Praktik Prostitusi di Apartemen, Ditawarkan Mulai Rp 900 Ribu hingga Dijual Via Aplikasi

Petugas kemudian menyusuri tiap seluk beluk unit apartemen tersebut dan mendapatkan SA berada di sebuah kamar bersama tiga wanita lainnya.

Editor: Suci Rahayu PK
Warta Kota/Vini Rizki Amelia
Berawal selidiki anak hilang, Polres Metro Depok justru membongkar praktik prostitusi yang terjadi di sebuah apartemen di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan. 

"Saat ini para korban atau 10 anak dibawah umur itu dalam pendampingan pihak terkait yakni dari Kemensos dan UPT P2TP2A DKI Jakarta," kata Pujiyarto.

Para korban ini katanya direkrut para pelaku tidak hanya dari Jakarta dan sekitarnya saja.

"Tetapi ada juga dari daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat," kata Pujiyarto.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan enam pelaku sindikat eksploitasi anak yang dibekuk pihaknya ini, terdiri dari pengelola dan pemilik cafe, mucikari, hingga orang yang berperan memperdaya dan merekrut anak perempuan di bawah umur serta petugas cafe.

"Enam pelaku yang terdiri dari 3 perempuan dan 3 laki-laki ini, memiliki peran masing-masing. Mereka bekerja secara sistematis," kata Yusri dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Selasa (21/1/2020).

Peran keenamnya kata Yusri, R alias Mami Atun, selaku pemilik cafe berperan memaksa anak melayani hubungan badan para tamu dan menyediakan tempat.

Lalu A alias Mami Tuti, juga memaksa anak melayani hubungan badan para tamu dan berperan sebagai mucikari.

"Jadi ada dua mami di cafe tersebut," kata Yusri.

Sementara D alias Febi, yang juga perempuan kata Yusri berperan mencari dan menjual anak kepada Mami Atun dan Mami Tuti.

"Juga tersangka TW perannya mencari dan menjual anak kepada dua mami itu.

"Jadi Febi dan TW perannya sama yakni mencari anak perempuan di bawah umur untuk dipekerjakan di cafe itu," kata Yusri.

Menurut Yusri, setiap satu anak perempuan yang didapat Febi dan TW dijual seharga antara Rp.750 Ribu sampai Rp.1,5 Juta.

Lalu kata Yusri tersangka A berperan mencari hidung belang di cafe yang mau dilayani dan ditemani anak di bawah umur.

"Serta tersangka E yang berperan sebagai timer, cleaning service, penjaga kamar, pencatat dan pengumpul bayaran PSK di cafe," kata Yusri.

Menurut Yusri, setiap berhubungan badan dengan anak dibawah umur yang dijadikan pekerja seks komersial di cafe itu, dipatok harga Rp 150 Ribu.

"Dari Rp 150 Ribu itu, sebanyak Rp 60 Ribu untuk si anak di bawah umur dan sisanya untuk pengelola cafe. Uang Rp 60 Ribu akan dihitung dan diberikan ke para PSK setiap dua bulan," kata Yusri.

Yusri menjelaskan sindikat ini sudah beroperasi selama 2 tahun lewat cafe tersebut.

Karena perbuatannya kata Yusri para pelaku dijerat UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan atau Pasal 296 KUHP serta Pasal 506 KUHP tentang menyebabkan dan memudahkan perbuatan cabul serta UU Tindak Pidana Perdagangan Orang.

"Dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara," kata Yusri. (bum)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Polres Metro Depok Bongkar Praktik Prostitusi di Apartemen saat Cari Anak Hilang, Simak Kronologinya, https://wartakota.tribunnews.com/2020/01/23/polres-metro-depok-bongkar-praktik-prostitusi-di-apartemen-saat-cari-anak-hilang-simak-kronologinya?page=all.
Penulis: Vini Rizki Amelia
Editor: Panji Baskhara

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved