Kisah Kakek Suhendri Tolak Uang Rp 10 Miliar Demi Jaga Kelestarian Hutan

Kakek Suhendri memilih tolak uang Rp 10 Miliar demi menjaga kelestarian hutan

Editor: Heri Prihartono
Kompas.com/Zakarias Demon Daton  
Suhendri pembuat hutan buatan di Kalimantan  

“Banyak yang datang mau beli, tapi saya tidak mau. Apalagi mau bikin perumahan, saya tidak mau, lingkungan rusak," ungkap Suhendri saat berbincang dengan di kediamannya, Kompas.com, Kamis (31/10/2019).

Lahan seluas 1,5 hektar itu ia beli dengan harga Rp 100.000 tahun 1979. Kala itu ia membeli untuk bertani.

Konsep pertanian yang diterapkan bernama agroforestri, menggabungkan pepohonan dengan tanaman pertanian.

Kini pohon yang ia tanam pada 1986 silam sudah tinggi menjulang membentuk hutan dalam kota.

Awalnya, ia menanami komoditas pertanian seperti lombok, sayuran juga buah-buahan.

Tahun 1986 ia mulai tanam (pohon) kayu setelah mendapat bibit dari Bogor, Jawa Barat.

Wanita Lulusan S2 Nikah Dengan Supir Truk Jadi Gunjingan Tetangga, Istri Pilih Bongkar Gaji Suami!

Ada 1.000 bibit kayu damar, meranti, kapur, pinus, kayuputih, ulin, dan sengon.

Kini hutan ini memberi udara segar bagi warga Kota Tenggarong.

Kakek dua anak ini menginjak tanah Kalimantan Timur pertama kali pada 1971.

Saat itu ia ikut membangun asrama milik perusahaan kayu. Saat itu juga sedang marak-maraknya bisnis kayu.

Dia menyaksikan kayu ditebang, berhektar-hektar hutan gundul tanpa sisa.

"Dari situ muncul motivasi. Saya akan merawat hutan. Saya kemudian beralih jadi petani tapi garap lahan orang lain," ujar dia.

Puluhan Relawan Diterjunkan Evakuasi Mayat di Gunung Dempo,Benarkah Pendaki Asal Jambi yang Hilang?

Diusir

Suhendri mengatakan, pengalamannya sebagai petani saat itu pernah diusir pemilik lahan.

Diminta tak lagi menggarap lahan karena kesuksesannya membangun pertanian.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved