohon dan gugur.
Ketika para pasukan Tim Rajawali sudah berhasil mendarat di tanah mereka ternyata mendapat tantangan baru karena mengalami kesulitan untuk berkumpul.
Pasalnya jarak pendaratan antar personel yang satu dengan yang lainnya berjauhan dan tidak bisa saling memanggil.

Supaya posisi masing-masing pasukan saling diketahui senjata pun terpaksa diletuskan sebagai alat komunikasi.
Satu persatu personel pasukan Tim Rajawali mulai bisa berkumpul tapi suara tembakan itu juga didengar oleh tentara Belanda yang kemudian menyerang menggunakan mortir.
Dari jumlah 70 orang yang diterjunkan 42 orang berhasil berkumpul dan melanjutkan pertempuran, 13 orang tertangkap pasukan Belanda, dan sisanya hilang atau gugur.
• Operasi Kostrad dan Kopassus 130 Hari di Papua, Adinda Saraswati Teriak Sekencang-kencangnya
• Mengapa Kostrad Punya Kemampuan Rahasia dan Jadi Pasukan Ganas? Terungkap Rahasia Cakra
• Jenderal-Jenderal di Pentagon Yakin Kopassus Pakai Ilmu Hitam, Pasukan Elite AS Jadi Khawatir
Tapi perjuangan pasukan Linud Kostrad yang gagah berani itu akhirnya membuahkan hasil dengan kembalinya Irian Barat ke RI pada 23 Agustus 1962.
Pasukan Belanda sendiri mengakui kehebatan pasukan Kostrad itu karena pada zaman itu, sebenarnya tidak ada pasukan yang berani terjun di hutan belantara Papua kecuali pasukan Indonesia (TNI). (Intisarionline/Tribun Jambi)