SOAL Adanya Isu Tembakan di 22 Mei, Moeldoko: 'Tidak Ada Sniper, Bisa Perorangan, Bisa Terorisme'
TRIBUNJAMBI.COM - Kepala Staf Kantor Kepresidenan Moeldoko angkat suara soal adanya isu tembakan untuk
Seharusnya aparat sudah bisa belajar dari pengalaman banyaknya pertemuan di depan Istana Negara.
"Apa dasar dari kecemasan orang tentang berkumpulnya manusia? Sederhana kok, manusia sudah berkumpul di depan istana berkali-kali," ujar Fahri Hamzah.
Baca: Tanggapi Soal Gerakan Kedaulatan Rakyat, Ruhut Sitompul Sindir Amien Rais : Mimpi Kali Ye
Fahri lalu mengibaratkan akan datang orang sekira 1 juta di hari itu.
"Datanglah orang misalnya 1 juta yang datang, berapa deployment (penyebaran) terhadap aparat? Saya dengar 32 ribu mungkin dibantu sama tentara ya 50 ribu," ujar Fahri Hamzah.
"50 ribu menghadapi 1 juta apa ada gunanya? Enggak ada gunanya."
Baca: Riko Tampan Curi Kambing Kades Tanah Sepenggal Bungo, Sempat Berusaha Kabur Begini Nasib Pelaku
"Satu saja peluru meletus kena orang ada yang meninggal, selesai Republik ini."
Agar tidak terjadi hal tersebut, Fahri Hamzah berharap agar negara hadir bersama rakyat yang akan turun ke jalan pada 22 Mei 2019 tersebut.
"Maka mau dicarai cara apa coba? Karena harusnya cara damai. Ikhtiar terhadap upaya damai ini kenapa enggak dilakukan? Apa memang ada yang sengaja supaya ini terjadi? Itu pertanyaannya."
Baca: Buktikan 5 Manfaat Pepaya untuk Kesehatan Wajah Anda, Salah Satunya Ampuh Hajar Jerawat Nakal
"Katakanlah itu orang datang terus menuntut protes tidak setuju. Mana negara yang harus hadir untuk memuaskan dan menjelaskan pada masyarakat? Kan itu pertanyaannya."
"Jangan nanti tiba-tiba skenarionya gini, mereka yang merasa dirinya sudah dimenangkan, maki-maki rakyat."
"Mereka yang harusnya punya otoritas untuk menjelaskan sebagai pihak netral, tidak netral dan ikut memaki-maki rakyat."
Baca: Begal beraksi di Merangin, N-MAX Bayu Dibawa Kabur, Waspada Seperti Ini Modus Perampasan
"Mereka yang seharusnya menjaga dan netral dan tidak pihak yang bertarung, tidak yang menjadi panitia ikut memaki-maki dan membuat rakyat ini jadi naik darah."
Sementara itu diberitakan Kompas.com, calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno angkat bicara soal isu gerakan massa jelang pengumuman hasil Pilpres oleh KPU pada 22 Mei 2019.
Sandi menilai, gerakan massa pendukung menuju Ibu Kota tak bisa dilarang.
Baca: Begal beraksi di Merangin, N-MAX Bayu Dibawa Kabur, Waspada Seperti Ini Modus Perampasan
Pasalnya, hal tersebut merupakan keputusan relawan di daerah masing-masing untuk menyampaikan aspirasi.