Bayi Pengungsi Tak Berbaju 4 Bulan, Jubiana Peluk Anak Kedinginan, Kisah Pilu di Balik Konflik Papua

Di tengah konflik Papua, Bayi laki-laki itu menangis di pangkuan ibunya. Napasnya berat, sementara badannya yang demam tanpa ditutupi sehelai kain

Editor: Duanto AS
(dok BBC Indonesia)
Jubiana dan ketiga anaknya yang masih kecil harus berjibaku dengan cuaca dingin pegunungan 

Konflik di Nduga, menurut tokoh HAM Papua yang juga seorang imam Katolik Pastor John Djonga, tak lepas dari trauma masa lalu yang terjadi sejak tahun 1960an, saat sekelompok orang menghendaki kemerdekaan Papua dari NKRI.

Sejak itu, warga Nduga hidup dibawah pengalaman kekerasan militer, hingga saat ini.

"Oleh karena itu menurut saya sekarang sudah tidak waktu lagi pihak pemerintah Indonesia merasa mereka yang paling benar, OPM juga merasa mereka yang paling benar, karena berjuang untuk Papua merdeka. Tapi Papua merdeka dengan kematian sebanyak ini bagaimana itu?," ujarnya.

"Saya berpikir sebagai orang gereja bagaimana kedua pihak ini harus berunding agar tidak ada lagi korban-korban," tegas Pastor John.

Menilik sejarah masa lalu orang Nduga dan konflik yang terjadi di wilayah yang menjadi pemekaran Kabupaten Jayawijaya itu, dia memandang pemerintah maupun pemimpin militer belum memahami masalah Nduga.

"Mereka hidup dibawah pengalaman-pengalaman kekerasan militer, operasi militer, sampai saat ini."

"Karena itu sebenarnya bagaimana orang Nduga ini bisa hidup aman. Hidup aman menurut mereka tidak bisa aman dengan militer, tidak bisa dan sampai saat ini memang masih terjadi baku perang."
Kementerian Sosial mencatat setidaknya ada 2.000 pengungsi yang tersebar di beberapa titik di Wamena, Lanijaya, dan Asmat.

Di antara pengungsi ini, tercatat 53 orang dilaporkan meninggal.Angka ini jauh di bawah data yang dihimpun oleh Tim Solidaritas untuk Nduga, yang mencatat sedikitnya 5.000 warga Nduga kini mengungsi dan 139 di antara mereka meninggal dunia.

Data relawan menyebut pengungsi di Wamena tersebar di sekitar 40 titik. Kebanyakan dari mereka tinggal menumpang di rumah kerabat.
Akibat banyaknya pengungsi yang berdatangan, di dalam satu rumah atau honai bisa berisi antara 30-50 orang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengungsi Nduga Papua, Melahirkan di Tengah Konflik Senjata dan Sang Anak Diberi Nama Pengungsi"

 Pratu DAT Oknum TNI Jual Amunisi Senjata ke KKB di Papua, Inilah Sosok yang Akhirnya Tertangkap

 Siapa Sebenarnya Ratu Tisha? Fakta tentang Si Cantik Sekjen PSSI Ini Akhirnya Terbongkar, dari ITB

 Mengapa Wajah Irish Bella saat Maternity Shoot Jadi Ramping, Benarkah Kondisinya sedang Turun Drop?

 Posisi Kaki Irish Bella Memang Selalu Beda, Mengapa? Foto-foto Masa Kecil Diungkap Johan de Beule

 Siapa Sebenarnya Enzo Zens Ellie? Panglima TNI Ngobrol Bahasa Perancis dengan Calon Siswa Akmil

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved