Skenario Peledakan Bom Pada Aksi 22 Mei di Depan Kantor KPU, Pelaku Eks ISIS Gunakan Remote Control

Para terduga teroris yang berencana untuk melakukan pengeboman pada tanggal 22 Mei 2019 di depan kantor KPU diringkus

Editor: bandot
Kolase Tribunnews
Jelang pengumuman hasil Pilpres pada 22 Mei 2019, muncul banyak peringatan dan Pengakuan Terduga Teroris akan Serang Massa 

Dari 11 tersangka tersebut, sebanyak 9 terduga teroris merupakan anggota aktif JAD.

Kesembilan tersangka itu telah mengikuti pelatihan di dalam negeri dan selanjutnya berangkat ke Suriah sebagai foreign terrorist fighter (FTF).

Baca: VIRAL! Nekat Live Facebook Sedang Berhubungan Intim, Ternyata Pelaku Pria Asal Blitar dengan ABG

Baca: Tidur Nyenyaknya Terganggu karena Suara Azan, Pria Ini Tikam Tetangganya ketika Ibadah di Masjid

Baca: MANTAN KSAL Ini Singgung TNI dan Polri yang Mengancam Rakyat: Masa Mau Nembak Kita

Adapun dua orang lainnya merupakan deportan.

"Keterlibatan dua tersangka yaitu deportan. Mereka ini deportan, hijrah ke Suriah dan mereka belajar membuat bom asap di Camp Aleppo," kata Iqbal.

6. Sasar kerumunan massa saat 22 Mei di Gedung KPU

Dalam video yang diputar saat konferensi pers pada hari Jumat (17/5/2019), tampak seorang terduga teroris berinisial DY alias Jundi alias Bondan mengungkapkan akan menyerang kerumunan massa saat 22 Mei.

DY juga mengaku telah merangkai bom untuk melancarkan aksinya tersebut. Berikut ini transkrip video tersebut:

"Nama saya DY alias Jundi alias Bondan, saya memimpin beberapa ikhwan untuk melakukan amaliyah pada 22 Mei dengan menggunakan bom yang sudah saya rangkai dan menggunakan remote control," ungkap DY seperti dikutip dari video yang ditayangkan saat konferensi pers, Jumat (17/5/2019).

"Yang mana pada tanggal tersebut sudah kita ketahui bahwa di situ akan ada kerumunan massa yang merupakan event yang bagus untuk saya untuk melakukan amaliyah, karena di situ memang merupakan pesta demokrasi yang menurut keyakinan saya adalah syirik akbar yang membatalkan keislaman. Yang termasuk barokah melepas diri saya dari kesyirikan tesebut," tutur dia.

Densus 88 sudah melakukan beberapa antisipasi agar teroris tak menjalankan aksinya, misalnya dengan penangkapan atau preventive strike.

Meskipun demikian, Polri tak menjadi lengah dan menganggap remeh kelompok tersebut.

Polri terus bekerja untuk mengantisipasi dan menjaga keamanan dengan membaca pergerakan kelompok-kelompok tersebut.

"Densus 88 tentu sudah memiliki strategi untuk itu semua sehingga alhamdulillah beberapa hari lalu kita dapat melakukan upaya paksa kepolisian, yaitu penangkapan terhadap kelompok ini. Kita tidak ingin ini terjadi, kita tidak ingin ini terjadi, sekali lagi, di kerumunan massa," tutur dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "7 Fakta Teror Jelang 22 Mei, Ancam Gedung KPU hingga 6 Bom "High Explosive"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved