Kisah Militer RI

Cerita Seram Jenderal AS di Pentagon Sepulang dari Markas Kopassus, Sebut TNI AD Pakai Ilmu Hantu

Cerita Seram Jenderal AS di Pentagon Sepulang dari Markas Kopassus, Sebut TNI AD Pakai Ilmu Hantu

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Ist
Jenderal Pentagon dan Debus Kopassus 

Cerita Seram Jenderal AS di Pentagon Sepulang dari Markas Kopassus, Sebut TNI AD Pakai Ilmu Hantu

TRIBUNJAMBI.COM - Cerita satu ini mengangkat pasukan khusus TNI AD yang bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Berawal pada 1980-an. Saat itu ABRI (sekarang TNI) hendak membentuk pasukan khusus.

Pasukan khusus yang dibentuk nantinya memiliki kemampuan antiteror.

Saat itu, satuan pasukan khusus dari berbagai negara dijadikan sebagai referensi.

Berbagai referensi diperoleh, seperti ilmu pasukan khusus dari Jerman (GSG-9), Inggris (SAS), pasukan khusus antiteror Angkatan Laut Prancis dan pasukan khusus Korea Selatan.

Dipimpin Prabowo Subianto Saat Itu, 130 Hari Misi Kostrad dan Kopassus Selamatkan Sandera di Papua

Operasi Kostrad dan Kopassus 130 Hari di Papua, Adinda Saraswati Teriak Sekencang-kencangnya

Misi 130 Hari Kostrad dan Kopassus 1996, Penyanderaan 26 Peneliti di Mapenduma Papua

Satuan-satuan itu banyak mempengaruhi pembentukan pasukan khusus di lingkungan TNI.

Teknik pelatihan pasukan khusus dari sejumlah negara itu kemudian direkomendasikan Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategi Letjen TNI, LB Moerdani, untuk segera diterapkan dalam pembentukan pasukan khusus TNI di kesatuan Kopassus.

Pasalnya semua teknik yang diramu dari berbagai ‘aliran’ pasukan khusus itu, diyakini mampu membentuk tiap personel pasukan khusus TNI menjadi pasukan tempur yang sangat profesional.

Profesional yang dimaksud oleh Letjen Benny adalah tiap personel pasukan khusus yang sudah terlatih baik bisa melaksanakan misinya hingga tuntas meski hanya bermodal peralatan dan persenjataan yang sangat terbatas.

Dengan kata lain kehebatan pasukan khusus tidak ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam pertempuran.

Melainkan, oleh kemampuan personel dalam penguasaan ilmu beladiri, penggunaan senjata tajam, dan ketrampilan penggunaan senjata api yang tidak dilengkapi teknologi serba canggih.

Oleh karena itu demi mencetak pasukan khusus yang dalam misi tempurnya tidak terlalu tergantung pada teknologi, Letjen LB Moerdani melarang pasukan-pasukan khusus AS untuk dipergunakan sebagai referensi.

Hingga saat ini pasukan-pasukan khusus AS seperti Green Berets, Navy Seal, Delta Force, SWAT, dan lainnya memang selalu tergantung kepada teknologi militer untuk mendukung operasi tempurnya.

29 Ribu Dukungan Calon Perseorangan di Tanjabtim Difaktualisasi, Segini Waktu yang Dibutuhkan KPU

BREAKING NEWS Kios Slempang dan Perlengkapan Wisuda di Mendalo, Muarojambi Terbakar

8 Maret Diperingati Sebagai Hari Perempuan Internasional, Ini Tanggapan Milenials Jambi

Kopassus
Kopassus (IST)

Misalnya, untuk melakukan pertempuran malam hari, semua pasukan khusus AS sangat tergantung kepada teropong pelihat malam (Night Vision Google/NVG) sehingga bisa melihat targetnya dalam gelap.

Tapi bagi pasukan khusus seperti Kopassus, untuk melihat dalam gelap tidak perlu NVG.

Kopassus sudah dibekali ilmu beladiri pernapasan Merpati Putih sehingga bisa ‘melihat’ dalam gelap.

Sangarnya Keahlian Tontaipur, Pasukan Khusus Kostrad TNI AD, Bisa Mengubur Diri dengan Daun Pepaya

6 Maret Jadi HUT Kostrad TNI AD! Inilah Daftar Nama Pangkostrad yang Karirnya Bersinar Hingga Kini

Harga Ponsel/HP Gaming Terbaru Black Shark 3 dan Black Shark 3 Pro Bulan Maret Ini

Setiap prajurit Kopassus juga mampu menembak tepat layaknya sniper tanpa dibantu teropong dalam jarak minimal 300 meter

Sedangkan, pasukan khusus AS umumnya bisa melakukannya dengan bantuan teropong.

Pasukan khusus AS yang umumnya berbadan besar kadang merasa superior dibandingkan pasukan khusus TNI yang berbadan lebih kecil.

Tapi para pasukan khusus AS itu menjadi tidak berkutik ketika ilmu debus pasukan khusus TNI mulai dikeluarkan.

Selain menjadi kebal oleh sabetan senjata tajam, berkat ilmu debus yang dikuasai, seorang pasukan khusus AS yang berbadan raksasa hanya bisa kebingungan.

Pasalnya ketika pasukan khusus AS itu di suruh berdiri di atas selembar kertas koran, kemudian diangkat oleh dua pasukan khusus TNI sambil mengerahkan negara dalamnya. Dia bisa terangkat dengan mudah.

Namun, yang paling mudah untuk membuat klenger para pasukan khusus AS, ketika dalam latihan jungle survival disuguhi buah durian.

Tak seorang pun pasukan AS berani makan durian, sementara pasukan khusus TNI bisa menyantap semua durian penuh gairan dan suka cita.

Grup-grup di Kopassus

Grup 1/Parakomando: berlokasi di Serang, Banten
Grup 2/Parakomando: berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus: berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
Grup 4/Sandhi Yudha: berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Grup 5/Anti Teror: berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Detasemen 81, unit anti teroris Kopassus, ditiadakan dan diintegrasikan ke grup-grup tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Danjen Kopassus yang berpangkat Mayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.

Jenderal Pentagon dan ilmu hantu

Berkat kemampuan pasukan khusus Indonesia yang tiap personelnya menguasai ilmu beladiri dan tenaga dalam itu, telah membuat para jenderal di markas besar militer AS, Pentagon ketakutan.

Para jenderal di Pentagon yakin, pasukan khusus Indonesia menguasai ‘ilmu hantu’, sementara pasukan khusus AS sama sekali asing dengan ilmu kebatinan tersebut.

Debus Kopassus dan Jenderal Pentagon AS
Debus Kopassus dan Jenderal Pentagon AS (Kolase/Ist)

Oleh karena itu, jika dalam latihan bersama para pasukan khusus TNI mulai menerapkan ilmu kanuragannya (beladiri dan tenaga dalam). 

Misalnya makan beling sewaktu mempraktikkan ilmu debus, benar-benar membuat para pasukan khusus AS sama sekali tak berkutik.

Maka menjadi masuk akal jika dalam pertempuran melawan pasukan khusus TNI, para pasukan khusus AS yang bertempur tanpa menggunakan teknologi militer canggihnya, bisa dengan mudah dikalahkan.

Tulisan ini bersumber dari buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, PBK, 2009.

Kisah-kisah militer dan Kopassus dapat dibaca di Tribunjambi.com.(*)

Kisah Menegangkan Prabowo Subianto dan 3 Jenderal Kopassus saat Pertempuran, Peluru Berhamburan

Duet Prabowo dan Luhut Binsar Bentuk Pasukan Siluman Kopassus, Skill dan Kekuatannya Jadi Misteri

KERASNYA Pelatihan Anggota Kopassus, Pelda Suwito: Jika Misi Gagal, Disuruh Tidur di Kandang Sapi

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved