Kisah Militer RI

Satuan Elit Paling Misterius, Istri Sendiri Sampai tak Tahu Suami di Satuan Rahasia Kopassus, Sat-81

Satuan Elit Paling Misterius, Istri Sendiri Sampai tak Tahu Suami di Satuan Rahasia Kopassus, Sat-81

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Sat-81 Kopassus 

Satuan Elit Paling Misterius, Istri Sendiri Sampai tak Tahu Suami di Satuan Rahasia Kopassus, Sat-81

TRIBUNJAMBI.COM - Satuan elit paling disegani di angkatan Militer Indonesia, kepunyaan TNI AD sudah memiliki reputasi banyak dalam berbagai misi, baik dalam dan di luar negeri.

Mereka adalah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang memiliki pasukan anti-teror yang dikenal sebagai Satuan Penanggulan Teror (Gultor) 81 atau Sat-81 Kopassus.

Satuan khusus ini sifatnya serba rahasia. Misi tempur, peralatan dan personel Sat-81 dirahasiakan.

Dikabarkan saking sifatnya sangat rahasia, istri dan anggota keluarga sendiri tidak mengetahui suami/saudaranya merupakan anggota Sat-81 Kopassus.

Baca: Hasilkan Rp 25 Juta Per Hari, BUMDes Taman Pertiwi, Kerinci, Pekerjakan 70 Warga di Libur Lebaran

Baca: Seorang Pria Tewas di Blitar Dalam Kamar Penginapan Saat Check In, Begini Reaksi Keluarga Korban!

Baca: Agung Hercules Unggah Foto Terbarunya, Kalangan Artis Langsung Serbu dengan Komentar Mendoakannya

Baca: 2 Ton Daging Sapi Tak Laku Saat Menyambut Lebaran Idul Fitri di Bungo, Disnakan Duga Ini Penyebabnya

Sebagai gambaran, seorang wanita yang bersuamikan prajurit Kopassus sudah biasa ditinggal pergi, tanpa diberi tahu jenis tugas dan lokasinya yang dilakukan suami.

Kadang, prajurit Kopassus sendiri baru diberi tahu jenis dan lokasi misi tempurnya saat berada di pesawat terbang atau kapal laut yang mengangkutnya.

Sat-81 sifatnya sangat rahasia dan berada di bawah Kopassus TNI AD. Ini menjadikiblat pasukan khusus lokal, mulai soal latihan, kemampuan, perlengkapan hingga persejataan, dan teknik operasi-operasi senyapnya.

Sebagai pasukan elite TNI AD, Kopassus memang penuh rahasia. Ini baik dari segi latihan dan operasi tempurnya. Sepak terjang Kopassus memang sangat dirahasiakan.

Komandan Sat-81 Kopassus sejak 1982-sekarang:

  • Kolonel Inf Luhut Binsar Panjaitan **** (1982-1990)
  • Kolonel Inf Zamroni ** 
  • Letkol Inf Adel Gustimego (Kolonel Inf Anumerta, (1995-1996)
  • Kolonel Inf Lodewijk Freidrich Paulus *** (2001-2003)
  • Kolonel Inf Daniel Ambat ** (2003)
  • Kolonel Inf I Made Agra Sudiantara **
  • Kolonel Inf Nugroho Budi Wiryanto ** (2009-2010)
  • Kolonel Inf Santos Gunawan Matondang * (2010-2010)
  • Kolonel Inf I Nyoman Cantiasa * (2010-2012)
  • Kolonel Inf R. Sidharta Wisnu Graha (2012-2014)
  • Kolonel Inf Taufik Shobri (2014-2015)
  • Kolonel Inf Thevi Angandowo Zebua (2015-2016)
  • Kolonel Inf Tri Budi Utomo (2016-2017)
  • Kolonel Inf Murbianto Adhi Wibowo (2017-sekarang)

Tanda * (bintang) merupakan pangkat terakhir saat ini.

Baca: Refly Harun Sebut Medote MK Rugikan Prabowo-Sandiaga: Kalau Kualitatif Pembuktian Tidak Mudah

Baca: Halal bi Halal dengan Warga Desa Kedotan, Muarojambi, Bupati Masnah Busro Juga Resmikan Masjid

Baca: KPU Sebut Permohonan Tim Kuasa Prabowo-Sandi Gak Nyambung, Karena Minta Hasil Pilpres Dibatalkan

Baca: Ifan Seventeen dan Citra Monica Terancam Penjara Jika Terbukti Lakukan Perjinahan!

Baca: Pengakuan Istri yang Digadai Suami Rp250 Juta, Ternyata Berlanjut ke Perselingkuhan & Nikah Siri

Sejarah Sat-81 Kopassus

Dari sejarahnya, keputusan mendirikan Sat-Gultor tidak terlepas dari peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 GA 206 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981.

Soal pembebasan Woyla ini, sejumlah literatur menyebutkan bahwa kesuksesan operasi melibatkan four-man squad Delta Force, AS.

Namun seberapa jauh peran Delta atau apakah memang ada pembagian tugas antara Delta dan tim Kopassus, masih perlu penjelasan dari otoritas terkait.

Dalam buku Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan (1993), disebutkan bahwa Benny memang mengajukan pinjaman flak jacket kepada CIA.

Hanya saja itu urung dipakainya karena para personel Kopassus ternyata sudah ada di pesawat.

Di buku yang sama dijelaskan bahwa semua bentuk pinjaman ditolak oleh Benny.

LB Moerdani saat itu menjadi sutradara operasi pembebasan sandera Woyla

Sedangkan komandan lapangan diserahkan kepada Letkol Inf Sintong Panjaitan.

Ilustrasi: Prajurit Kopassus
Ilustrasi: Prajurit Kopassus.

Operasi pembebasan sandera yang diwarnai baku tembak itu berhasil dengan gemilang.

Unit Operasi Woyla inilah yang dijadikan cikal bakal Detasemen 81 (Den-81) yang dibentuk pada 30 Juni 1982.

Baca: MIRISNYA Penampakan Agung Hercules, Jadi Kurus & tak Gondrong Lagi Karena Idap Kanker Otak Stadium 4

Baca: Cuma Pakai Titian Menuju ke Speedboat, Kondisi di Pelabuhan Ampera di Kuala Tungkal

Baca: Live Streaming KVision TV Uruguay vs Ekuador di Copa America 2019, Mulai Kick Off Pukul 05.00 WIB

Hanya saja kalau melihat kondisi waktu itu, bisa dibayangkan repotnya menyiapkan satuan dadakan ini.

Pasalnya saat peristiwa Woyla terjadi, tengah berlangsung Latihan Gabungan ABRI di Timor Timur dan Halmahera, Maluku. Operasi militer pun tengah digelar di Timor Timur sejak 1975.

Saat itu, seluruh petinggi ABRI, kecuali Wakil Panglima ABRI/Pangkokamtib Laksamana Sudomo, berkumpul di Ambon.

Dengan demikian berarti hampir semua kekuatan TNI ( Kopassandha) tidak berada di Jakarta.

Laporan soal pembajakan pesawat Garuda ini diterima Benny Moerdani dari Sudomo yang mengirimkan telegram.

Sintong Panjaitan yang karena lagi sakit tidak ikut ke Ambon. Dia tengah berada di Markas RPKAD ketika ada telepon yang mengabarkan berita pembajakan itu.

Sore itu juga, Sintong mengumpulkan 70-an prajurit Kopassandha yang masih ada di markas.

Setelah diseleksi, akhirnya terpilih 35 personel.

Sat-81 Kopassus
Sat-81 Kopassus (IST)

Keputusan membentuk Den-81 memang datang dari Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI saat itu Letjen TNI LB Moerdani.

Ia memerintahkan dibentuknya kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha.

Terpilih sebagai komandan pertama Mayor Inf Luhut Panjaitan dan wakilnya Kapten Prabowo Subianto.

Sebagai persiapan, perwira itu sebelumnya telah dikirim ke Jerman Barat untuk menyerap ilmu anti-teror di GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9).

Satuan GSG-9 sebenarnya adalah satuan elite para militer kepolisian Jerman Barat yang dibentuk sebagai buntut malapetaka ‘Black September’ Olimpiade Munich, September 1972.

Diakui sejumlah perwira Sat-81, hingga saat ini GSG-9 dijadikan barometer dalam penyempurnaan organisasi beserta segala kelengkapannya.

Reputasi yang tinggi dalam misi-misi antiteroris, memang menjadi GSG-9 model di banyak negara.

Kesuksesannya memberangus tiga dan empat pembajak airline Lufthansa di Bandara Mogadishu, merupakan prestasi spekatkuler yang makin melambungkan nama GSG-9.

Baca: TPK Hotel Bintang April 2019 di Jambi 42,42 Persen, BPS: Lebih Rendah dari Bulan Sebelumnya

Baca: TIGA Tahun Berlalu, Begini Penampakan Rumah Mewah Dodi Triono, Pembeli Sebut Rumah Setan

Sebenarnya pada 1979 Benny (waktu itu menjabat Kepala Pusat Intelstrat) sudah pernah menyampaikan kerisauannya kepada Sintong soal makin meningkatnya ancaman teror.

Sementara saat itu ABRI belum punya pengalaman memadai menghadapi musuh berwujud terorisme.

Hasil dari pertemuan itu, Benny meminta Sintong mempersiapkan pembentukan sebuah pasukan anti-teror.

Sat-81 Kopassus
Sat-81 Kopassus (Kaskus)

Benny lalu memberi kesempatan kepada Sintong melakukan studi banding ke luar negeri, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat adalah tiga negara yang dikunjungi Sintong.

Dalam perkembangan lanjutannya, Den-81 sempat mengalami penyesuaian.

Pada era 1995-2001, Den-81 dimekarkan menjadi Grup 5 Anti-Teror. Barulah pada 2001, satuan ini mengalami reorganisasi menjadi Satuan 81 Penanggulangan Teror alias Sat-81 Gultor.

Secara organisatoris, Gultor langsung dibawah komando Danjen Kopassus.

Jabatan komandan Sat-81 (atau Grup) diisi perwira berpangkat kolonel.

Kualifikasi perekrutan sejak awal

Proses rekrutmen Gultor dimulai sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan para dan komando di Batujajar. Dari sini, mereka akan ditempatkan di satuan tempur Grup I dan Grup 2.

Baik untuk orientasi atau guna mendapatkan pengalaman operasi.

Sekembalinya ke markas, prajurit tadi ditingkatkan kemampuannya untuk melihat kemungkinan promosi penugasan ke satuan antiteror.

Untuk antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus, Batujajar.

Kualifikasi tambahan diberikan berupa free fall, sniper, pendaki serbu, pertempuran jarak dekat, perang kota, gerilyawan lawan gerilyawan, selain militer dan antiteror. Total pendidikan sekitar enam bulan.

Dalam penugasan, Sat-81 bergerak dalam unit kecil yang disebut Seksi berkekuatan 10 orang atau Unit 4-5 orang.

Untuk penyamaran, Sat-81 tidak mengenakan tanda kepangkatan di lapangan.

Dengan informasi yang serba terbatas, diperkirakan Sat-81 saat ini berkekuatan 1000-an personel. Masa penugasan juga ketat, maksimal berusia 22-23 tahun.

Kopassus Grup 3 Sandi Yudha
Kopassus Grup 3 Sandi Yudha.

Satgultor dilatih untuk bergerak dalam unit kecil, dengan durasi sangat cepat, bukan lagi dalam hitungan jam, tapi menit.

Tapi jika yang dihadapi pasukan gerilya, bukan Satgultor yang dikirimkan.

Namun satuan lainnya seperti Grup 1 dan Grup 2 (kualifikasi para komando), atau Grup 3 (Sandi Yudha, operasi senyap).

Dalam perkembangan terkini, Sat-81 tidak menggunakan nama 'Gultor' lagi, melainkan Sat-81 Kopassus.

Kisah-kisah Kopassus dapat dibaca di Tribunjambi.com.

Baca: PASUKAN SAS Inggris Kagumi Kehebatan Kopassus, di Konflik Dwikora Pernah Ditawan & Ditembak Mati

Baca: Kisah Mantan Komandan Satgultor 81 Kopassus Intai & Bekuk Omar Al Faruq, Tangan Kanan bin Laden

Baca: Kisah 3 Prajurit Kopassus di Sarang Musuh Diam-diam Pasok Senjata, Mantan Panglima TNI Takjub

Baca: Pertempuran Hebat, Sosok Kopassus Satu-satunya yang Selamat 5 Hari Pura-pura Mati Ditumpukan Jenazah

Baca: AHLI Intelijen Kopassus yang Mampu Kalahkan Pasukan SAS Inggris Berakhir di Tangan Soeharto

Baca: PRAMUGARI Garuda Tetap Tabah Ditendang dan Ditampar, Kopassus Tiba Menyelamatkan Mereka

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved