5 Gempa Megathrust yang Sebabkan Tsunami Dahsyat, Termasuk Gempa Aceh Desember 2004
"Thrust" merujuk pada salah satu mekanisme gerak lempeng yang menimbulkan gempa dan memicu tsunami, yaitu gerak sesar naik.
Ini terjadi ketika patahan sepanjang 970 kilometer itu pecah sekaligus kemudian bergerak hingga 60 kaki (18 m), melepaskan energi yang tersimpan selama sekitar 500 tahun.
Tak hanya dampak langsung goncangan gempa, namun ini juga memicu terjadinya liquifaksi, tanah longsor, serta yang paling mengerikan adalah tsunami.
Tsunami setinggi 8,2 m ini menghancurkan desa Chenega , menewaskan 23 dari 68 orang yang tinggal di sana.
Tsunami juga menyebabkan kerusakan di Hawaii dan Jepang.
4. Gempa Aceh
Kekuatan gempa : 9.1 - 9.3 magnitudo
Zona Subduksi : Samudera Hindia - Lempang Burma
Kedalaman : 30 kilometer
Panjang patahan : 1000 - 1300 kilometer
Gempa Aceh terjadi pada 26 Desember 2004, dan menjadi salah satu bencana paling mematikan sepanjang sejarah.
Gempa ini berpusat di lepas pantai barat dari utara Sumatera. Kekuatannya mencapai intensitas Mercalli hingga IX di daerah tertentu.
Gempa bumi disebabkan oleh pecahnya patahan antara Lempeng Burma dan Lempeng India .
Serangkaian gelombang tsunami besar setinggi 30 meter bangkit setelah gempa terjadi.
Masyarakat di sepanjang pesisir sekitar Samudra Hindia terkena dampak serius, dan tsunami menewaskan sekitar 227.898 orang di 14 negara.
Kota Banda Aceh melaporkan jumlah terbesar dari korban.
Juga mempengaruhi kondisi kehidupan dan perekonomian khususnya di Indonesia, Sri Lanka, India dan Thailand.
Gempa tersebut merupakan yang terbesar ketiga yang pernah dicatat dan memiliki durasi patahan terpanjang yang pernah diamati; antara delapan dan sepuluh menit.

5. Gempa Megathrust Tohoku
Kekuatan gempa : 9.1 magnitudo
Zona Subduksi : Lempeng Pasifik - Lempeng Okhotsk
Durasi : 6 menit
Kedalaman : 29 kilometer
Panjang patahan : 500 kilometer
Gempa Tohoku tercatat sebagai gempa terkuat dalam sejarah Jepang.
Gempa ini terjadi pada Jumat 11 Maret 2011 dengan pusat gempa sekitar 70 kilometer (43 mil) timur dari Semenanjung Oshika Tohoku dengan pusat gempa di kedalaman bawah laut sekitar 29 km (18 mil).
Gempa ini membangkitkan gelombang tsunami yang kuat yang diperkirakan mencapai ketinggian hingga 40,5 meter (133 kaki) di Miyako di Prefektur Iwate Tohoku dan Sendai.
Laporan Badan Kepolisian Nasional Jepang mengungkapkan korban tewas mencapai 15.897 orang, 6.157 terluka dan 2.532 orang hilang di dua puluh prefektur.
Adapun gempa bumi ini telah memindahkan Honshu (pulau utama Jepang) 2,4 m ke timur, menggeser Bumi pada porosnya dengan perkiraan antara 10 cm (4 in) dan 25 cm (10 in) meningkatkan kecepatan rotasi bumi sebesar 1,8 µs per hari, dan menghasilkan gelombang infrasonik yang terdeteksi dalam gangguan satelit GOCE yang mengorbit rendah.
Awalnya, gempa bumi menyebabkan tenggelamnya sebagian pantai Pasifik Honshu hingga kira-kira satu meter, tetapi setelah sekitar tiga tahun, pantai naik kembali dan terus meningkat melebihi ketinggian aslinya.
Tsunami juga menyebabkan bencana nuklir, berupa kebocoran di tiga reaktor di Fukushima Daiichi Kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, dan zona evakuasi yang terkait mempengaruhi ratusan ribu warga.
Banyak generator listrik dilepas, dan setidaknya tiga reaktor nuklir mengalami ledakan karena gas hidrogen yang telah menumpuk di dalam bangunan penampungan luarnya setelah kegagalan sistem pendingin yang diakibatkan oleh hilangnya daya listrik.
Penduduk dalam radius 20 km (12 mil) dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi dan radius 10 km (6,2 mil) dari Pembangkit Tenaga Nuklir Fukushima Daini dievakuasi. (*/wikipedia)