Virus Corona

Ahli Harvard Sebut Indonesia Tak Mampu Deteksi Virus Corona, Benarkah?

Hingga saat ini belum ditemukan pasien penderita virus corona di Indonesia, padahal di negara lain sudah terdeteksi.

Editor: Heri Prihartono
Xinhua via SCMP
Seorang relawan komunitas mengecek suhu tubuh seorang perempuan di Paviliun Yellow Crane di Wuhan, China, pada Jumat (7/2/2020). Wabah virus corona yang mewabah di China sejak Desember 2019 

TRIBUNJAMBI.COM - Hingga saat ini belum ditemukan pasien penderita virus corona di Indonesia, padahal di negara lain sudah terdeteksi.

Di Singapura misalnya, jumlah pasien yang terdeteksi virus corona terus bertambah sementara di Indonesia tak demikian.

Sebagai negara besar, belum terdeteksinya virus corona di Indonesia justru jadi sorotan dunia.

VIDEO: Tes SKD di Sejumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Diundur, Cek Tanggal dan Lokasinya!

Ahli dari Harvard sebut pemerintah Indonesia tak bisa deteksi virus corona, Kemenkes langsung bantah.

Seorang ahli dari Universitas Harvard menyatakan bahwa kasus virus corona kemungkinan tak terdeteksi di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut Kepala Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) langsung buka suara.

Siswanto mengatakan, penelitian yang dilakukan ahli Harvard itu hanya berdasarkan kalkulasi matematis dan belum bisa dipastikan kebenarannya.

VIDEO: Habiskan Dana 2,2 Juta Dolar, Satelit Zafar Milik Iran Gagal Masuk Orbit

"Penelitian Harvard itu model matematik untuk memprediksi dinamika penyebaran novel corona virus berdasarkan seberapa besar orang lalu lalang," kata Siswanto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/2/2020) dikutip TribunnewsWiki dari Kompas.com.

 

 

Siswanto menyebut, berdasarkan hitungan matematis tersebut, harusnya terdapat 6-7 kasus positif virus Corona di Indonesia.

Namun Siswanto menegaskan sampai hari ini, belum ada satu kasus yang dinyatakan positif corona berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium Litbang Kemenkes.

Dari 62 kasus, Kemenkes sudah melakukan uji laboratorium terhadap 59 kasus.

Tak satupun dari spesimen tersebut yang positif corona. Adapun 3 spesimen lainnya saat ini masih diteliti.

"Kalau diprediksi harusnya ada 6 kasus, ternyata sampai hari ini tidak ada, ya harusnya justru kita bersyukur. Kita sudah teliti dengan benar. Itu (penelitian ahli Harvard) hanya prediksi saja," kata dia.

Orang-orang yang memakai masker mengunjungi pasar makanan segar di Hong Kong pada 29 Januari 2020, sebagai langkah pencegahan setelah wabah virus yang dimulai di kota Wuhan di Cina. Virus yang sebelumnya tidak dikenal telah menyebabkan alarm karena kemiripannya dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yang menewaskan ratusan di seluruh daratan Cina dan Hong Kong pada 2002-2003.
Orang-orang yang memakai masker mengunjungi pasar makanan segar di Hong Kong pada 29 Januari 2020, sebagai langkah pencegahan setelah wabah virus yang dimulai di kota Wuhan di Cina. Virus yang sebelumnya tidak dikenal telah menyebabkan alarm karena kemiripannya dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), yang menewaskan ratusan di seluruh daratan Cina dan Hong Kong pada 2002-2003. (DALE DE LA REY / AFP)

Diberitakan, jumlah kasus virus corona Wuhan yang dilaporkan di Indonesia dan Thailand jauh dari perkiraan ilmuwan.

Karena jarak Indonesia dan Thailand dekat dengan Wuhan, China, peneliti memprediksi sebenarnya ada lebih banyak kasus infeksi virus corona.

Hal ini pula yang membuat para ahli khawatir bahwa penyebaran virus corona Wuhan atau novel coronavirus tidak terdeteksi.

Halaman
123
Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved