Begini Potret Bioskop Tua yang Bakal Digunakan untuk Nonton Film Perempuan Tanah Jahanam, Seram
Untuk menambah kengerian saat menonton film Perempuan Tanah Jahanam (PTJ), sutradara Joko Anwar ingin mengajak para pecinta film horror untuk menonton
Begini Potret Bioskop Tua yang Bakal Digunakan untuk Nonton Film Perempuan Tanah Jahanam, Seram
TRIBUNJAMBI.COM - Untuk menambah kengerian saat menonton film Perempuan Tanah Jahanam (PTJ), sutradara Joko Anwar ingin mengajak para pecinta film horror untuk menonton di sebuah tempat yang tidak biasa.
Seperti yang ditulis Tribunjogja.com, Jokan, panggilan akrab sang sutradara itu memutuskan untuk membuka tiga kali sesi menonton PTJ di Bioskop Mulia Agung dan Grand Theatre Senen, Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2019)
Sesi pertama mulai pukul 16.00, 19.00 dan 21.00. Jika dilihat dari foto-foto yang diunggah di akun Twitter @JokoAnwar, tempat tersebut memang terbengkalai, kumuh dengan kursi reyot tidak seperti bioskop pada umumnya.
Tak ada lagi para penunggu loket ramah yang biasa menyapa para pecinta film. Hanya ada bilik kecil tak terawat, yang dulunya sempat menjadi tempat duduk para staf saat melayani penonton. Juga tak ada lagi poster-poster yang ditempel guna menarik perhatian pengunjung.
• Ramalan Cinta Zodiak Hari Ini (7/11) - Gemini Mulai Ragu, Aries Sensitif dengan yang Romantis
• Polisi Belum Juga Ungkap Siapa Pelaku Pembunuhan Surono yang Dicor Semen di Bawah Musala Rumah!
Agar mendapat tiket menonton itu, penggemar bisa memesan ke nomor WA yang sudah tertera, kecuali pukul 21.00, siapa cepat datang, maka dia akan dapat tiket. Lantas, bagaimana keadaan Bioskop Mulia Agung dan Grand Theater Senen yang akan dijadikan tempat menonton film horror yang sudah mencapai 1,5 juta penonton itu?
Melansir dari berbagai sumber, bioskop Grand Theater Senen bukan bioskop berjejaring layaknya Cineplex 21 Grup, Blitzmegaplex ataupun Cinemaxx. Pengelola bioskop tak mampu membuka cabang di pusat perbelanjaan dengan tampilan ruangan yang megah. Tak heran, mereka terpaksa tutup di tahun 2015, akibat gempuran pengusaha bioskop lain.
Perlu diketahui, bioskop Mulia Agung dan Grand Theater Senen adalah dua bioskop terpisah. Mulia Agung terletak di lantai satu dan Grand Theater Senen di lantai berikutnya. Menurut data, Bioskop Grand Theater Senen adalah bioskop tua yang berdiri tahun 1930, dua tahun lebih dulu dari Metropole di Menteng yang dikabarkan menjadi bioskop tertua di Jakarta.
• Ramalan Zodiak Kamis (7/11) - Pisces Rencanakan Keuangan, Taurus Kecewa dengan Rekan Kerja
• Fuzhou China Open 2019 Hari Ini, 7 Wakil Indonesia yang Lolos Babak Kedua, Ada Jonatan Christie
Mengutip Wikipedia yang menyadur dari buku Scott Merrillees tahun 2015 berjudul 'Jakarta: Portraits of a Capital 1950-1980', Grand Theater Senen sempat diberi nama Kramat Theatre karena letaknya yang berada di Kelurahan Kramat. Kemudian, nama bioskop itu kembali berganti menjadi Rex's Theatre.
Menurut buku tersebut, kejayaan bioskop lawas itu ada di masa 1930-1950 saat televisi belum ada. Ketika televisi mulai menginvasi masyarakat, sejumlah bioskop harus tutup. Grand Theater mampu bertahan hingga tahun 2017.
Di tahun 2016, setahun sebelum mereka tutup, Grand Theater Senen masih buka untuk para pencari hiburan. Film yang ditampilkan memang bukan film teranyar dan berbobot, tetapi pasti ada penontonnya. Sebagian besar film yang diputar juga menjurus ke pornografi dengan harga tiket Rp 8 ribu saja.
Gedung di ujung persimpangan lampu pengatur lalu lintas Senen itu makin terlihat usang dan kusam. Jika beberapa waktu lalu gedung itu masih berwarna-warni dengan poster-poster film, kini tidak ada lagi film yang ditayangkan. Otomatis, poster yang biasa dipajang harus diturunkan. Makin tidak terurus, gedung itu kini menjadi tempat parkir siapa saja.

Sebelum memutuskan untuk memindah venue menonton di Bioskop Grand Theatre, Jokan sempat mencetuskan ide untuk menonton film itu di Bioskop Atoom, Citeureup, Bogor. Tentu, tempat ini tak kalah mengerikannya dari Grand Theater.
Sama-sama terbengkalai dan konon katanya Bioskop Atoom ini angker serta menjadi rumah bagi para makhluk halus. Tempatnya tak layak karena sudah tak beroperasi sejak 1998. Dinding-dindingnya sudah penuh dengan coretan vandalisme.
Pintunya berdebu, sepertinya sulit untuk dibuka. Jendelanya juga tidak lagi berbentuk. Menengok ke dalam, sudah dapat dibayangkan betapa kotornya bioskop ini. Atap-atap bolong, tak lagi diperbaiki karena tidak ada budget.