PENGAMANAN Soeharto ke Belanda Diremehkan, LB Moerdani Mengamuk, 'Kami Hanya Punya Satu Soeharto'
TRIBUNJAMBI.COM- Sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan Panglima TNI, Benny Moerdani dikenal
TRIBUNJAMBI.COM- Sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan Panglima TNI, Benny Moerdani dikenal sebagai pengawal pribadi Presiden Soeharto yang sangat loyal.
Dia pun dikenal sebagai sosok tokoh intelijen tiada lawan.
Selain sebagai pengawal, ia bahkan dikenal sebagai agen rahasia yang siap menyerahkan nyawanya demi keselamatan Pak Harto.
Baca: Ayah Tiri Perkosa Siswi SD 5 Tahun, 2 Kakak Korban Justru Membantu, Korban Kerap Pingsan di Sekolah
Baca: Sniper Legendaris Finlandia Tewaskan 800 Prajurit, Teknik Membunuh Simo Hayha Tak Terdeteksi
Baca: MENEGANGKAN Kapolsek Selamatkan Balita yang Akan Dibunuh Ayah, Ibu Kandung Sudah Tewas Dibunuh
Suatu kali pada akhir Agustus tahun1970-an, Presiden Soeharto berkunjung ke Belanda dan akan menuju Istana Huis Ten Bosch, Den Haag, tempat keluarga Kerajaan Belanda menetap.
Kunjungan Pak Harto itu sebenarnya merupakan 'lawatan yang kaku' karena pemerintah Kerajaan Belanda pada tahun 1970-an belum mengakui tanggal kemerdekaan RI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.
Pemerintah Belanda bahkan baru mengakui kemerdekaan RI pada 16 Agustus 2005 menjelang Indonesia merayakan peringatan kemerdekaan yang ke-60 tahun.
Kunjungan Pak Harto saat itu bahkan tidak disukai oleh Kerajaan Belanda mengingat di era Perang Kemerdekaan, Pak Harto sebenarnya merupakan musuh bebuyutan militer Belanda.
Baca: TANGGAPAN Rizal Ramli, Sebut Mas Andika, Ndak Usah UberLetkol, Bukan Salah Dia. Panggil RR Aja
Baca: Buka Pukul 02.00 WIB,Waroeng Mbah Yoet Sediakan Menu Paket Berbuka Puasa Kuliner Khas Jawa
Baca: KISAH Sopir Taksi Online Wanita, Terima Orderan Antar Jenazah Jam 4 Subuh, Awalnya Ada Rasa Takut
Aparat keamanan Belanda yang secara psikologis terpengaruh oleh sikap Kerajaan Belanda
Bahkan hanya menyiapkan sistem pengamanan yang tidak maksimal sehingga bisa membahayakan keselamatan Pak Harto.
Menurut Benny, kunjungan Presiden Soeharto itu memang berisiko tinggi.
Karena di Belanda masih banyak anggota simpatisan Republik Maluku Selatan (RMS) yang bisa membahayakan keselamatan Pak Harto.
Baca: Sinopsis Film Breakdown di TransTV, Pertengkaran yang Berujung Penculikan, Sang Suami Ungkap Misteri
Baca: Lelang Jabatan Sekda Tanjab Barat Ditutup, Ada 8 yang Mendaftar, 5 Diantaranya Kepala OPD
Baca: 7 Amalan yang Dianjurkan Dikerjakan Selama Ramadan, Diantaranya Memperbanyak Shadaqah
Untuk memastikan keamanan Pak Harto, Benny kemudian memeriksa rute yang akan dilalui menuju Istana Huis Ten Bosch.
Rute itu ternyata rawan oleh ancaman tembakan sniper dari jendela-jendela bangunan sepanjang jalan dan adanya perempatan lampu merah yang rawan oleh aksi penyergapan bersenjata.
Hasil inspeksi itu kemudian dirapatkan oleh Benny bersama para agen rahasia dan aparat keamanan Belanda.
Intinya Benny meminta agar jendela-jendela di bangunan sepanjang jalan yang dilintasi Presiden Soeharto dijaga ketat, demikian pula perempatan lampu merah yang akan dilintasi juga harus disterilkan.
Baca: 7 Amalan yang Dianjurkan Dikerjakan Selama Ramadan, Diantaranya Memperbanyak Shadaqah
Baca: Beredar VIDEO Kubu Jokowi - Amin Rayakan Kemenangan di Pilpres 2019
Baca: Data Bawaslu dan KPU Bungo Berbeda, Kata Bawaslu Capai 85 Persen
Tapi para agen rahasia dan aparat keamanan Belanda ternyata menolak permintaan Benny.
Akibatnya, karena merasa diremehkan, Benny pun mengamuk dan mendamprat para keamanan Belanda itu sambil menggebrak meja.
`Kami hanya punya satu Soeharto! Apakah Anda bisa menjamin keselamatannya...!?' bentak Benny dalam Bahasa Belanda seperti dikutip dalam buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap.
Sebagai agen rahasia (intelijen) Benny memang dikenal mahir berbahasa Jerman, Belanda, Inggris, China, dan Bahasa Korea.
Baca: VIDEO: Jadwal Hari ke-5 Ramadan 2019 / 1440 H Imsak dan Buka Puasa Jambi, Jumat 10 Mei 2019
Baca: Arfita Dwi Putri Akhirnya Tak Kuat, Sang Pramugari: Saya nggak kuat deh, saya nggak sanggup
Baca: Tanggapan Mahfud MD Soal Eggi Sudjana Ditetapkan Sebagai Tersangka, Polisi Punya Alat Bukti Kuat
Para agen Belanda hanya bisa ketakutan berhadapan dengan Benny yang merupakan veteran perang RI dalam Perang Kemerdekaan dan Operasi Trikora melawan pasukan Belanda itu.
Tapi Benny tidak bisa berbuat banyak karena sedang berada di negara lain. Apalagi pemerintah Belanda sendiri ternyata tidak begitu menyukai Pak Harto.
Namun, kekhawatiran Benny ternyata terbukti. Suatu malam 31 Agustus 1970, sebanyak 33 anggota RMS bersenjata menyerbu Wisma Duta, rumah Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda.
Mujur Duta Besar RI,Taswin Natadiningrat yang pensiunan Letnan Jenderal lolos dari serbuan.
Baca: Tanggapan Mahfud MD Soal Eggi Sudjana Ditetapkan Sebagai Tersangka, Polisi Punya Alat Bukti Kuat
Baca: Pramugari Cantik Arfita Dwi Putri Merasa Hidupnya Sudah Tak Normal, Pasrah Pada Langkah Yama Carlos
Baca: Resep Berbuka Puasa Dengan Menu Bubur Buatan Sendiri, Murah dan Menyehatkan
Atas aksi bersenjata anggota RMS yang ternyata tidak bisa dicegah oleh aparat keamanan dan agen rahasia itu, pemerintah Kerajaan Belanda pun sangat malu.
Intelijen Belanda sendiri menjadi sadar bahwa apa yang disampaikan oleh Benny sambil marah-marah ternyata benar.
Rombongan Presiden Soeharto yang berkunjung ke IstanaHuis Ten Bosch pun kemudian mendapat pengawalan sangat ketat dan kunjungan tidak meggunakan kendaraan darat melainkan helikopter.
Baca: Ayah Tiri Perkosa Siswi SD 5 Tahun, 2 Kakak Korban Justru Membantu, Korban Kerap Pingsan di Sekolah
Baca: Hari Pertama Sekolah Saat Ramadhan di Bungo, Jam Belajar Siswa SD-SLTP Dikurang 10 Menit