AKSI Mendebarkan 50 Prajurit Kopassus Bebaskan Anggota TNI saat Pos Koramil Dikepung KKB di Papua

TRIBUNJAMBI.COM - Enam prajurit ABRI harus bertahan mati-matian di sebuah pos koramil di Warmare, ketika secara tiba-tiba

Editor: ridwan
Kolase/TribunJambi.com
Kopassus dan KKB 

TRIBUNJAMBI.COM - Enam prajurit ABRI harus bertahan mati-matian di sebuah pos koramil di Warmare, ketika secara tiba-tiba mereka digempur kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua.

Bahkan, mereka terpaksa mengubur jasad rekannya di sana karena KKB Papua masih mengepung pos koramil tersebut

Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, Sintong Panjaitan tiba di Manokwari pada 6 Januari 1967, dan langsung diperintahkan untuk menyelamatkan para prajurit ABRI itu.

 

30 Prajurti ABRI Berangkat Cuma 9 Orang yang Selamat, Begini Sengitnya Pertempuran di Timor Timur

Mengajak Berhubungan Badan, Wanita ini Tewas Tanpa Busana, Pelakunya Satu Keluarga

Booking Cewek Cantik untuk Berhubungan Badan di Hotel, Pria Ini Ternyata Booking Ceweknya Sendiri

Tergiur Kemolekan Tubuh Wanita, Penjaga Toko di Surabaya Sengaja Rekam Aktivitas Kamar Ganti Pakaian

50 prajurit RPKAD langsung berngkat dari Manokwari menuju Warmare menggunakan dua truk tanpa sempat istirahat.

Dalam menghadapi KKB Papua di Warmare, pasukan RPKAD bertempur secara frontal.

KKB Papua pun berhasil dipukul mundur dari Warmare dan lima orang anggota TNI yang terkepung berhasil dibebaskan.

Aksi RPKAD dalam menghadapi kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua menorehkan sejumlah kisah yang menegangkan.

Salah satunya dialami Sintong Panjaitan, jenderal TNI ini kepalanya nyaris kena peluru KKB Papua saat ia masih bertugas di RPKAD.

2 Terdakwa Perkara Pembunuhan di Sekampil, Bungo, Ditunda, Ini Penjelasan Pengadilan Muaro Bungo

Mahasiswa Pelaku Bom Bunuh Diri di Polresta Medan Sehari-hari Pengendara Ojol

BKKBN Jambi Ajak Kaum Remaja Jaga Kesehatan Reproduksi

 

Dilansir SURYA.co.id dari berbagai sumber, berikut beberapa kisah menegangkan RPKAD saat menghadapi KKB Papua.

1. Gempuran 50 prajurit RPKAD

Kurang lebih 50 prajurit RPKAD yang baru mendarat di Papua langsung ditugaskan untuk menggempur KKB Papua

Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, 50 prajurit RPKAD pimpinan Sintong Panjaitan itu langsung ditugaskan menyerbu KKB Papua tanpa sempat istirahat.

Aksi 50 prajurit RPKAD ini berawal saat salah satu pos koramil di Warmare diserbu oleh KKB Papua

Pos koramil itu hanya dipertahankan oleh enam orang anggota TNI, yang kemudian salah satunya gugur saat KKB Papua mengepung

Pasukan RPKAD pimpinan Sintong Panjaitan tiba di Manokwari pada 6 Januari 1967, dan langsung diperintahkan untuk menggempur KKB Papua yang tengah mengepung pos koramil itu.

Perizinan Usaha Ternak di Kasang Lopak Alai, Muarojambi yang Diduga Janggal, DLH Panggil Pengusaha

JANGAN Sepelekan Buah Ceplukan, Dulu Dibuang Kini Dicari Harganya Selangit: Bisa Mengobati Kanker

 

50 prajurit RPKAD langsung berngkat dari Manokwari menuju Warmare menggunakan dua truk tanpa sempat istirahat

Dalam menghadapi KKB Papua di Warmare, pasukan RPKADbertempur secara frontal

KKB Papua pun berhasil dipukul mundur dari Warmare dan lima orang anggota TNI yang terkepung berhasil dibebaskan

2. Kepala nyaris kena peluru

Seorang jenderal TNI pernah nyaris kena peluru KKB Papua saat ia masih bertugas di RPKAD

Jenderal TNI jebolan RPKAD itu tak lain adalah Letnan Jenderal TNI Sintong Panjaitan, yang kepalanya pernah nyaris kena peluru KKB Papua

SETELAH 11 Tahun Terkuak Isi Surat Wasiat Ratu Film Horor, Nana: Merinding Bersihkan Kamar Suzanna

Pasca Bom Bunuh Diri di Medan, Ojek Online Tidak Diperbolehkan Masuk Ke Mapolda Jambi

 

Sintong Panjaitan
Sintong Panjaitan (Kolase kopassus.mil.id dan IST Tribun Medan)

Pengalaman Sintong Panjaitan menghadapi KKB Papua ini tercantum dalam buku yang berjudul 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto

Saat itu tanggal 7 Januari 1967, Tim RPKAD pimpinanSintong Panjaitan melakukan pembersihan sisa-sisa KKB Papua di dalam kota kecamatan Warmare.

Setelah selesai melakukan pembersihan, Sintong dan timnya kemudian menuju Manokwari dengan menggunakan Truk Reo

Perjalanan menuju Manokwari memang dikenal rawan penyergapan KKB Papua

Ketika truk berhenti di suatu ketinggian, ternyata benar KKB Papuamelakukan penyergapan secara tiba-tiba

Saat itu Sintong duduk bersebelahan dengan Mayor Vordeling, Kasi 1/Intelijen Korem 171/Manokwari yang sedang merokok

Tiba-tiba mereka diberondong dengan tembakan dari jarak dekat yang hanya sekitar enam meter.

Tapi untungnya tembakan gencar itu tak mengenai Sintong karena pada saat yang bersamaan ia sedang menundukkan kepalanya

Sintong tengah menggaruk kakinya yang digigit semut merah, peluru pun mendesing di dekat kepalanya

Sintong tak tinggal diam, para KKB Papua itu dibalas dengan semburan senjata otomatik yang tak kalah gencar.

Dokumen Tanda Tangan Warga Diragukan PTSP Muarojambi Sudah Keluarkan Izin Usaha Ternak di Lopak Alai

Diduga Pelaku Bom Bunuh Diri Polrestabes Medan Kenakan Jaket Ojol, Ini Respon Grab dan Kemenhub

Para KKB Papua berhasil dipukul mundur dan Sintong bersama anak buahnya melanjutkan kembali perjalanannya

3. Pimpinan KKB Papua menyerah

Pimpinan KKB Papua, Lodewijk Mandatjan menyerahkan diri ke NKRI seusai mantan danjen RPKAD Sarwo Edhie Wibowo menerapkan strateginya.

Perlu diketahui, pemberontakan KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan merupakan yang terbesar mulai tahun 1967.

Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, kisah penyerahan diri pimpinan KKB Papua ini berawal saat Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970).

Ayah Ani Yudhoyono (kiri) pernah sukses bikin pimpinan KKB Papua kembali ke NKRI
Ayah Ani Yudhoyono (kiri) pernah sukses bikin pimpinan KKB Papua kembali ke NKRI (Kolase Wikipedia dan Facebook TPNPB)

Sarwo Edhie Wibowo saat itu mau tak mau harus menghadapi sepak terjang KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.

Dalam menghadapi aksi teror KKB Papua saat itu,Sarwo Edhie Wibowo memadukan operasi tempur dengan operasi non tempur.

Menurutnya, strategi non tempur digunakan lantaran ia menganggap para KKB Papua masih merupakan saudaranya sebangsa dan setanah air.

"Kalau pemberontak kita pukul terus menerus, mereka pasti hancur. Tetapi mereka adalah saudara-saudara kita. Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil agar mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi" kata Sarwo Edhie Wibowo dalam buku karya Hendro Subroto.

Untuk menghindari terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak, Sarwo Edhie Wibowo memerintahkan melakukan penyebaran puluhan ribu pamflet yang berisi seruan agarKKB Papua kembali ke NKRI.

Sarwo Edhie Wibowo kemudian memberi tugas kepada perwiraRPKAD Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky untuk menemui pimpinan KKB Papua yang bernama Lodewijk Mandatjan.

Passing Grade Kelulusan CPNS di Kabupaten Batanghari Turun, Segini Angkanya

PENGACARA Beber Bukti Cekal Rizieq Shihab Rinci dan Lengkap, Asal Surat Pencekalan Terungkap!

Tujuannya adalah membujuk agar Mandatjan beserta anak buahnya mau kembali lagi ke pangkuan NKRI.

Tanpa membawa senjata, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berjalan kaki memasuki hutan untuk menemui pimpinan KKB Papua itu.

Saat bertemu dengan Mandatjan, Mayor Heru Sisnodo berkata: "Bapak tidak usah takut. Saya anggota RPKAD (sekarang RPKAD). Komandan RPKAD yang ada di sini anak buah saya. Dia takut sama saya. Kalau bapak turun dari hutan, nanti RPKAD yang akan melindungi bapak."

Akhirnya, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berhasil meyakinkan Lodewijk Mandatjan dan anak buahnya.

Mandatjan beserta keluarga dan anak buahnya pun diantar turun ke Manokwari.

Pengamanan Diperketat, Polres Tanjab Barat Imbau Warga Segera Lapor Bila Ada yang Mencurigakan

Selama Karhutla, 644 Hektare Lahan Terbakar di Sarolangun, Rerata Lahan Masyarakat

Saat bertemu dengan Mandatjan, Sintong Panjaitan berkata: "Bapak saya jamin, saya akan melindungi bapak dengan keluarga"

Pemberontakan KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan pun sebagian besar telah terselesaikan, RPKAD tinggal melakukan penyisiran untuk memburu sisa-sisa anggota KKB lainnya

Dengan begitu, Sarwo Edhie Wibowo berhasil menerapkan strategi non tempurnya sehingga tak terjadi pertumpahan darah lebih banyak

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved