Langkah Nyeleneh Gus Dur Bikin Hubungan Papua sangat Dekat, Terungkap Alasan Ganti Nama Irian
Ada langkah Gus Dur yang dianggap nyeleneh, lain daripada yang lain. Namun ternyata ini menjadi 'bangunan' kuat Indonesia.
Ada langkah Gus Dur yang dianggap nyeleneh, lain daripada yang lain. Namun ternyata ini menjadi 'bangunan' kuat Indonesia.
TRIBUNJAMBI.COM - Hubungan Gus Dur dengan Papua sangat dekat.
Banyak orang menyebut kedekatan Abdurrahman Wahid dengan Papua dibangun dengan kepentingan politik, melainkan dengan 'hati dan kultur'.
Mengapa bisa seperti itu, apa dasarnya?
Sebelum membahas itu, berikut ini gambaran tentang Pulau Papua dan siapa yang 'memilikinya'.
Papua merupakan provinsi terluas Indonesia. Belahan Pulau Papua sebelah barat merupakan wilayah Indonesia, dan sebelah timur wilayah negara Papua Nugini.
Baca Juga
Rangkuman Berita tentang Papua, Fakta-fakta Keterlibatan Asing hingga Kondisi Terkini di Lokasi
Klasemen Sementara Liga Inggris 2019/2020 dan Hasil Pertandingan Lengkap Pada Pekan Keempat
Percakapan Ahok dan Gus Dur Sebagian Belum Terbukti, Benarkah Oktober Nanti Namanya Disebut?
Siapa Sebenarnya Widya? Mahasiswi dalam Thread Twitter Cerita Horor KKN di Desa Penari
Ending Cerita Horor KKN di Desa Penari yang Penuh Keganjilan, Bima dan Ayu Meninggal Hampir Bareng
Melansir wikipedia, sebelumnya Provinsi Papua bernama Irian Jaya. Namun sejak 2003, dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat.
Faktanya, Papua memiliki luas 808.105 km persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar di Indonesia.
Sementara itu, Provinsi Papua memiliki luas sekitar 421.981 km2. Potensi sumber daya alam bernilai ekonomis dan strategis, sehingga mendorong bangsa-bangsa asing menguasai pulau Papua.
Asal usul nama
Asal usul nama Pulau Papua memiliki perjalanan panjang, seiring dengan sejarah interaksi antara bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua.
Sebelumnya, Provinsi Papua mencakup seluruh wilayah Indonesia di Pulau Papua.
Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea).
Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak 1963 hingga 1973.
Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport.
Nama ini tetap digunakan secara resmi sampai terbitnya Undang-Undang Nomor 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama provinsi ini untuk diganti menjadi Papua.
Pada 2003, disertai adanya berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (kemudian menjadi Papua Barat).
Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.
Nama Papua Barat (West Papua) masih sering digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), suatu gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri.
Siapa penghuninya?
Seperti juga sebagian besar pulau-pulau di Pasifik Selatan lainnya, penduduk Papua berasal dari daratan Asia yang bermigrasi dengan menggunakan kapal laut.
Wikipedia menuliskan migrasi itu dimulai sejak 30.000 hingga 50.000 tahun lalu, dan mengakibatkan mereka berada di luar peradaban Indonesia yang modern, karena mereka tidak mungkin untuk melakukan pelayaran ke pulau-pulau lainnya yang lebih jauh.
Para penjelajah Eropa yang pertama kali datang ke Papua, menyebut penduduk setempat sebagai orang Melanesia. Asal kata Melanesia berasal dari kata Yunani, ‘Mela’ yang artinya ‘hitam’, karena kulit mereka berwarna gelap.
Setelah itu, bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan juga bangsa Portugis yang berinteraksi secara dekat dengan penduduk Papua, menyebut mereka sebagai orang Papua.
Gus Dur dan Papua
Ada tulisan menarik tentang Gus Dur dan Papua yang dimuat di situs nu.or.id.
Sosok KH Abdurrahman Wahid tidak bisa dilepaskan perannya dalam memberikan spirit kemanusiaan di tanah Papua dari segala bentuk diskriminasi, marjinalisasi, dan krisis di segala bidang. Papua membutuhkan sekaligus menyayangi Gus Dur.
