PETANI Kopi di Lahat Tewas Mengenaskan Diterkam Macan Tutul, BKSDA Sumsel Selidiki Penyebabnya

TRIBUNJAMBI.COM- Petani kopi bernama Kuswanto (53) tewas secara mengenaskan setelah diterkam macan tutul di hutan tak

Editor: ridwan
net
Macan tutul 

TRIBUNJAMBI.COM- Petani kopi bernama Kuswanto (53) tewas secara mengenaskan setelah diterkam macan tutul di hutan tak jauh dari tempat tinggalnya di Desa PulauPanas, Kecamatan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat.

Mendapat kabar perihal itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan menurunkan tim untuk melihat kondisi hutan di sekitar Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Kabupaten Lahat.

Hal ini terkait terkait tewasnya Kuswanto (53), petani kopi yang diterkam macan tutul ketika sedang beraktivitas.

Kepala BKSDA Sumsel Genman Suhefti Hasibuan menjelaskan, macan tutul itu keluar dari habitatnya lantaran diduga mengalami tekanan di tempat mereka tinggal, seperti pembalakan liar, kebakaran hutan atau adanya pembukaan lahan baru.

Baca Juga: Inilah Raja Judi Asal Indonesia, Menang Rp28 Miliiar dari Amerika, Uangnya Bukan untuk Senang-senang tapi Dibawa Pulang Kampung untuk Pengobatan Gratis!

Jadwal Semifinal Liga 2 2019 di Bali - Persita Tangerang Vs Sriwijaya FC dan Persik Vs Persiraja

4 Fakta Soal Penistaan Agama oleh Atta Halilintar, Ngaku Sudah Hapus Videonya hingga Minta Maaf

 

Menurut Genman, wilayah tempat terjadinya konflik antara satwa liar dan warga tersebut memang berdekatan dengan hutan lindung.

"Kebun tersebut berada di luar kawasan hutan lindung. Artinya, macan tutul tersebut keluar dari habibat aslinya.

Kemungkinan kalau secara umum ada tekanan dan gangguan sehigga menyebabkan satwa itu keluar," kata Genman, Minggu (17/11/2019).

Baca Juga: Jangan Lagi Motret Makanan dan Mengunggahnya ke Instagram, Mengapa? Koki Terbaik di Dunia Ini Beri Penjelasannya

4 Fakta Soal Penistaan Agama oleh Atta Halilintar, Ngaku Sudah Hapus Videonya hingga Minta Maaf

Kasat Reskrim Geleng-geleng Mengapa Alphard Bisa Dicuri di Parkiran, Heran karena Alasan Ini

 

Tim dari BKSDA Sumsel pun telah dikirimkan untuk mengetahui penyebab satwa tersebut keluar dari habitatnya.

Setelah kajian tersebut dilakukan, mereka baru akan memutuskan untuk menentukan titik yang tepat memasang jebakan kamera.

"Kita belum tahu berapa jumlah macan tutul disana. Tim sedang dilapangan," ujarnya.

Pada umumnya, menurut Genaman, macan tutul merupakan hewan yang tidak memliki kebiasaan untuk menyerang manusia dibandingkan harimau.

Fenomena tersebut akan dijadikan kajian oleh BKSDA Sumsel untuk melihat gangguan seperti apa yang dialami hewan bernama latin panthera pardus itu.

"Kita sampaikan agar masyarakat tidak melakukan hal-hal yang mengganggu habitat satwa. Kalau itu habitat satwa, alokasikan, jangan diganggu,” jelasnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved