Sebutan "Pengkhianat" Untuk Novel Baswedan Jadi Polemik, Pakar Ekspresi Ungkap Keanehan Ini
"Tolong ditatat, saya gak suka sama Novel karena dia pengkhianat," kata RB dengan nada tinggi.
Sebutan "Pengkhianat" Untuk Novel Baswedan Jadi Polemik, Pakar Ekspresi Ungkap Keanehan Ini
TRIBUNJAMBI.COM-Ucapan penyerang yang menyebut Novel Baswedan sebagai pengkhianat menjadi polemik.
Kalimat Novel pengkhianat yang dilontarkan RB mendapat perhatian dari Pakar Umum Pidana, Teuku Nasrullah dan Psikolog Forensik Rez Indragiri.
Sebelumnya diketahui pelaku penyeranan Novel Baswedan ditangkap di kawasan Cimanggis, Depok pada Kamis (26/12/2019).
Setelah menjalani pemeriksaan, pelaku penyerangan yang disebut sebagai anggota Polisi aktif ditetapkan sebagai tersangka.
RM dan RB resmi ditahan di Bareskrim Polri.
Ketika digiring ke tahanan, RB teriak.
"Tolong ditatat, saya gak suka sama Novel karena dia pengkhianat," kata RB dengan nada tinggi.
Soal ucapan Novel pengkhianat ini, Teuku Nasrullah mengatakan bahwa semangat menggebu seperti yang ditunjukan RB hanya terjadi pada level bawah.
• Ribuan Ekstasi Diblender Campur Detergen, Kapolda Tak Mau Jambi Masuk 10 Besar Pengguna Narkoba
• BARU Keluar dari Penjara, Suami Mulan Jameela Ahmad Dhani Janji Bakal Jaga Sikap dan Omongan
• Lengkap, Ramalan Shio 2020 Tahun Tikus Logam, Gimana Karier Keuangan Kesehatan Asmara Keluarga?
"Semangat Korps semangat berlebih itu umumnya terjadi di level bawah," kata Nasrullah dikutip dari Apa Kabar Indonesia Malam TvOne.
Menurutnya semakin bawah level, maka akan semakin emosional.
"Semakin bawah dia semakin emosional, semakin tingkat pendidikan lebih bagus semakin logis cara berpikirnya," katanya.
Nasrullah mencontohkan bagi orang yang levelnya sudah di atas menganggap dipindah tugas dari Polisi ke KPK merupakan tugas negara.
"Ketika pindah tempat kerja dari Kepolisian ke KPK bagi orang namanya sudah matang itu melaksanakan tugas kenegaraan dia bisa nerima, tapi di level bawah kadang tidak," kata Nasrullah.
Menyambung pendapat Nasrullah, Psikolog Forensik Reza Indragiri menjelaskan berbicara soal jiwa Korsa tidak bisa hanya soal RM dan RB saja.
