Tsunami Aceh 15 Tahun Lalu
Ingat Martinus Bocah yang Selamat dari Tsunami Aceh 15 Tahun Lalu, Kondisi Sekarang di Portugal Beda
Masih ingat sosok Martunis, bocah yang selamat dari peristiwa tsunami Aceh 15 tahun lalu? Begini nasibnya sekarang
TRIBUNJAMBI.COM - Masih ingat sosok Martunis, bocah yang selamat dari peristiwa tsunami Aceh 15 tahun lalu?
Meski kehilangan keluarga dan harta benda, namun nasib anak itu tergolong baik karena akhirnya menjadi anak angkat Cristiano Ronaldo.
Setelah 15 tahun berlalu, bagaimana kabar Martunis sekarang?
Martunis lahir di Banda Aceh, 2 Mei 1997.

• BREAKING NEWS: Pasangan Inisial F dan R Ditemukan Terbakar di Kamar Kos di Rimbo Bujang
• BREAKING NEWS Warga Depok Tewas Terjepit, Dua Truk Adu Kambing di Jalan Lintas Sumatera Bungo
• Mulan Jameela Siap Puaskan Ahmad Dhani dengan Melakukan Hal Tak Biasa Ini Saat Keluar dari Penjara
Saat peristiwa tsunami Aceh terjadi, dia masih berusia 7 tahun.
Bocah ini mendapat simpati dari bintang sepak bola Portugal, Cristiano Ronaldo.
Sebelumnya, dia tinggal di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.
Pada 2008, Martinus bersekolah di kelas 1 SMPN 8 Banda Aceh.
Saat ini, ia bermain di Portugal setelah direkrut klub asal Portugal, Sporting Lisbon, untuk masuk tim akademi U-19.

Martunis menjadi sosok yang sangat bersyukur dan beruntung bisa selamat dari peristiwa tsunami Aceh sekaligus diangkat menjadi anak oleh Cristiano Ronaldo.
Bagi Martinus, peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 menjadi bencana yang tak akan terlupakan.
Remaja yang selamat dari bencana gempa dan tsunami itu kehilangan banyak teman dan keluarga.
Namun, kesedihannya sedikit terhibur oleh bintang sepak bola Cristiano Ronaldo.
Martunis termasuk korban yang selamat dari tsunami.
Saat ditemukan, Martunis menggunakan seragam Timnas Portugal nomor punggung sepuluh milik Rui Costa.

Nasib Martunis berubah ketika mendapatkan kunjungan dari Cristiano Ronaldo.
Bahkan Martunis dijadikan anak angkat oleh pemain Real Madrid tersebut.
Remaja asal Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh yang lahir 10 Oktober 1997 itu selalu ingat tanah kelahirannya.
Dia juga sangat ingat jelas akan bencana tsunami Aceh.
Melalui video yang diunggah di Youtube miliknya, Martunis menanggapi pertanyaan dari seorang netizen yang ingin tahu kronologis bertahan hidup ketika bencana tsunami melanda.
Martunis pun menjawabnya dengan pembukaan mengenai perjuangan hidup.
Baginya, berusaha untuk bertahan hidup itu tidaklah mudah.
"Berusaha hidup itu tidak mudah dengan kita berjuang untuk masa depan, jadi yang kita perjuangkan itu adalah nyawa," kata Martunis.
Ketika kejadian tsunami, Martunis berusaha bertahan hidup dengan menaiki kasur, bangku sekolah, dan mengambil kasur kembali.
"Jadi say apas kejadian tsunami pertama saya berusaha untuk naik ke atas kasur, kemudian kasur itu tenggelam, lalu saya berusaha untuk naik di atas bangku sekolah bangku kayu," kenangnya dengan sepenuh hati.
"Setelah itu bangku itu juga tenggelam, lalu saya ambil kasur lagi, tapi kasur itu juga tenggelamg," tambahnya.
Kemudian Martunis tak tersadarkan diri lalu tiba-tiba dia berada di atas pohon yang besar.
"Terus kemudia saya tiba-tiba sudah berada di pohon yang besar, seperti kita tidur bangun-bangun tiba-tiba berada di atas ini itu," terangnya.
Martunis yang selamat secara terkatung-katung di lautan selama 21 hari pascatsunami Aceh 26 Desember 2004.
Martunis yang kehilangan ibu, kakak, dan adiknya saat tragedi tsunami Aceh tentu sangat merindukan keluarganya yang tinggal di Aceh tepatnya di Desa Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. (bolastylo/ Tribunjambi.com)
Biodata Martunis
Nama: Martunis
Lahir: Banda Aceh, 2 Mei 1997
Posisi bermain: Penyerang Sporting CP
Karier junior: PSAP Sigli (2012-2015), Sporting CP (2015- ...)

• Akan Bertugas Amankan Natal, Brigadir Surianto Tewas Ditabrak Truk di Tanjungmorowa
• Begini Cara Soeharto Memberantas Begal Sadis yang Bikin Jera Meski Disebut Pelanggaran HAM
• Anggota Kopassus Berkaki Satu yang Selalu Dicari Soeharto, selalu Dibela Benny Moerdani Mati-matian
• Pemuda di Batam Ini Dicoret dari Kartu Keluarga, Orang Tua Sampai Bikin Surat Pernyataan di Koran