Kusni Kasdut, Perampok Legendaris yang Gondol Emas 2,5 M dan Nekat Baku Tembak di Kantor Polisi
Kusni Kasdut, Perampok Legendaris yang Gondol Emas 2,5 M dan Nekat Baku Tembak di Kantor Polisi
Kasdut menyalakan jip itu, tetapi Herman yang berbaju inspektur tiba-tiba melompat. "Kukira kita perlu kantong kain," ujar Herman sembari mengambil sebuah kaus kaki. Mereka pun berangkat menuju Museum Nasional yang ada di Gambir, Jakarta Pusat, lewat Tanah Abang.
Kelompok itu tiba di Museum pagi-pagi sekali. Hal itu membuat pegawai-pegawai museum heran. Alasan apa yang membuat polisi datang ke museum pagi-pagi. Seragam inspektur yang dikenakan Herman membuat mereka didahulukan masuk museum oleh penjual karcis.
Agar orang-orang yang ada di museum tak curiga, kelompok itu berkeliling seolah menikmati benda-benda yang ada. Saat penjaga mulai lengah, mereka merangsek ke lantai atas di ruang pusaka.
Budi dan Sumali mengalihkan perhatian penjaga pintu ruangan tersebut dengan segudang pertanyaan. Sementara Kasdut dan Herman masuk ke ruangan tersebut. Akan tetapi, alangkah kagetnya mereka melihat ada dua penjaga lain yang bertugas dalam ruang pusaka itu.
"Tutup Mulut!, Kalau tidak...," kata Kasdut sembari menodongkan senjata kepada dua orang tersebut. Dua penjaga itu lalu ditangani Herman.
Kasdut bergerak cepat. Berbekal sebuah obeng besar, ia membobol lemari pajangan emas berlian. Namun, seolah sadar apa yang sedang terjadi, dua penjaga yang dari tadi bersama Herman berteriak.
Kasdut merogoh emas berlian yang ada di hadapannya lalu memasukkannya ke dalam kaus kaki yang tadi disiapkan Herman. Tanpa menunggu lama, ia bergegas keluar ruangan dan memberi sinyal kepada Budi dan Sumali tanda waktunya pergi.
Setiba di mobil dan menghidupkan mesin, kembali terdengar teriakan dari lantai atas.
Kasdut panik, tetapi hanya bisa menunggu ketiga rekannya itu turun. Setelah beberapa menit yang serasa seabad, tiga orang itu turun. Kasdut menginjak gas dalam-dalam meninggalkan lokasi itu.
"Teriakan apa yang tadi? tanya Kasdut kepada Herman.
Ternyata kedua penjaga itu ditusuk Herman, tetapi ia tidak bisa memastikan apakah dua orang tersebut masih bernapas atau tidak.
Di tengah perbincangan itu, Kasdut menghentikan mobil. Ia meminta rekan-rekannya itu kabur naik becak berdua-dua. Mereka kembali ke rumah di kawasan Slipi.
Setelah pencurian tersebut, Sumali dan Herman mencari orang yang hendak membeli perhiasan yang mereka curi. Mulanya mereka mencoba menjual emas permata itu kepada seseorang bernama Baba, kenalan Sumali. Namun, istri Baba yang meladeni mereka tak sanggup membelinya, menjualkan pun tidak.
Sekitar seminggu kemudian, mereka akhirnya bertemu seseorang bernama Broto Kamal. Ia tinggal di sebuah rumah di kawasan Kyai Maja, Jakarta Selatan. Namun, bukan Broto Kamal yang akan membantu menjualkan barang curian itu, melainkan seorang wartawan bernama Ahar Murtono.
• Terungkapnya Tanggal dan Bulan Nikah Citra Kirana dan Rezky Aditya, Buku Panduan Acara Sudah Bocor
• Siswa SMP Kendarai Mobil Double Kabin Tabrak Pejalan Kaki dan 13 Motor Sekaligus, Ini Kronologinya
• Nasib Kapolres Kampar, Dicopot dari Jabatannya Karena Mengobrol saat Kapolri Idham Azis Beri Arahan
Ahar tinggal di Surabaya. Mendengar kata Surabaya, Kasdut bersemangat. Sebab, istrinya tinggal di kota itu.