Jengkol Selamatkan Petani Tanjab Timur Saat Produksi Komoditi Unggulan Anjlok
Dinas Perkebunan prediksi produksi buah akan kembali normal pada bulan Desember mendatang, namun hal itu tergantung tingginya curah hujan.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Teguh Suprayitno
Jengkol Selamatkan Petani Tanjab Timur Saat Produksi Komoditi Unggulan Anjlok
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Dinas Perkebunan prediksi produksi buah akan kembali normal pada bulan Desember mendatang, namun hal itu tergantung tingginya curah hujan.
Selain tiga komoditas unggulan yang saat ini mengalami penurunan produksi akibat musim kemarau, beberapa komoditi lain juga terpantau mengalami hal serupa diantaranya untuk tanaman kopi dan coklat.
"Kondisi trek seperti saat ini terbilang merata, baik untuk jenis tanaman pinang hingga tanaman kopi dan coklat. Karena memang tanaman-tanaman tadi sangat bergantung pada air," ujar Kabid Perkebunan Tanjabtim Gunarto.
Dijelaskannya pula, keadaan tersebut penyebab utamanya karena minimnya sumber air yang diperoleh bagi tanaman tersebut. Sehingga pertumbuhan dan produksi tidak maksimal, karena air tidak hanya digunakan sebagai kelangsungan hidup namun juga bagi produksi buah.
Baca: Produksi Lagi Anjlok, Harga Sawit dan Pinang di Tanjab Timur Naik
Baca: Bocoran Spesifikasi Realme X2 Resmi Rilis 24 September 2019, Bandingkan dengan Redmi Note 8 Pro
Baca: Bentrok Depan Gedung DPR, Puluhan Dilarikan ke RS, Ditembaki Mahasiswa Teriak: Salah Kami Apa Pak!
Baca: Berjualan Ditengah Pendemo, Pedagang Asongan yang Jual Air Mineral & Mi Instan Raup Untung Rp 4 Juta
Baca: Asli Bikin Ngakak, Ini Potret Beragam Media Orasi Mahasiswa dengan Kalimat Kocak, Sebut Drama Korea
"Pada tanaman kopi misalnya, biasanya dengan luas tanam 1 ha bisa menghasilkan kopi hingga tiga kuintal kopi, namun sekarang paling banyak itu satu kuintal sudah banyak, karena menyusut," ujarnya, Rabu (25/9).
"Kalo untuk titik atau kawasan yang terparah, hampir semua wilayah di Tanjabtim para petaninya mengeluhkan hal tersebut, meratalah," jelasnya.
Dikatakannya pula, untuk solusi terkait hal tersebut pihaknya mengimbau para petani untuk menghemat air dan memanfaatkan peralatan yang ada.
"Mudah-mudahan hujan yang turun beberapa hari lalu, dapat membawa angin segar bagi petani," tuturnya.
Pantauan Tribunjambi.com di lapangan, di tengah produksi unggulan mengalami trek beberapa petani terbantu dengan tanaman jengkol yang saat ini memiliki harapan bagi petani.
"Alhamdulillah saat ini jengkol dapat menjadi solusi saat komoditas unggulan mengalami trek, dengan harga perkilo Rp 6000 cukup membantu bagi pemasukan masyarakat," ujar Jamaluddin petani jengkol.
Dikatakannya saat ini para petani juga merasa was-was terhadap tanaman merica, meski beberapa tanaman sudah terlihat berbunga namun mereka khawatir akibat kemarau panjang saat ini buah yang diharap tidak tumbuh maksimal bahkan sudah gugur di usia muda. (usn)
