Kekerasan Pada Anak Kerap Terjadi di Sarolangun, Empat Faktor Ini Ikut Jadi Penyebabnya

Kekerasan di dalam sebuah keluarga hingga mengkibatkan pelecehan seksual pada anak yang masih di bawah umur masih terjadi di Sarolangun.

Penulis: Wahyu Herliyanto | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Wahyu Herliyanto
Tersangka kasus kekerasan pada anak di bawah umur di Sarolangun. 

Kekerasan Pada Anak Kerap Terjadi di Sarolangun, Empat Faktor Ini Ikut Jadi Penyebabnya

TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN-Kekerasan di dalam sebuah keluarga hingga mengkibatkan pelecehan seksual pada anak yang masih di bawah umur masih terjadi di Sarolangun.

Akhir-akhir ini kasus kekerasan pada anak marak di Kabupaten Sarolangun dan masalah itu terkuak atas adanya laporan kepolisian.

Pihak Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Sarolangun, mengaku sangat prihatin dengan kondisi tersebut.

Terjadinya kasus seperti kekerasan di dalam rumah tangga selain dipengaruhi oleh kesempatan, beberapa faktor utama yang mempengaruhi seseorang yaitu karakter, pendidikan, agama dan sosial ekonomi.

"Empat faktor inilah yang sangat mempengaruhi terjadinya kekerasan," ujar Sudirman, kepala P3A Sarolangun. Kamis (20/2).

Elhelwi, dari Mantan Kades Jadi Anggota DPR, Kini Tersandung Suap Ketok Palu

Di Depan Hakim, Sufardi Cerita Soal Uang Ketok Palu, OTT KPK hingga Pesan Almarhum Zoerman Manaf

Dijanjikan Upah Rp30 Juta, Kurir Narkoba yang Dituntut Hukuman Mati Ternyata Seorang Petani

Dijelaskannya, seperti faktor karakter, yang mana karakter seseorang yang berbeda-beda, ada yang suka marah dan ada yang sabar. Faktor pendidikan, ini juga menjadi pengaruh besar, jika berpendidikan tinggi secara otomatis bisa mengontrol emosi dan sebaliknya jika tidak berpendidikan maka susah untuk mengontrolnya.

Sementara untuk faktor agama, inilah faktor yang terpenting, karena dengan agama dan iman maka kecil kemungkinan terjadinya tindak kekerasan. Semakin kuat orang itu ibadah, maka semakin takut ia melakukan maksiat.

Sedangkan faktor sosial ekonomi juga berperan penting, karena timbulnya suatu masalah kebanyakan masalah ekonomi yang tidak tercukupi.

Ditambahkan Sudirman, untuk kasus pelecehan seksual,seperti pencabulan dan lain sebagainya, faktor utamanya yaitu genetik.

"Faktor genetik inilah yang menyebabkan sering terjadinya kasus pelecehan seksual. Contohnya, libido atau keinginan seksual atau gairah seksual seseorang yang berbeda-beda,ada yang rendah dan ada yang tinggi dan satu lagi perilaku seksual yang menyimpang atau kelainan seksual yang mana disebabkan kebanyakan oleh trauma masa kecil, seperti pelecehan seksual yang dialami oleh orang tersebut," jelasnya.

Dengan maraknya kasus seperti ini,terutama banyak yang menimpah para pelajar sekolah, Dinas DP3A Sarolangun mengimbau untuk masyarakat selaku orang tua untuk selalu mengontrol dan mengawasi anaknya, mulai dari HP karena Medsos berpengaruh besar.

"Jangan sebuk internet dan yang dilihat aneh- aneh, dan media sosial juga kuat. Intinya pengawasan pihak keluarga yang paling diutamakan," pungkas Sudirman.

Akunya, jika dilihat dari laporan awal januari hingga Februari 2020 pihaknya sudah tangani sebanyak 20 kasus.

Yang mana kasus tersebut umumnya kasus pelecehan seksual dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved