ATRAKSI Mengerikan Kopassus Makan Ular di Depan Sultan Brunei: Presiden Jokowi Sampai Tak Mau Lihat
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Kisah kehebatan pasukan Kopassus, menggigit kepala ular sampai putus bukan
Sejarah Pasukan Khusus Baret Merah (Kopassus)
Berawal pada 1980-an. Saat itu ABRI (sekarang TNI) hendak membentuk pasukan khusus.
Baca: PRAJURIT Kopassus Hilang 18 Hari di Hutan Papua, Diikuti 3 Sosok Gaib: Alami Hal Tak Masuk Akal
Pasukan khusus yang dibentuk nantinya memiliki kemampuan antiteror.
Saat itu, satuan pasukan khusus dari berbagai negara dijadikan sebagai referensi.
Berbagai referensi diperoleh, seperti ilmu pasukan khusus dari Jerman (GSG-9), Inggris (SAS), pasukan khusus antiteror Angkatan Laut Prancis dan pasukan khusus Korea Selatan.
Satuan-satuan itu banyak mempengaruhi pembentukan pasukan khusus di lingkungan TNI.
Teknik pelatihan pasukan khusus dari sejumlah negara itu kemudian direkomendasikan Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategi Letjen TNI, LB Moerdani, untuk segera diterapkan dalam pembentukan pasukan khusus TNI di kesatuan Kopassus.
Baca: JOJO Susul Anthony Ginting ke Semifinal Australian Open 2019, Kalahkan Lin Dan Langsung Dua Gim
Pasalnya semua teknik yang diramu dari berbagai `aliran' pasukan khusus itu, diyakini mampu membentuk tiap personel pasukan khusus TNI menjadi pasukan tempur yang sangat profesional.
Profesional yang dimaksud oleh Letjen Benny adalah tiap personel pasukan khusus yang sudah terlatih baik bisa melaksanakan misinya hingga tuntas meski hanya bermodal peralatan dan persenjataan yang sangat terbatas.
Dengan kata lain kehebatan pasukan khusus tidak ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam pertempuran.
Melainkan, oleh kemampuan personel dalam penguasaan ilmu beladiri, penggunaan senjata tajam, dan ketrampilan penggunaan senjata api yang tidak dilengkapi teknologi serba canggih.
Baca: PENERIMAAN CPNS 2019 Setelah Lebaran, BKN Umumkan 254 Ribu ASN Dibutuhkan, Cek Rinciannya
Oleh karena itu demi mencetak pasukan khusus yang dalam misi tempurnya tidak terlalu tergantung pada teknologi, Letjen LB Moerdani melarang pasukan-pasukan khusus AS untuk dipergunakan sebagai referensi.
Hingga saat ini pasukan-pasukan khusus AS seperti Green Berets, Navy Seal, Delta Force, SWAT, dan lainnya memang selalu tergantung kepada teknologi militer untuk mendukung operasi tempurnya.
Misalnya, untuk melakukan pertempuran malam hari, semua pasukan khusus AS sangat tergantung kepada teropong pelihat malam (Night Vision Google/NVG) sehingga bisa melihat targetnya dalam gelap.
Baca: BEGINI Isi Chat Baim Wong Saat PDKT di IG, Paula Sempat Dikerjai Mertua: Bikin Keringat Dingin
Tapi bagi pasukan khusus seperti Kopassus, untuk melihat dalam gelap tidak perlu NVG.