Menurut keterangan seorang santri Gus Dur asal Kudus, Nuruddin Hidayat (2018), pada 30 Desember 1999 atau tepat dua bulan sepuluh hari setelah dilantik menjadi Presiden keempat RI, Gus Dur berkunjung ke Irian Jaya dengan dua tujuan, yaitu untuk berdialog dengan berbagai elemen di Papua dan melihat matahari terbit pertama milenium kedua tanggal 1 Januari 2000 pagi.
Pada 30 Desember 1999 dimulai pukul 20.00 dialog dengan berbagai elemen dilakukan di gedung pertemuan Gubernuran di Jayapura. Meskipun dengan cara perwakilan, tetapi banyak sekali yang datang karena penjagaan tidak ketat.
Gus Dur mempersilakan mereka berbicara terlebih dulu, dari yang sangat keras dengan tuntutan merdeka dan tidak mempercayai lagi pemerintah Indonesia hingga yang memuji tapi dengan berbagai tuntutan.
Selanjutnya Presiden berbicara merespon mereka.
Banyak hal ditanggapi, tetapi yang penting ini.
"Saya akan mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua," kata Gus Dur.
“Alasannya?”
"Pertama, nama Irian itu jelek," kata Gus Dur.
"Kata itu berasal dari bahasa Arab yang artinya telanjang. Dulu ketika orang-orang Arab datang ke pulau ini menemukan masyarakatnya masih telanjang, sehingga disebut Irian," tuturnya.
Gus Dur lalu melanjutkan, "Kedua, dalam tradisi orang Jawa kalau punya anak sakit-sakitan, sang anak akan diganti namanya supaya sembuh. Biasanya sih namanya Slamet. Tapi saya sekarang ganti Irian Jaya menjadi Papua."
Seorang Antropolog bahasa Melanesia mencari asal-usul kata Irian yang diceritakan Gus Dur, tapi tidak pernah menemukannya (kalau tidak ketemu, tidak berarti tidak ada kan? Ini benar-benar cara Gus Dur memecahkan masalah rumit dan besar seperti masalah Papua dengan humor.
Sohibul riwayah, Ahmad Suaedy menduga mengapa Gus Dur menggunakan alasan bahasa Arab dan tradisi Jawa?
Gus Dur mencoba "menenangkan" hati orang-orang Islam dan orang-orang Jawa yang berpotensi melakukan protes.
Selain hormat dengan teladan, prinsip, dan keberanian Gus Dur, Manuel Kaisiepo (2017) memiliki cerita.
Menteri Negara Percepatan Kawasan Timur Indonesia era Presiden Megawati itu mengisahkan, ketika Kongres Rakyat Papua akan diselenggarakan, maka Gus Dur menyetujui kongres tersebut dilaksanakan.
Ketika kongres itu mau diadakan, semua orang protes. Itu separatis.
Tetapi presiden (Gus Dur) menyetujui kongres itu diadakan. Bahkan, Gus Dur juga akan membantu terselenggaranya acara kongres tersebut, yaitu dengan memberikan bantuan pendanaan.
Ini langkah Gus Dur yang dianggapnya nyeleneh, lain daripada yang lain.
Saat Gus Dur menemui kelompok separatis tersebut, banyak orang yang protes dan mengira bahwa Gus Dur menyetujui keberadaan mereka.
Gus Dur menegaskan bahwa semua yang ada di Papua adalah saudara-saudara dirinya, saudara sebangsa dan sesama manusia.
Hal ini dilakukan Gus Dur tak lain untuk membangun kepercayaan masyarakat Papua kepada pemerintah. (Fathoni/nu.or.id/ Tribunjambi.com)
Percakapan Ahok dan Gus Dur Sebagian Belum Terbukti, Benarkah Oktober Nanti Namanya Disebut?
Rangkuman Berita tentang Papua, Fakta-fakta Keterlibatan Asing hingga Kondisi Terkini di Lokasi
Klasemen Sementara Liga Inggris 2019/2020 dan Hasil Pertandingan Lengkap Pada Pekan Keempat
Download Lagu MP3 Dangdut Koplo Full Album 2019, Video Nella Kharisma, Via Vallen Nonstop 3 Jam
Nikahi Janda Tajir, Ajun Perwira Tinggal di Rumah Mewah 21 Kavling, Ada Lantai Kaca Anti Peluru
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/kompasagus-susantokompasagus-susanto.jpg)