Citizen Journalism
EKOLOGI (BER)BAHASA, Catatan dari Festival Sastra Bengkulu (FSB) 2019
Masmuni Mahatma mengatakan sebuah realitas ekologis (ber)bahasa mulai kurang mengenakkan bagi kelangsungan bermasyarakat dan berbangsa. Seperti apa?
Oleh : Masmuni Mahatma
JOKO Pinurbo, yang terkenal dengan penyair “celana,” menuturkan, bahwa ekologi (ber)bahasa akhir-akhir ini tampak kurang sehat.
Hampir banyak ruang komunikasi sosial diwarnai dengan bahasa-bahasa yang cenderung birokratis, politis, elitis, sarat hujatan atau muatan kebencian.
Tak heran kalau dinamika kehidupan sosial bermasyarakat pun sering menanjak dan mudah tersulut friksi atau konflik.
Sebuah realitas ekologis (ber)bahasa yang mulai kurang mengenakkan bagi kelangsungan bermasyarakat dan berbangsa.
Mungkin saja ini merupakan konsekuensi dari pergulatan sosial kebangsaan yang seakan dijauhkan dari nilai-nilai humanistiknya.
Bilamana di era Soeharto sangat tampak adanya “politisasi agama,” sekarang marak gerakan “agamanisasi politik.”
Baca Juga
Terbukti Hasil Tes DNA Anak Bopak Castello yang Berwajah Bule dari Istri Pertama, Akhirnya Sah
Tudingan Terkait Irish Bella, Pengakuan Ammar Zoni tentang Tudingan Menikung Giorgino Abraham
Komentar Hangat Fahri Hamzah tentang Jokowi dan KPK, Ambil Pembanding Persoalan Budi Gunawan
Sah, Revisi UU KPK Diteken DPR, Presiden Jokowi dan DPR Setuju Menjadi UU
Kalau di zaman Soeharto urusan SARA dikontrol dan diawasi dengan baik meski terlihat mengekang, kini menjadi trend atau gaya komunikasi tersendiri di hadapan publik.
Walhasil, dalam ruang publik, sering mengemuka ialah bahasa-bahasa berlapis eksploitasi, manipulasi, caci-maki, dan bahasa tertentu yang terindikasi “menjarakkan” sisi kemanusiaan dari dan antar masyarakat.
Fenomena tersebut yang oleh Joko Pinurbo, sekali lagi, dikategorikan sebagai salah satu wujud ekologi (ber)bahasa yang kurang sehat.
Ekologi (ber)bahasa yang tak patut dibiarkan mewarnai pola-pola maupun perilaku kehidupan sosial kebangsaan dan kenegaraan.
Setidaknya, apa yang ditampilkan dalam komunikasi publik antara Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Djarum Foundation kemarin, menjadi contoh nyata.
Padahal dalam waktu yang cukup lama, penuh kesejarahan sampai kekinian, Djarum Fundation, telah nyata-nyata berbuat luhur bagi potensi serta masa depan generasi perolahragaan di Indonesia dan dunia.