Mengenal Tradisi Iki Palek, Tradisi Potong Jari Suku Dani 'Ungkapan Rasa Kehilangan'
Setiap suku memiliki ritual masing-masing terutama dalam beberapa acara adat termasuk acara kematian.
Mengenal Tradisi Iki Palek, Tradisi Potong Jari Suku Dani 'Ungkapan Rasa Kehilangan'
TRIBUNJAMBI.COM - Indonesia dikenal dengan beragam tradisi suku dan budaya.
Setiap suku memiliki ritual masing-masing terutama dalam beberapa acara adat termasuk acara kematian.
Setiap suku memiliki ritual tersendiri untuk menunjukkan rasa duka akibat kehilangan anggota keluarganya
Mulai dari ritual biasa hingga yang cukup ekstrem seperti yang dilakukan oleh Suku Dani.
Baca: LIVE STREAMING China Open 2019 Hari Ini Babak 16 Besar, 10 Wakil Indonesia, Tommy Sugiarto vs Kento
Baca: Viral Bocah SMP Tewas Usai Berduel dengan Teman Sebayanya di Tengah Jalan, Ternyata Ini Penyebabnya
Baca: Rupiah Hari Ini - Jelang Kamis (19/9) Siang, Rupiah Melemah di Angka Rp 14.093/dolar, Emas Naik
Bagi suku yang bermukim di Papua ini, kebersamaan sangatlah penting.
Oleh sebab itu, saat kehilangan anggota keluarga, mereka akan segera memotong ruas jarinya.
Tradisi ini dikenal sebagai Iki Palek.

Jari yang dipotong menunjukan berapa banyak keluarga mereka yang telah meninggal.
Meskipun mayoritas wanita yang melakukan tradisi ini, tetapi pria juga ikut melakukannya sebagai bentuk kesedihan.
Menurut anggota suku Dani, menangis saja tidak cukup untuk melambangkan kesedihan yang dirasakan.
Baca: VIDEO: Viral Detik-detik Penampakan Pocong di Tangerang, Langsung Hilang Saat Akan Ditangkap Warga
Baca: Tersangkut Dana Hibah Rp 26,5 Miliar, Imam Nahrawi Mundur dari Kursi Menteri
Rasa sakit dari memotong jari dianggap mewakili hati dan jiwa yang tercabik-cabik karena kehilangan.
Selain itu, alasan mereka memutuskan untuk melakukan tradisi Iki Palek adalah karena jari dianggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan.
Bagian tubuh tersebut juga menjadi lambang hidup bersama sebagai satu keluarga, satu marga, satu rumah, satu suku, satu nenek moyang, satu bahasa, satu sejarah dan satu asal.
Dalam bahasa Papua, itu disebut dengan "Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik”.