Kisah Militer RI
Mulai dari Bom hingga Peluru Tajam, Aksi Paspampres Zaman Soekarno hingga Jokowi Ini Bikin Melongo
Mulai dari Bom hingga Peluru Tajam, Aksi Paspampres Zaman Soekarno hingga Jokowi Ini Bikin Melongo
Mereka nyaris adu tembak. Insiden ini berawal saat Soeharto berkunjung ke New York, Amerika Serikat.
Saat itu Soeharto juga menjabat sebagai Ketua Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Salah satu personel Paspampres saat itu adalah Sjafrie Sjamsoeddin.
PM Israel Yitzak Rabin ternyata ingin menyampaikan keinginannya untuk menemui Soeharto di hotelnya menginap.
Kemudian ia dan pengawalnya dari Mossad datang untuk bertemu Soeharto.
Namun cara mereka bertindak tidak mematuhi protokol keamanan dan terkesan arogan.
• Harga dan Spesifikasi Realme X2 Pro, Chip Terkencang dari Qualcomm, sudah Launching Hari Ini
• UIN STS Jambi Jadi Tuan Rumah Diseminasi Hasil Kajian Al-Quran
Sehingga Rabin dan empat pengawalnya dicegat oleh paspampres Soeharto sebelum masuk lift.
Setelah mengutarakan niatnya, Rabin beserta para personel Mossad itu dikawal oleh Sjafrie menemui Soeharto.
Saat hendak memasuki lift terjadilah 'insiden kecil' yang cukup menegangkan.
Tiba-tiba para pengawal Rabin tidak mau satu lift dengan Sjafrie dan para personel Paspampres.
Mereka curiga pada Paspampres. Padahal sebelum masuk lift, Sjafrie dan personel Paspampres lainnya sudah dikenalkan dalam protokol Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) PBB yang artinya mereka memang personel resmi pengamanan Presiden Soeharto.
Sempat adu mulut, pengawal Presiden Israel dengan arogannya menodongkan senjata Uzi ke perut Sjafrie yang tetap ngotot masuk dalam lift.
Namun kalah cepat dengan kegesitan tangan Sjafrie yang lebih dulu menempelkan moncong pistol ke perut tentara Israel itu.
Sambil menatap mata Sjafrie yang tangannya siap menarik pelatuk.
"Sorry I understand it" ujar pentolan Mossad itu sambil menurunkan arah senjatanya.
Bahkan PM Israel pun ikut cemas lantaran dua orang Paspampres lainnya juga sudah siap menumpahkan peluru.
Alhasil Yitzak Rabin rela menuruti prosedur pengamanan Paspampres dan menunggu 15 menit karena memang datang lebih awal dari jadwal diterima Pak Harto.

Presiden Soekarno sering mendapat serangan hingga pembunuhan.
Peran Paspampres sangat dibutuhkan saat ini.
Seperti dalam kejadian pelemparan granat di Sekolah Perguruan Cikini tahun 1957 dan Makassar tahun 1962.
Ledakan granat tiba-tiba muncul saat Soekarno dan rombongannya meninggalkan Perguruan Cikini (PerCik).