Kisah Militer
Begitu Dengar Kata Susi, Umi dan Tuti, Kopassus Langsung Siaga, Sandi Rahasia 'Remeh-temeh'
Kata Susi, Umi dan Tuti memiliki arti penting untuk Kopassus. Ternyata itu pernah menjadi sandi rahasia
Kata Susi, Umi dan Tuti memiliki arti penting untuk Kopassus. Ternyata itu pernah menjadi sandi rahasia yang digunakan Tim Nanggala saat operasi berisiko tinggi.
TRIBUNJAMBI.COM - Dalam melaksanakan misi, Kopassus selalu menggunakan sandi rahasia.
Tidak semua anggota pasukan elite TNI AD mengetahui sandi rahasia untuk misi tersebut, hanya personel yang terlibat.
Penggunaan sandi rahasia terutama saat Kopassus saat misi penting berisiko tinggi.
Menariknya, dalam sejarah Kopassus, pernah ada tim yang menggunakan kata 'remeh-temeh untuk sandi.

Meski itu terdengar 'remeh-temeh', begitu personel Kopassus yang terlibat misi mendengar kata sandi itu, mereka langsung siap.
Baca: Penyamaran Kopassus Jadi Tukang Durian selama Setahun, Dapat Ujian Istri Panglima Musuh
Baca: Perwira Kopassus Nekat Minum Air Aneh, Terapkan Strategi Lunak di Negeri Asing Meski Risiko Tinggi
Baca: Jenderal AS Geleng-geleng Kepala Lihat Atraksi Denjaka, Peluru Tajam Berseliweran di Depannya
Baca: Inilah 4 Fakta tentang Sosok Budiono yang Diduga Memfasilitasi Aksi 22 Mei, Menampung Massa
Baca: Ustaz Arifin Ilham Meninggal Dunia, Syahrini Ungkap Duka Cita Buat Sang Guru
Baca: Penyakit yang Diderita Luna Maya hingga Terduduk Lemas di Kamar Mandi, Begini Kondisi Terbaru
Baca: Siapa Sebenarnya Neno Warisman? Ini Catatan Masa Lalunya yang Tak Banyak Diketahui Orang
Tim Nanggala
Nama besar Kopassus telah diakui pasukan-pasukan khusus negara lain.
Kemampuan Kopassus, dari pertempuran hingga intelijen, mendapat acungan jempol.
Intelijen ini kerap diturunkan terlebih dahulu sebelum dimulainya operasi.
Satu di antara tim kecil intelijen Kopassus yang kerap menggunakan sandi rahasia, yaitu Tim Nanggala.
Dalam legenda Kitab Mahabarata, dikenal adanya pusaka ampuh bernama Nanggala.
Nanggala merupakan pusaka tombak bergagang pendek yang sangat ampuh milik Prabu Baladewa dari Kerajaan Mandura.
Jika pusaka Nanggala digunakan, misalnya ditancapkan ke bumi, maka akan segera terjadi gempa dahsyat yang luar biasa.
Terinspirasi kehebatan senjata ini, Danjen Kopassus Brigjen TNI Yogie Soewardi Memed atau lebih dikenal sebagai Yogie S Memed (1975) menggunakan "Nanggala" sebagai nama tim kecil intelijen Kopassus.
Sebagai tim kecil intelijen Kopassus, personel Nanggala berada di bawah organisasi (military order) Pasukan Sandiyudha (Kopassandha).
Sejak itulah, seluruh operasi Sandiyudha (intelijen tempur) dalam bentuk tim-tim kecil diberi nama sandi Nanggala.
Tanpa seremonial
Proses pembentukan tim pun berjalan alami. Tidak memakai acara pelantikan atau seremoni tertentu.
Dalam setiap operasinya, tim-tim kecil Nanggala kerap menamai timnya justru dengan nama-nama yang tidak sangar.
Kadang menggunakan kata sandi nama seorang wanita, seperti Susi, Tuti, Umi dan lainnya.

Maka tidak mengherankan bahwa Tim Susi yang saat itu tengah mengendap-endap di Timor Timur langsung saja diputuskan menjadi Nanggala 2.
Ceritanya bermula pada Mei 1975, ketika Brigjen Yogie S Memed berniat mengirim tim intelijen tempur ke Timor Timur
Ketika perintah diturunkan, Tim Karsayudha grup 4 atau Tim Susi di bawah pimpinan Kapten Inf Yunus Yosfiah yang semula akan ditunjuk, telah berangkat ke Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) dua bulan sebelumnya.
Satu Karsayudha lainnya juga telah diberangkatkan ke Irian Jaya.
Agar tidak bertele-tele, Tim Susi diputuskan sebagai Nanggala 2 dan Karsayudha yang beroperasi di Irian Jaya diberi kode Nanggala 1.
Jauh sebelumnya, dalam Perjuangan Pembebasan Irian Barat Agustus 1962.
RPKAD (sekarang Kopassus) telah menyusupkan para pasukan komandonya untuk menyusup di sebelah barat Hollandia (Jayapura).
Dalam operasi itu, mereka dikirim menggunakan kapal selam kelas Whiskey buatan Soviet milik ALRI.
Guna mendukung kebutuhan Kolonel Inf Dading Kalbuadi sebagai Komandan Operasi Flamboyan dalam melancarkan operasi intelijen tempur di Timtim, Brigjen TNI Yogie lagi-lagi membentuk tim intelijen tempur bernama Nanggala.
Terbentuklah Nanggala 3 (Tim Tuti) dan Nanggala 4 (Tim Umi). Masing-masing dipimpin Mayor Inf Tarub dan Mayor Inf Sofian Effendi.
Anggotanya dihimpun dari Grup 4 di Cijantung. Jadi, baik Nanggala 1, 2 maupun 3 telah beroperasi di Timtim sejak sebelum dimulainya Operasi Seroja yang merupakan operasi militer terbuka.
Grup 1 dibawah pimpinan Letkol Inf Soegito, yang melaksanakan serbuan linud di Dili 7 Desember 1975.
Sedangkan Grup 1 dipimpin Mayor Inf Kuntara, Wakil Komandan Grup 1 yang melakukan kegiatan intelijen dari perbatasan Timtim sejak September 1975, adalah Nanggala 5.
Nanggala 6 Grup 2 dari Magelang, bertugas melakukan pembersihan di sekitar Dili.
Nanggala 7 dioperasikan di Kalimantan Barat, sementara Nanggala 8 diterjunkan di Suai pada 4 Februari 1976.

Jika Nanggala 10 sampai 13 dioperasikan di Timtim, Nanggala 9, 14 dan 20 dioperasikan di Irian Jaya.
Mayor Inf Sofian Effendi memimpin Nanggala 16 di Aceh, yang kemudian disusul Nanggala 27 dipimpin Kapten Inf Sutiyoso.
Satu di antara peran penting Nanggala 28 adalah mengoordinasikan pasukan yang beroperasi di Maubessie Kecil, Sektor Tengah.
Dalam penyergapannya, Nanggala 28 berhasil menewaskan Nikolau Lobato, Presiden Republik Demokrasi Timor Leste pada 30 Desember 1978.
Sehubungan pengejaran Nikolau Lobato, sebelumnya telah dibentuk Batalion Parikesit yang merupakan batalion gabungan.
Anggotanya terdiri dari satu kompi Para Komando TNI AD, satu kompi Marinir TNI AL dan satu kompi Komando Pasukan Gerak Tjepat TNI AU. Seluruhnya menggunakan senapan AK-47.
Tujuan pembentukan batalion untuk melancarkan operasi mobil udara di Sektor Tengah guna menutup kemungkinan Lobato lolos dari pengepungan.
Untuk memantapkan integrasi antar ketiga angkatan, mereka melakukan latihan bersama selama satu minggu di Batujajar, Bandung.
Batalion Parikesit tiba di Laklobar dan Soibada sebagai pangkal tolak operasi mobil udara pada 14 Desember.
Operasi mobil udara menggunakan dua helikopter SA-330 Puma TNI AU dengan daya angkut 19 pasukan dan tiga awak pesawat.
Pergantian Nanggala
Tapi keberadaan tim Nanggala yang sangat lekat dengan sosok Yogie S Memed, tidak bertahan lama di jajaran Kopassus.
Seiring digantinya Brigjen TNI Yogie SM (1975-1983) dengan Brigjen TNI Wismoyo Arismunandar (1983-1985), berakhir pula pemakaian nama Nanggala.
Saat ini, fungsi Nanggala diambil-alih Satuan 81 (Sat-81) Penanggulangan Teror (Gultor) atau Grup 3 Sandi Yudha. (A. Winardi)
Tentang Kopassandha:
Nama lengkap: Komando Pasukan Sandi Yudha
Pemberian nama: 17 Februari 1971
Operasi: Operasi di Timor Timur, Operasi pembebasan sandera pesawat DC-9 Woyla Garuda Indonesia
Perubahan nama: Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus atau Kopassus, pada 26 Desember 1986
Baca kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite TNI di Tribunjambi.com. (*)
Baca: Perwira Kopassus Nekat Minum Air Aneh, Terapkan Strategi Lunak di Negeri Asing Meski Risiko Tinggi
Baca: Penyamaran Kopassus Jadi Tukang Durian selama Setahun, Dapat Ujian Istri Panglima Musuh
Baca: Kisah Sniper Kopassus Legendaris, Berangkat Bawa 50 Peluru, 49 Orang Musuh Tewas
Baca: Ustaz Arifin Ilham Meninggal Dunia, Syahrini Ungkap Duka Cita Buat Sang Guru
Baca: Inilah 4 Fakta tentang Sosok Budiono yang Diduga Memfasilitasi Aksi 22 Mei, Menampung Massa
Baca: Penyakit yang Diderita Luna Maya hingga Terduduk Lemas di Kamar Mandi, Begini Kondisi Terbaru