Kusni Kasdut, Perampok Legendaris yang Gondol Emas 2,5 M dan Nekat Baku Tembak di Kantor Polisi

Kusni Kasdut, Perampok Legendaris yang Gondol Emas 2,5 M dan Nekat Baku Tembak di Kantor Polisi

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kompas.id
Kusni Kasdut 

Ia berangkat sendirian ke Surabaya berbekal surat pengantar dari Kamal. Setelah menyampaikan maksudnya kepada Ahar, Kasdut pun menjadwalkan bertemu seminggu sekali dengan orang itu. Pertemuan itu guna menginformasikan mengenai penjualan emas berlian.

Suatu hari, saat Kasdut pergi ke rumah Ahar, ia disambut senyuman. Saat melihat hal itu, Kasdut bertanya apakah emas itu sudah terjual.

"Sabar Bung Waluyo, sabar" sahut Ahar.

Ahar lantas menjelaskan bahwa ia baru bisa menjual sebagian kecil dari emas berlian tersebut seharga Rp 3.250.000. Kabar itu membuat Kasdut senang. Dari penjualan itu, ia memberikan kepada Ahar Rp 250.000.

Pulang dari rumah Ahar, Kasdut langsung mengajak Sumiyati, istrinya, ke pasar. Istrinya itu dibelikan pakaian dan perhiasan baru. Tetapi, uang itu tidak ia pakai semuanya. Sebanyak Rp 2 juta ia simpan dalam sebuah koper yang terkunci rapat.

Ia lalu mengirim surat ke Jakarta untuk memberitahukan kepada teman-temannya bahwa sebagian barang curian itu telah laku. Akan tetapi, ternyata itu terakhir kalinya Kasdut mendapatkan uang penjualan emas itu.

Selama dua bulan, setiap minggu ia terus pergi ke rumah Ahar.

Pada suatu hari, saat ia ke rumah Ahar, pria itu tidak ada. Yang ia temui justru istri Ahar yang tengah bicara dan seorang pria yang ternyata polisi dari Jakarta.

Saat itu Kasdut juga berpura-pura jadi polisi asal Mabak yang tengah menyelidiki kasus pencurian yang dilakukannya sendiri. Tetapi penyamaran itu justru jadi bumerang. Polisi bernama Ilin itu ternyata jauh-jauh dari Jakarta untuk menangani kasus Kasdut.

Karena menangani kasus yang sama, Ilin mengajak Kasdut ke kantor polisi bersama-sama naik becak. Di tengah-tengah perjalanan, Kasdut minta berhenti sebentar untuk membeli rokok. Akan tetapi, niat sebenarnya adalah mengambil tasnya yang berisi pistol.

Namun, Ilin lebih cepat. Ia langsung menodong Kasdut dan menggiringnya ke kantor Reskrim Semarang. "Kusni Kasdut, Pak," kata Ilin kepada tiga polisi yang ada di gedung Reskrim tersebut.

Dari tiga polisi itu, Kasdut mengetahui bahwa semua rekannya, baik di Jakarta maupun Semarang, sudah lebih dahulu ditangkap. Tetapi, ia berbohong dengan mengaku tidak mengenal satu pun orang yang disebut polisi, kecuali Ahar.

Setelah interogasi singkat itu, seorang polisi bernama Tukimin meminta Kasdut membongkar isi tasnya. Akan tetapi, itu jadi sebuah kesalahan. Dalam tas itu isinya adalah pistol dan sebuah granat.

Kasdut melawan dengan mengumbar tembakan. Terjadilah baku tembak saat itu meski tak ada korban.

Memanfaatkan situasi yang ricuh, Kasdut berusaha lari. Ketika tiba di sebuah ruangan, ia bertemu dua orang polisi. Salah satu polisi itu bernama Sutono, yang sedang mengetik.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved