Penyamaran Kopassus, Pemberontak Lari Ketakutan Mengira Diserang Hantu
Pemberontak yang memercayai bahwa yang dihadapi adalah hantu, kaget dan langsung hilang semangat. Mereka ketakutan
TRIBUNJAMBI.COM - Anggota Komando Pasukan Khusus dikenal pandai mengambil hati masyarakat di mana pun ditugaskan. Seperti saat menjadi pasukan perdamaian di negeri-negeri yang dilanda konflik.
Satu di antara kisah itu diceritakan Mayor Umar, perwira Kopassus yang ditugaskan di Sudan pada 2006.
Baca: Pasukan Misterius di Tubuh Kopassus, Istri Sendiri Tak Tahu Suami Anggota Satuan Elite
Baca: Kopassus vs SAS Siapa yang Menang? Hutan Kalimantan Jadi Saksi Pasukan Khusus Inggris Dipermalukan
Baca: 3 Menit Mencekam di Bandara Thailand, Pramugari Tabah Ditendang: Kopassus Datang Menyelamatkan
Baca: Siapa Sebenarnya Tatang Koswara? Sniper Legendaris Kopassus, Bawa 50 Peluru 49 Tewas
Baca: Pramugari Garuda Ini Akhirnya Sadar Penyebab Pacarnya yang Kopassus Kerap Tiba-tiba Menghilang
Nukilan dalam buku "Kopassus untuk Indonesia" karya Iwan Santosa dan EA Natanegara, mengisahkan Mayor Umar yang ditugaskan di Sudan.
Sudan merupakan negara yang dilanda perang saudara berkepanjangan.
Negeri ini hancur karena perang saudara. Hampir setiap hari terjadi kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan.
Rakyat merasa khawatir dan terancam keselamatannya saat pergi keluar rumah.
Mereka memilih berada di dalam rumah dan tak beraktivitas di luar karena ancaman kekerasan sewaktu-waktu bisa terjadi.
Akibatnya, sekedar butuh kayu bakar untuk memasak pun tak ada yang berani mencarinya ke pinggiran hutan.
Suatu kali, Mayor Umar menyambangi rumah warga Sudan yang mayoritas muslim, sehingga mudah didekati oleh orang Indonesia yang mayoritas muslim.
Kunjungan tersebut disambut dengan tangan terbuka oleh masyarakat Sudan.
Namun karena tak memiliki apapun untuk disuguhkan, warga mengambil air minum untuk Mayor Umar.
Saat melihat kondisi airnya, Umar kaget.
Warnanya keruh. Dan yang membuatnya kaget, air tersebut diambil dari wadah yang sama untuk memberi minum kuda.
Di negeri yang berada di benua Afrika dan sedang bertikai itu, air menjadi satu di antara sumber daya yang susah dicari.
Saking ingin menghormati tamunya, warga memberikan satu-satunya hal berharga yang mereka miliki, yakni air.