Berada di Pengasingan dan Sakit, Ini Kalimat Terakhir Soekarno Sebelum Alat Pernapasan Dicabut

Menjadi seorang Proklamator, bukan berarti membuat Soekarno mendapatkan perlakuan istimewa di akhir jabatannya.

Editor: Suci Rahayu PK
Serambi Indonesia
Soekarno dan Hartini 

TRIBUNJAMBI.COM -  Hingga kini kisah wafatnya Presiden Soekarno (Bung Karno) masih terus dikenang banyak orang.

Saat detik-detik kepergian Presiden Soekarno diiringi tangis keluarga dan tentunya masyarakat Indonesia.

Kisah Pilu Soekarno, Wajah Bengkak-bengkak Saat Hadiri Pernikahan Anaknya. (Kolase Tribunnews.com/TribunJatim.com - Istimewa)
Kisah Pilu Soekarno, Wajah Bengkak-bengkak Saat Hadiri Pernikahan Anaknya. (Kolase Tribunnews.com/TribunJatim.com - Istimewa)

Diketahui, Presiden Soekarno adalah pemeluk agama Islam taat.

Kisah detik-detik wafatnya Presiden Soekarno tertuang dalam  buku "Soekarno Poenja Tjerita" yang diterbitkan tahun 2016.

Menjadi seorang Proklamator, bukan berarti membuat Soekarno mendapatkan perlakuan istimewa di akhir jabatannya.

Soekarno justru harus mengalami pengasingan di Wisma Yaso saat kekuasaannya mulai berkurang.

Bahkan, saat sudah sakit-sakitan Soekarno juga masih harus mendapatkan pengawasan ketat.

Tidak hanya itu, menurut buku "Soekarno Poenja Tjerita" yang diterbitkan tahun 2016, pihak keluarga juga dipersulit saat akan menjenguk Soekarno.

Sejumlah alat penyadap pun dipasang di setiap sudut rumah.

Baca: Terungkap, Sugeng Bunuh dan Mutilasi Perempuan di Malang Karena Korban Tolak Berhubungan Intim

Baca: THR PNS Cair 24 Mei, Cara Menghitung Besaran THR Karyawan Swasta dan Pekerja Lepas

"Rupanya singa tua yang sakit-sakitan dalam sangkar berlapis ini masih menakutkan bagi Jenderal Soeharto," tulis buku itu.

Puncaknya, saat Soekarno dilarikan dari Wisma Yaso pada 16 Juni 1970.

Saat itu Soekarno sudah dalam kondisi sekarat.

Soekarno ditempatkan dalam sepetak kamar yang berpenjagaan berlapis di lorong rumah sakit.

Kondisi Soekarno kala itu terus memburuk.

Bahkan, pada 20 Juni 1970, tepatnya pukul 20.30 WIB, kesadaran Soekarno menurun.

Selanjutnya, Soekarno pun mengalami koma.

Mahar Mardjono, dokter yang menangani Soekarno tampaknya sudah mahfum apa yang sedang terjadi.

Mahar kemudian menghubungi anak-anak Soekarno.

Mereka pun berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto tempat Soekarno dirawat pada Minggu, 21 Juni 1970, pukul 06.30 WIB.

Mereka yang datang saat itu adalah Guntur, Megawati, Sukmawati, Guruh dan Rachmawati.

Baca: Jelang 22 Mei, Politik Panas, 6 Relawan 01 Tantang Rizieq Shihab & Amien Rais, Real Count KPU

Baca: Ustad Arifin Ilham di Surat Wasiat Tulis Dilarang Bersuara dan Salaman, Apa yang Terjadi? Ternyata

Ucapan Allah terakhir dari Soekarno (Bung Karno) menandai detik-detik wafatnya Sang Proklamator. (Youtube)
Ucapan Allah terakhir dari Soekarno (Bung Karno) menandai detik-detik wafatnya Sang Proklamator. (Youtube)

Pukul 07.00 WIB, dokter Mahar membuka pintu kamar.

Anak-anak Soekarno masuk ke kamar perawatan, dan mengajukan sejumlah pertanyaan ke dokter Mahar.

Meski demikian, dokter Mahar tak menjawabnya.

Ia hanya menggelengkan kepala.

Beberapa saat kemudian, suster mencabut selang makanan, dan alat bantu pernapasan.

Anak-anak Soekarno kemudian mengucapkan takbir.

Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga Soekarno.

Soekarno yang masih bisa mendengar ucapan Megawati, berusaha mengikutinya.

Soekarno mampu mengucapkan "Allah".

"Allaaah...," ucap Soekarno lirih seiring napasnya yang terakhir.

Baca: Tersangkut Kasus Makar, Lieus Sungkharisma Ditangkap Polisi, 5 Fakta Penangkapan Aktivis Sosial

Tangis keluarga pun pecah.

Soekarno meninggal pada pukul 07.07 WIB.

Wanita yang Menemani Presiden Soekarno di Akhir Hayat, Bukan Fatmawati.

Bukan rahasia lagi, jika Soekarno dikenal sebagai sosok yang karismatik.

Tak heran, jika banyak wanita jatuh hati pada Sang Putra Fajar itu.

Beberapa deretan nama wanita tercatat dalam sejarah sebagai istri Bung Karno.

Mulai dari Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Haryati, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar.

Dari kesembilan nama itu, yang paling dikenal masyarakat Indonesia adalah Fatmawati.

Nama Fatmawati tercatat dalam sejarah sebagai Ibu Negara sekaligus penjahit Bendera Sang Saka Merah Putih Indonesia.

Dilansir dari artikel TribunJatim.com, kisah cinta Soekarno dan Fatmawati bermula saat masa pembuangan Sang Proklamator itu di Bengkulu.

Meski usia mereka terpaut 22 tahun, keduanya tetap menikah pada 1 Juni 1943.

Setelah Indonesia merdeka, Fatmawati pun secara resmi menjadi Ibu Negara yang pertama untuk Indonesia.

Namun, pernikahan Soekarno dengan Fatmawati tak bertahan lama.

Soekarno kembali terpikat dengan pesona wanita lain yang bernama Hartini.

Pertemuan pertama Bung Karno dan Hartini terjadi di Candi Prambanan, Jawa Tengah.

Namun, sumber lain menyebutkan jika pada 1952, Hartini berkenalan dengan Soekarno di Salatiga.

Baca: KABAR Mengejutkan, Najwa Shihab akan Berhenti dari Mata Najwa, Mungkinkah Ada Tekanan?

Baca: Perkara Kasus Korupsi Bansos Muarojambi, JPU Nilai Berkas Tersangka Fathuri Belum Cukup Bukti

Satu tahun kemudian, Hartini dan Soekarno kembali bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan.

Beberapa tahun setelah menikah, tepatnya pada 1964, Hartini pindah ke salah satu paviliun di Istana Bogor.

Hartini kemudian dikenal sebagai salah satu wanita setia yang sempat mengisi hidup Soekarno.

Ia juga tetap mempertahankan status pernikahannya sampai ajal menjemput Soekarno.

Di akhir hayatnya, Soekarno diketahui terkena penyakit gagal ginjal dan sempat dirawat di Wina, Austria.

Ternyata, di pangkuan Hartini lah, Soekarno menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970, dikutip dari laman Bangka Pos (18/8/2017).

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul 'Allah', Kalimat Terakhir Soekarno Sebelum Wafat, Keluarga Ucap Takbir Saat Alat Pernapasan Dicabut

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved